Pagi ini Luna terlihat gubrak-gubruk, akibat telat bangun.
"Non Luna mau berangkat? Pucet gitu?" Tanya Bik Atun yang mendapati muka pucat Luna yang sekarang sedang tergesa-gesa memakai sepatunya.
"Iya bik, ada ulangan biologi," Luna kemudian berdiri, menyambar kunci motor, lalu diam sejenak.
"Non Luna ini bibi bawain bekal," bik Atun memasukkan bekal ke dalam tas Luna.
"Iya bik, nih Luna kasih kunci motor."
"Lho non Luna nggak naik motor?" Tanya bik Atun sambil menerima kunci motor.
"Nggak deh bik. Luna naik ojek aja, takut nggak kuat," cengirnya, berusaha menyamarkan muka pucatnya, tapi tetap saja muka pucatnya terlihat kentara.
Luna mengambil tangan bik Atun dan menaruhnya pada dahi, bik Atun merasakan panas di dahi Luna.
Tahu bik Atun akan menceramahinya, lantas Luna bergegas pergi, "Assalamualaikum bik!" Teriaknya lalu berlari keluar rumah.
"Walaikumsalam non, semoga non Luna nggak papa." Kata bik Atun yang pastinya tak bisa lagi di dengar oleh Luna.
*
Luna sedikit berlari kecil menuju luar gang komplek rumahnya, biasanya disana ada pangkalan ojek. Kakinya semakin berat saja dikarenakan pusing yang menderanya, sebenarnya sejak bangun tidur, kepala Luna terasa pusing, apalagi ia belum menyentuh sarapannya.
Sesampainya pada pangkalan ojek, Luna langsung menyuruh si abang ojek menuju SMA Wijaya.
Sekitar dua puluh menit waktu yang dibutuhkan. Luna bergegas menuju kelasnya, karena pelajaran akan dimulai lima belas menit lagi dan di abaikan pusing pada kepalanya. Saat hendak berjalan pada lorong menuju kelasnya, ponsel yang ia genggam bergetar.
Papa is calling....
"Halo pa?"
"Halo sayang, maaf papa telepon pagi-pagi."
"Nggak pa-pa kali pa," Luna tertawa kecil sambil melihat kakinya terbalut converse-nya yang membawa langkah kecilnya menuju kelas.
"Ada apa pa?"
Terdengar helaan napas di seberang, "kepulangan papa diundur satu minggu lagi."
Luna terlihat kecewa tapi ia akan berpura-pura demi papa nya,"Nggak masalah buat Luna, pa. Asal papa selalu jaga kesehatan ya?!" Ucapnya riang.
Adnan terkekeh, "iya sayang, kamu juga ya."
"Iya pa. Pa, Luna kangen," Lirihnya.
"Papa juga kangen putri papa yang cantik.."
Pusing di kepala Luna semakin menjadi-jadi. Penglihatannya semakin memburam.
"Luna sayang, kamu dengerin papa kan?"
Saat akan menjawab ucapan papa nya, tubuh menabrak seseorang dan langsung membuatnya limbung, matanya berkunang-kunang dan semuanya terasa gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
LS [2] - Fallout
Teen FictionLove Story [LS] book 2 Bagaimana saat aku terbangun semuanya berubah? antara aku dan kamu. Semestaku sekarat saat punggungmu tak terlihat, ingin kuterbangkan seribu kupu-kupu tuk sampaikan rinduku padamu. Saat mata senja ini berlinang jingga kutegas...