"Beby ini aku...Shania. Kamu nggak mungkin lupa sama aku."
"Beby, aku sayang sama kamu. Aku mohon, pulanglah. Aku kangen kamu."
Beby membuka matanya saat sesuatu yang basah menyentuh pipinya. Ternyata Beby ketiduran dalam posisi duduk. Naomi sedang serius mengobati luka lebam yang di alami oleh Beby dengan serius. Beby memejamkan matanya kembali. Barusan, ia mendapatkan mimpi yang sangat aneh. Kenapa gadis itu hadir di dalam mimpinya? Dan kenapa gadis itu mengatakan bahwa ia sayang pada Beby padahal orangtuanya sudah membunuh kedua orangtua Beby.
"Selesai." gumam Naomi setelah membersihkan seluruh luka Beby. Naomi mengerutkan keningnya lalu menatap mata Beby lekat-lekat. "Are you okay?"
Beby mengangguk sebagai jawaban. Beby menarik napasnya lalu membuangnya. "Kayaknya, aku harus datang ke tempat itu." ujar Beby pelan.
"Apa?"
"Ya, aku akan pergi ke Jakarta. Kalau kamu nggak keberatan." ucap Beby mantap.
Naomi menggeleng dengan cepat. "Nggak, m-maksud aku. Iy-iya. Tentu. Tentu aku nggak keberatan." lirih Naomi pelan. "Pergilah."
Beby tersenyum lalu langsung menarik Naomi ke dalam pelukannya. "Jangan khawatir, Naomi. Setelah masalah tuntas, aku akan kembali. Pegang ucapanku." Naomi mengangguk dalam dekapan Beby sambil mengertakan pelukannya.
*****
"Tenang Naomi. Sesampai di kota nanti, aku janji aku langsung cari toko ponsel. Jangan khawatir. Aku bakal langsung hubungin kamu." ujar Beby sambil memegang kedua bahu Naomi.
Mobil hitam besar sudah menunggu tepat di halaman luas yang tidak jauh dari rumah Naomi. Semalam, setelah Beby menghubungi Farish dengan ponsel Naomi, Farish berjanji akan menjemput Beby pagi-pagi sekali.
Naomi mengangguk lalu memberikan secarik kertas pada Beby. "Itu nomor telepon aku. Kalau kamu udah sampai di kota, kamu telpon atau kirim aku pesan. Ingat itu." ucap Naomi sambil menatap mata Beby lekat-lekat.
Beby mengangguk lalu mengusap puncak kepala Naomi. "Pasti."
"Ci, aku mau ikut Kak Beby. Aku mau ikut." rengek Sinka sambil memeluk kaki Naomi.
"Stt, tenang aja. Aku gak lama kok. Serius deh. Nanti aku bawain boneka yang banyak buat kamu." ucap Beby sambil mensejajarkan tingginya dengan Sinka.
"Nggak mau." Sinka langsung menghambur memeluk Beby erat-erat. "Kak Beby gak boleh pergi. Kak Beby disini aja. Dudut gak bakal mau makan sama sekolah kalo Kak Beby pergi."
Beby terkekeh lalu mencubit gemas pipi Sinka yang semakin gembul. "Kak Beby sebentar doang kok. Serius deh. Besok udah ada disini lagi."
"Dut, udah ah gak usah lebay. Masuk." perintah Naomi yang langsung di jawab anggukan oleh Sinka.
Dengan berat Sinka melepaskan pelukannya lalu melambai pada Beby. Beby kembali berdiri lalu langsung memeluk Naomi. "Dua hari. Aku janji." bisik Beby.
Beby melepaskan pelukannya lalu menggendong tas ransel yang berisi pakaian untuk beberapa hari kedepan dan juga sedikit uang yang Naomi selipkan di bajunya.
"Daah," Beby melambai pada Naomi lalu mulai berjalan menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari rumah Naomi.
"Siap?" tanya Maul. Seseorang yang menjemput Beby sambil mengambil alih ransel Beby untuk di letakan di dalam bagasi mobil.
Beby menarik napasnya lalu mengangguk. "Iya, siap."
*****
Seminggu sudah berlalu semenjak keberangkatan Beby. Beby sama sekali belum sempat menghubungi Naomi karena sejak pertama kali ia menginjakan kakinya di tanah Jakarta Beby di sibukan dengan berbagai macam kesibukan. Mulai dari berlatih bela diri dan menyusun kembali strategi untuk membalaskan dendam pada keluarga Devan. Farish sudah menceritakan semuanya berikut bukti-bukti berupa foto memperkuat penjelasan dari Farish. Beby semakin geram dengan keluarga Devan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Back to me, please [Completed]
FanfictionSekuel dari Your Protector. 29/8/16 - 7/7/17.