Di malam yang sama namun di lain tempat, sekumpulan remaja labil kini sedang menjalankan misi penting untuk kesejahteraan raja nya.
"Marmut satu lapor, keadan terkendali, marmut satu copy." Kata pemuda bermata biru yang disamarkan oleh lampu kompleks, Vano.
"Marmut dua lapor, semua sudah siap, copy." Kata Abion melalui ponselnya.
"Berasa jadi Ethan Hunt gue," celetuk Ardhan.
"Ethan Hunt gundulmu! Dia profesional, lha kita? Agen amatir," balas Vano yang berjongkok di sebelah Ardhan.
"Serah lo deh, kalo lo seneng gue juga, ngomong-ngomong gue lebih suka Brandt," sahut Vino pada semak-semak seberangnya.
Keempat cowok yang kini bersembunyi di balik semak-semak saling mengkode, lalu mereka mengendap-endap ke arah samping rumah. Disana sudah ada seorang gadis yang menunggu untuk membukakan pintu.
"Hai sayang," goda Ardhan pada Cecill. Cecill sendiri tersipu.
"Woy! Jangan pacaran, banyak nyamuk nih!" Protes Vino sambil memukul pundak Ardan. Ardhan menggerutu sebal.
Cecill membukakan pintu dan pasukan 88 mengikutinya.
"Lilinnya kebalik pe'a," cerocos Vino pada Vano dan Abion yang memegang serta mengatur letak lilin.
"Sekali-kali jangan serius-serius lah, lucu-lucuan biar masa muda kita ada cerita," jawab Abion.
"Nah dengerin tuh ceramahannya bapak ustadz," timpal Vano. Ardhan memutar bola matanya malas sedangkan Vino dan Cecill terkikik.
"Rega udah tidur yang?"
"Udah, kekenyangan tadi. Sengaja di bikin sih."
"Bagus, ayo marmut kita jalan," ajak Vano memimpin barisan.
"Seneng banget sih nyebut marmut, heran gue," Kata Vino.
"Marmut itu lucu Vin, imut juga." Timpal Abion dengan nada gemasnya.
"Malam tante Merrel dan malam om Bradley," sapa mereka bergantian. Kini pasukan 88 yang menyamar menjadi agen marmut dan keluarga Rega berjalan menuju kamar utama sang target. Merrel yang membawa kue dengan lilin angka 17 diatasnya sedangkan Abion membawa kue dengan lilin angka 71 dia atasnya.
Setelah para agen marmut berhasil mencapai misi utama, terjadi percakapan ini:
Abion: "Rega lucu ya kalo tidur, polos."
Vano: "iya, kayak marmut yang warnanya coklat. Imut, lembut dan menggemaskan. Pingin cubit deh."
Ardhan: "bulu matanya Rega bagus, lentik."
Vino: "kalian nggak waras ternyata."
Kedua orang tua Rega dan Cecill hanya tertawa kecil.
"Biar Vano yang bangunin tan," tangan Vano mencolek krim roti ulang tahun yang dibawa Abion. Ia mendekati Rega dan mencolekan krim di kedua pipi Rega.
"Sayang...bangun," semuanya terkikik geli melihat Vano bersuara seperti itu.
"Ngh....." lenguh Rega merasa tidurnya terganggu.
Karena belum bangun juga, Vano berbisik pada telinga Rega, "Sayang bangun, ini aku, Diandra." Sudah tidak bisa dibayangkan lagi wajah semua orang yang ada di dalam kamar Rega, mereka semua mati-matian menahan tawa.
Rega yang aslinya sudah terbangun sejak ada yang mengoleskan krim pada wajahnya, tapi ia berpura-pura tidur. Oke dia akan mengikuti semua permainan temannya.
Dipeluknya Vano dan ia meracau, "sayang, aku kangen." Ucapnya.
Vano yang terkejut pun melotot dan terlihat geli, ia berusaha melepaskan diri dari pelukan Rega.
KAMU SEDANG MEMBACA
LS [2] - Fallout
Teen FictionLove Story [LS] book 2 Bagaimana saat aku terbangun semuanya berubah? antara aku dan kamu. Semestaku sekarat saat punggungmu tak terlihat, ingin kuterbangkan seribu kupu-kupu tuk sampaikan rinduku padamu. Saat mata senja ini berlinang jingga kutegas...