20. Sweetest moment

300 23 4
                                    

Legang, itu yang dirasakan pada rumah Luna. Tantenya dan Belinda sedang berlibur di Bandung, itu kata papanya. Ya, memang Luna sedang libur sekolah dikarenakan kelas tiga sedang menempuh ujian sekolah. Kebetulan sekali, papanya juga mengambil cuti satu minggu.

"Pa, Luna ke kamar sebentar ya?" Pamit Luna ketika dirinya dan papanya sedang menikmati sebuah film yang di putar di ruang keluarga.

"Mau apa sayang?" Adnan menoleh pada putrinya yang hendak beranjak dari duduknya.

"Ada deh, papa nanti juga tahu," Luna tersenyum jahil, itu membuat Adnan tertawa dan mengangguk kecil.

Sesampainya di kamar, Luna langsung menghidupkan macbook-nya, membuka aplikasi skype, menghubungi mamanya. Mama yang baru diketahuinya beberapa minggu terakhir.

"Hallo anak mama yang cantik, apa kabar?" Suara Sarah memenuhi telinga Luna ketika telepon tersambung.

Luna menyambutnya dengan riang, "baik ma, mama lagi ngapain?"

Sarah menengok kanan dan kirinya," nggak lagi ngapa-ngapin sih, kamu sendiri lagi apa sayang?"

"Tadinya sih nonton film sama papa tapi Luna kangen sama mama," cengir Luna. Sarah tertawa kecil.

Mereka terdiam sejenak, legang di ruangan itu, lalu Luna membuka pembicaraan lagi.

"Ma, Luna mau tahu kenapa mama ninggalin kami." Ucap Luna pelan.

Sarah memandang wajah putrinya lalu menghela napasnya,"itu semua demi kamu sayang."

"Tapi kenapa harus ninggalin segala ma, memang hubungannya sama siapa?"

"Sama tante kamu, karena suatu kejadian mengharuskan mama nggak muncul di depan tante kamu, dan mama berjanji pada diri mama sendiri, mama akan menyelesaikan semua walau solusi yang diperlukan membutuhkan waktu lama. Usaha itu membutukan waktu sayang, bahkan  keajaiban sekalipun juga memerlukan sedikit waktu."

Luna memandang mamanya sedih, "ya ma, sekarang Luna tahu. Luna mau tanya, mama kangen nggak sama papa?"

Sarah tersenyum, "kangenlah sayang." Seru Sarah gemas. Luna tertawa dibuatnya.

Tanpa pikir panjang, Luna menceletuk, "yaudah, mama kesini aja. Papa lagi cuti."

Muka Sarah berubah sedih, "tapi kamu tau kan sayang tentang permasalahan mama?"

"Luna tau banget ma. Kan mama ada konflik sama tante Rina kan?" Sarah mengangguk. "Nah, tante Rina lagi liburam seminggu di Bandung, nggak ada di rumah, mama tenang aja."

Sarah terdiam, ia berpikir, tidak ada salahnya dia muncul sekarang, dia sendiri sudah tidak bisa menahan lagi rasa rindunya.

"Tapi papa mu marah nggak ya sayang? Karena mama udah pergi lama," terlihat ketakutan dan keraguan di mata Sarah.

"Kan mama pergi bukan karena kemauan mama, ada alasannya ma dan itu demi kepentingan Luna juga. Soal marah atau enggaknya Luna nggak tahu, coba aja dulu ma. Kalau nggak dicoba pasti kita nggak tau." Sarah terlihat gugup disana.

"Tenang aja ma, nanti kalau papa marah, Luna yang belain mama," ucapnya riang, mencoba menghibur mamanya.

Sarah tertawa, lalu terdiam, ia menatap Luna lagi sebelum akhirnya mengangguk. Sontak tertawa senang dan tak sadar ia meloncat-loncat di atas ranjangnya.

"Luna jangan loncak-loncat, nanti jatuh." Sarah berucap dengan tawanya.

"Eh, maaf ma, habis Luna seneng." Cengirnya. "Mama cepet kesini, Luna tunggu!" Pekinya girang.

"Iya-iya, mama matiin ya sayang?" Luna mengangguk cepat dan skype mereka terputus.

Luna berteriak girang lagi, ia meloncat-loncat senang.

LS [2] - FalloutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang