2. Kejutan dari Langit Biru

414 30 4
                                    

Kemarin Diandra sukses menggemparkan seisi rumahnya. Orang yang paling heboh adalah Eyang-nya.

Ucapan Eyang-nya yang Diandra rekam di otaknya seperti ini:

"Astaga cucuku yang paling cantik seperti Barbara Palvin, rambut panjang hitam bergelombang dan bersinarnya dikemanain?"

Diandra senyam-senyum, sementara Nathan memijit hidungnya, pusing mendengarkan ke-lebay-an Eyang yang mirip sekali dengan saudari sepupunya yang lainnya, yaitu Sabela.

Entengnya Diandra menjawab, "aku potong Eyang. Mau cari suasana baru."

"Yah...kan sayang itu rambutnya. Udah panjang, hitam, bergelombang, bersinar kayak yang ada di iklan sampo gitu." Eyang-nya seraya mengelus rambut Diandra yang menjadi sebahu.

Itulah kira-kira hebohnya Eyang. Diandra terkikih sendiri saat mengingat kejadian kemarin.

Deringan pada ponsel barunya membuat bayangan lucu tentang Eyang-nya berakhir.

Nathan: Di, lima menit lagi gue jemput.

Sekolah ya? Diandra jadi ingat Rega lagi. Ia memandang tas sekolah yang berada di sampingnya itu dengan tatapan sendu.

Ayah Diandra menghampiri dan mengambil duduk di samping putrinya.

"Udah siap ke sekolah baru?"

Diandra menarik napasnya dan menghembuskan secara perlahan. "Siap Yah."

"Terus status Diandra di sekolah yang ada di Jakarta gimana?"

Ayah merangkul bahu Diandra.

"Ayah buat keterangan ke sekolah kamu yang itu saat kamu satu minggu di rawat di Inggris. Jadi ngiranya mungkin kamu pindah ke luar negeri."

"Aku dirawat di inggris Yah?" Diandra cukup terkejut.

"Iya sayang." Ayah menelus-elus rambut sebahu Diandra, "satu minggu kamu di rawat disana, setelah tubuh kamu ngresponnya bagus, Ayah pindahin ke Jogja. Sekalian Ayah dapat tugas dari Opung mu buat gantiin saudara Ayah, Gino."

Diandra manggut-manggut, senyum jahil terukir di wajahnya. "Cie Ayah berkorban buat saudara kembarnya, cie-cie."

Ayah Diandra tertawa, "kamu ini bisanya godaiin mulu. Udah-udah ayo berangkat sekolah, Nathan udah ada di bawah."

"Ayah kok nggak bilang sih." Diandra langsung menyabar tas dan perlengkapan lainnya dengan cepat.

"Yok Yah. Diandra udah siap nih."

"Ayok."

Diandra dan Ayahnya berjalan berangkulan menuju meja makan.

"Cie yang rangkul-rangkul pacar Bunda." Goda Bundanya.

"Biarin." Balas Diandra menjulurkan lidahnya. Ayah lalu mengambil duduk di samping istrinya lali mengecup pipinya.

"cie dikecup gitu si tante. Om bikin Nathan iri aja." Ucap Nathan di sela-sela makannya.

"Ya kecup aja tuh siapa ya namanya, Lun..Lun-"

Ucapan kakeknya terpotong oleh suara neneknya.

"Luna!"

"Apaansih Eyang." Nathan menahan malu karena Om Gio dan tante Nadia ikut tertawa.

"Siapa tu Luna?" Sahut Diandra.

"Kata Ila sih, Nathan sering bareng sama Luna." Eyang berbicara dengan nada menggoda, menggoda Nathan. Diandra menatap Nathan dengan selidik.

"Yaudah Opung, Eyang, Ayah, Bunda, Diko. Diandra berangkat dulu." Ia mengambil tasnya pada kursi. "Ayo Nath." Ia menarik Nathan yang sedang menikmati nasi goreng tantenya itu.

LS [2] - FalloutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang