7

3K 262 69
                                    

"Kamu di mana Beb sekarang? Apa kamu baik-baik aja? Kamu masih ada disini kan? Apa kamu lupa sama aku? Atau bahkan kamu udah nggak cinta lagi sama aku? Beb, aku kangen banget sama kamu. Kangen banget." gumam Shania duduk di atas pasir tanpa menggunakan alas kaki.

Saat ini Shania sedang menghabiskan waktu di Villa milik Devan guna mencoba melupakan segalanya. Namun yang terjadi adalah, Shania semakin mengingat sesosok Beby karena memang di tempat inilah Beby menyatakan perasaanya. Dan di tempat inilah untuk pertama kalinya Beby mengecup bibir Shania.

"Aku kesini buat ngelupain kamu, tapi ternyata aku salah tempat Beb, aku malah semakin inget sama kamu."

Shania sama sekali tidak mempedulikan deburan ombak yang kini sudah membasahi celana jeans-nya. Nabilah yang melihat itu mendekat lalu menyentuh punggung Shania.

"Masuk yuk Shan, gila lo udah malem. Dingin." ucap Nabilah tetap berdiri.

Shania menggeleng lalu kembali memeluk lututnya. "Gue belom mau masuk. Masih betah disini."

Nabilah memutuskan untuk ikut duduk di sebelah Shania. Nabilah memeluk lututnya sambil memandangi wajah samping Shania yang ternyata masih terpancar kesedihan padahal kejadian itu sudah lewat hampir 1 bulan lebih.

"Nju, sampe kapan?"

Shania menoleh pada Nabilah lalu memandang Nabilah tidak suka. "Jangan panggil pake sebutan itu."

Nabilah mengerutkan keningnya. "Lah? Kenapa?"

"Pokoknya jangan. Ngerti?" jawab Shania tegas.

Nabilah mengangguk lalu memutuskan untuk memandang laut lepas dengan perasaan berkecamuk. Bagaimana tidak? Shania sama sekali tidak peka terhadap perasaan Nabilah bahwa Nabilah menyimpan rasa padanya.

"Gue inget, Beby pernah bilang pengen jadi bintang." gumam Shania setelah keheningan melanda mereka. Nabilah hanya diam menunggu Shania melanjutkan kata-katanya. "Ya gue larang dong apa mau Beby tadi. Kata Mama gue dulu pas gue masih kecil, orang yang udah meninggal itu bakal jadi bintang."

Shania menghela napasnya. "Apa sekarang Beby udah jadi bintang ya di atas sana?"

"Shan kan lo bilang kesini bukan buat sedih-sedihan lagi? Kenapa jadi galau lagi?" gumam Nabilah pelan. "Ya gue tau pasti lo bakal bilang 'Gimana kalo sekarang lo ada di posisi gue, lo bakal sedih kayak gini kan, Bil?' iya, gue paham Shan." lanjut Nabilah cepat.

"Gue ngerasa bersalah banget udah biarin Beby mencintai gue searah. G-gue jahat banget. Gue sama sekali nggak bisa balas perasaan dia waktu itu. Dan sekarang gue sadar, gue bener-bener butuh dia." ucap Shania yang tanpa sadar membuat hati Nabilah kembali robek.

Nabilah memaksakan dirinya untuk tersenyum. Nabilah mengusap bahu Shania. "Iya Shan, iya. Penyesalan emang selalu datang di akhir. Semua udah terjadi, lo nggak bisa ngelakuin apa-apa selain menunggu. Sebenernya lo nggak perlu nunggu sih karena udah ada seseorang yang nunggu lo."

Shania mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Emang siapa yang nunggu gue?"

"Gue Shan, gue." batin Nabilah. "Ya orang di luar sana. Pasti banyak banget yang nunggu lo. Secara lo cantik." jawab Nabilah berdusta.

Ucapan Nabilah tadi membuat bibir Shania sedikit tertartik ke atas. "Makasih ya Bil. Lo mau nemenin gue sampe sekarang. Nemenin gue disaat gue terpuruk. Makasih banyak."

Nabilah tersenyum. "Iya, sama-sama Shan. Yaudah, yuk masuk. Dingin gila."

Shania memutuskan untuk masuk ke dalam Villa karena memang udara malam sudah sangat menyengat kulitnya. Untuk kali ini, Shania mencoba melupakan Beby sementara karena kehadiran Nabilah saat ini.

Back to me, please [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang