Seperti pagi-pagi biasanya, Diandra berangkat ke sekolah dengan Nathan. Rasanya ia sangat rindu berangkat dengan Rega. Akh! Rega lagi.
"Woy! Ngelamun aja." Nathan menepuk bahu Diandra saat gadis itu duduk sendiri pada bangku panjang yang tersedia di depan kelas.
"Nathano!" Diandra balik memukul lengan Nathan.
Nathan tertawa terbahak-bahak jadinya.
"Cie yang mikirin R-e-g-a." Eja Nathan pada nama Rega.
Diandra mengerucutkan bibirnya.
"Kalau kangen ya dihubungi, lo belum coba ngehubungi dia kan?"
Diandra mengangguk lesu, "tapi gue takut kalo Reg-"
"Optimis!" Sahut Lenata yang baru saja datang dan mengambil duduk di sebelah Diandra, "oh hai Nath!" Sapa Lenata.
Nathan tersenyum dan menganggukan kepala kecil sebagai balasan.
"Pokoknya lo harus selesain misscom lo sama Rega. Gue duluan." Nathan mengacak-acak rambut Diandra dan tersenyum ramah pada Lenata sebelum pergi.
"Bener deh Di kata si Nathan, lo coba hubungi Rega duluan aja kan nomor lo ganti jadi mungkin Rega enggak bisa ngehubungin lo."
"Ah iya! Ponsel gue rusak pas kecelakaan. Okedeh nanti gue coba." Walau sebenarnya Diandra agak ragu akan ucapannya.
Lenata mengangguk, pada otak Lenata ada terasa yang mengganjal dan ingin mengungkapkan sesuatu pada Diandra, tapi apa?
Lenata mengerutkan keningnya, mencoba mengingat-ingat.
Ah!
Ya, Nathan!
Diandra selama ini dekat dengan Nathan. Apa mereka? Ah nggak mungkin! bantah logika Lenata. Jelas-jelas Diandra sangat mencintai Rega.
"Di.." panggil Lenata.
"Apa?"
"Lo sama Nathan itu ya?"
Diandra mengernyit bingung, "itu apa?"
"Lo berdua lagi pedekate?"
Diandra sontak tertawa terbahak-bahak. "Haha enggaklah Len, orang Nathan itu saudara sepupu gue."
Lenata manggut-manggut mengerti, "oh gue kira lo- eits gue baru inget! Lo sama-sama marga Wijaya." Diandra hanya mengangguk saja.
Lalu datang Ais, Ima dan Dinda.
"Asik nih pagi-pagi udah ramee." Ais mengambil duduk pada tempat Nathan tadi sementara Ima dan Dinda berdiri.
"Lagi ngosipin apa nih?" Suara kepo Ima anak rumahan berbunyi.
"Ah Imu kepo aja," Jawab Lenata. "Ini nih lagi ngomongin Nathan sama Diandra."
"Ha? Kalian apa? Pacaran atau jangan-jangan udah tunangan?" Tanya Ima ngaco.
Dinda yang berada di sebelah Ima langsung saja menoyor kepala Ima.
"Omongannya mbak enteng banget kayak kapas."
"Mereka lebih dari itu." Ucap Lenata yang terselip nada jahil.
"Lebih?" Beo Ais. Dinda dan Ima pun menjadi penasaran akut.
"Saudara sepupu." Jawab Diandra akhirnya untuk mengakhiri miss understanding.
Ima, Ais dan Dinda ber-oh ria.
"Kenapa lo bongkar dulu sih Di, gaasik deh." Gerutu Lenata.
"Gue pikir dulu lo sama Nathan juga pacaran, abis Nathan perhatian banget sama lo Di." Kata Ais saat mengingat perhatiannya Nathan pada Diandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
LS [2] - Fallout
Teen FictionLove Story [LS] book 2 Bagaimana saat aku terbangun semuanya berubah? antara aku dan kamu. Semestaku sekarat saat punggungmu tak terlihat, ingin kuterbangkan seribu kupu-kupu tuk sampaikan rinduku padamu. Saat mata senja ini berlinang jingga kutegas...