Pagi ini, dengan awan biru yang menggantug apik di langit, Luna sudah bisa berangkat ke sekolah setelah sakit.
"Pa pamit," Luna mengecup kedua pipi Adnan.
"Hati-hati sayang, Papa juga pamit ke kantor ya?" Luna mengangguk lalu Luna mulai melangkah menuju gerbang sekolahnya. Adnan melihat punggung anaknya yang semakin menjauh dari dalam mobil dan mobil Adnan melaju meninggalkan sekolah putrinya.
"Luna." Panggil suara yang ada di belelakang Luna.
Luna menoleh, "Mama Lana?"
"Sudah sembuh sayang?" Sarah merangkul Luna.
"Udah dong ma, mama kenapa kemarin pulangnya nggak pamit Luna?"
Sarah membelai rambut panjang Luna dan berjalan beriringan,"mama ada urusan mendadak sayang, maaf ya."
"Iyadeh, padahal Luna kan pingin ngenalin mama ke papa." Perkataan Luna membuat Sarah terdiam, entah mengapa jantungnya selalu berdebar jika nama Adnan disebut.
"Luna!" Suara itu membuat tubuh Sarah menegang, baru saja ia membatin, kini orangnya malah berada di sekitarnya. Panjang umur kamu mas, batin Sarah.
Luna yang merasa dipanggil menoleh ke belakang, ternyata papanya, membawa buku dan sedang berjalan menghampirinya.
"Luna, mama pergi ya sayang. Mama mau ketemu kepala sekolah," ucap Sarah tenang mencoba menyembunyikan kegugupannya.
Luna mengernyit, "mama itu ada papa. Ayo kenalan dulu," bujuk Luna.
Sarah tersenyum, "kapan-kapan ya sayang. Mama pergi." Ucapnya lalu mengecup sayang kening Luna dan secepatnya berlalu.
Adnan yang melihat semua itu dari kejauhan, semua perlakuan kedua perempuan yang berdiri membelakanginya. Satu perempuan dia sangat tahu, dia putrinya, Luna. Sedangkan satunya lagi ia tak tahu dan ia sangat penasaran. Apakah wanita itu yang menolong putrinya?
"Loh papa kok?"
"Buku kamu ketinggalan sayang," Adnan menyodorkan buku paket kepada putrinya namun matanya memandang seolah ia sedang mencari-cari seseorang.
"Papa cari siapa sih?" Tanya Luna saat menyadari tingkah papanya.
Mata Adnan kini terfokus kembali ke Luna, "cari wanita tadi yang sama kamu. Sekarang dia dimana sayang?"
"Oh mama Lana. Katanya sih mau ketemu sama kepala sekolah, berarti ya ke ruang kepsek pa."
"Yaudah papa kesana," segera mungkin Adnan menuju ruang kepala sekolah, sampai-sampai ia mengabaikan panggilan Luna.
"Papa sama mama kenapa sih?" Guman Luna bingung.
Adnan dengan langkah lebarnya mencoba mengejar sosok wanita yang mengganggu pikirannya.
Sama,
Sarah juga mempercepat langkahnya, tepatnya menghindari Adnan. Bisa kacau rencananya, yang paling buruk bisa lama ia akan berkumpul lagi dengan suami dan putrinya.
Sarah mengarahkan ponselnya guna melihat bayang orang. Mati! Adnan mulai mendekat. Mustahil jika ia berlari, ia memakai sepatu berhak tinggi dan kabar buruknya ruang kepsek berada di lantai dua.
"Sarah cepat berpikir, cepat-cepat!" Gumamnya pada dirinya sendiri.
Seketika matanya berbinar. Toilet!
Sarah membelokkan diri ke dalam toilet perempuan di depannya. Setelah berhasil memasuki salah satu biliknya, ia mulai bisa bernapas lega."Sial!" Desah Adnan sambil meremas rambutnya. Pasalnya kurang sedikit lagi ia bisa bertemu dengan wanita misterius yang ia asumsikan sangat mirip dengan istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LS [2] - Fallout
Teen FictionLove Story [LS] book 2 Bagaimana saat aku terbangun semuanya berubah? antara aku dan kamu. Semestaku sekarat saat punggungmu tak terlihat, ingin kuterbangkan seribu kupu-kupu tuk sampaikan rinduku padamu. Saat mata senja ini berlinang jingga kutegas...