"Shania."
"Oh, hai Shania, apa kabar?"
"Shania turut berduka ya."
"Turut berduka ya Shan."
"Shania, turut berduka atas Beby ya."
Dan masih banyak lagi berbagai macam sambutan yang Shania dengar saat pertama kali menginjakan kakinya di sekolah setelah 2 minggu berturut-turut Shania tidak masuk sekolah. Shania benar-benar sudah tidak kuat mendengar semua sambtan yang menurutnya tidak penting itu. Telinga Shania sudah panas mendengar semua sambutan yang mereka berikan.
"Shania...turut berduka atas meninggal, eh atas hilangnya pengawal lo itu yah." ucap Mario sambil menyeringai pada Shania.
Shania sudah benar-benar tidak bisa membendung amarahnya. Shania mendorong Mario hingga Mario jatuh tersungkur ke bawah. "SHUT THE FUCK UP!" teriak Shania menggelegar.
Orang-orang yang berlalu di dekat Shania langsung menghentikan langkahnya saat mendengar suara Shania menggelegar. Melihat dan penasaran apa yang terjadi di kerumunan, Nabilah menembus siswa-siswa yang mengerumuni sesuatu. Dan betapa kagetnya Nabilah saat melihat Shania yang sedang mencengkram erat kerah baju seragam Mario.
Karena tidak mau terjadi hal yang tidak-tidak, Nabilah langsung menarik tangan Shania untuk keluar dari kerumunan. Nabilah membawa Shania ke taman belakang sekolah yang memang jarang sekali di lewati oleh sebagian murid karena tempatnya terlalu mojok dan sepi.
Nabilah mendudukan Shania di kursi panjang lalu memberikan Shania satu botol air mineral. Shania menerima dalam diam. Namun air mata terus mengalir dari pelupuk matanya. Pertahanan Shania benar-benar hancur kali ini. Selama 2 minggu ini ia mencoba untuk berhenti memikirkan Beby. Namun pada kenyatannya? Mendengar nama Beby dalam satu detik saja sudah membuat pertahanan Shania hancur lagi seperti sekarang.
Nabilah juga diam tanpa kata. Namun tangannya sesekali mengusap punggung Shania untuk membuatnya lebih relax dan tenang.
"Hiks, Bil, g-gue nggak kuat." lirih Shania pada akhirnya. Matanya menatap Nabilah. Kelihatan sekali guratan kesedihan di matanya.
Nabilah yang melihat itu saja sampai tidak mampu menahan rasa prihatin akan hancurnya diri Shania. Nabilah mengangguk masih belum bisa mengatakan apa-apa.
"Gue udah nggak kuat nahan ini Bil. Hiks, g-gue cinta sama Beby. Gue gila kehilangan dia." gumam Shania yang sukses membuat Nabilah tertohok. Ya kenapa? Karena memang Nabilah menyimpan rasa pada Shania belum lama ini.
Nabilah mulai menyimpan rasa semenjak Shania kalut dalam kesedihannya. Nabilah mulai mencoba mengisi hari-hari Shania yang malah membuat dirinya terebak pada Shania dan akhirnya, Nabilah jatuh cinta pada Shania. Nabilah tau, ini semua salah. Maka dari itu Nabilah lebih memilih untuk diam dan memendam segalanya.
Pernyataan Shania tadi benar-benar membuat hatinya sangat sakit. Sakit karena Nabilah tau cintanya tidak akan terbalaskan. Dan sakit karena melihat jati diri Shania hancur karena sesosok Beby.
Nabilah mencoba tersenyum karena ia tidak mau membuat seseorang yang ia cintai semakin kalut dalam kesedihannya.
"Kita pasti bisa nemuin Beby, Shan." gumam Nabilah pelan. Padahal di dalam hatinya sedang ada ribuan batu yang menghujam hatinya tanpa ampun. Sakit, ya tentu.
Shania menatap Nabilah nanar lalu langsung menenggelamkan dirinya dalam pelukan Nabilah. "Gue gak kuat. Gue gak bisa terus-terusan kaya begini. Gue hancur Bil. Hancur." lirih Shania.
Nabilah menarik nafasnya lalu mulai mengusap punggung Shania. "Shan, please...jangan sedih gini. Gue...gue gak suka ngeliat lo sedih."
"I'm sad because I lose her you know!" ucap Shania sedikit meninggikan nada bicaranya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Back to me, please [Completed]
FanfictionSekuel dari Your Protector. 29/8/16 - 7/7/17.