24. Sang Pemilik Hati

354 24 11
                                    

Diandra mematut dirinya pada cermin besar yang terdapat di kamarnya. Crop tees yang pastinya tidak terbuka alias crop tees yang menutupi perutnya dan jeans biru melengkapi penampilan sederhananya. Diandra menggerai rambut hitamnya yang menambah dirinya semakin cantik.

"Udah cantik," kata Ima yang memang ada di kamar Diandra sekarang. Tadi Ima ke rumah Diandra karena ia tidak mau berangkat ke stadion sendiri, makanya ia menghapiri Diandra.

Diandra tertawa kecil, "makasih Imu," ia lalu memakai sneaker yang berwarna senada dengan crop tees-nya, putih.

"Yok berangkat," Diandra menggantungkan kamera pada lehernya. Ima mengangguk, dan mereka berangkat menuju stadion dengan taxi yang sudah dipesan sebelumnya.

"Udah siap kan Mu, lo wawancaranya?" Mereka kini sedang memasuki stadion dan di dalam stadion belum banyak penonton, sepertinya para pemain sedang bersiap-siap.

"Udah sih Di, tapi gue rada grogi gitu." Mereka mengambil duduk di tribun.

"Kenapa grogi?" Diandra menaikkan satu alisnya.

"Yah nanti kalau pemainnya ganteng-ganteng macem pacar lo si Rega kan atau kayak sepupu lo si Nathan kan gue bisa pingsan." Ucap Ima lebay, seperti biasa.

"Dasar.." Diandra menoyor kepala Ima pelan dan Ima menggerutu sebal.

"Hai," sapa Lisa dan Cici yang mengambil duduk di tribun satu undakan bawahnya Diandra dan Ima.

"Hai," sapa Diandra ramah seraya tersenyum.

"Hai juga kalian," sahut Ima juga. "Eh, ini udah jam tujuh kok belum mulai?"

"Gue denger sih, katanya diundur setengah jam," jawab Lisa. Ima mengangguk paham.

Diandra mulai membidikkan kamera ke seluruh penjuru stadion yang mulai ramai.

"Heyyy!" Seru Lenata semangat.

"Lo berangkat sendiri Len?" Diandra melihat Lenata yang duduk di sebelahnya.

"Iya, Reno udah kumpul. Ais mau mesenin kue gitu buat ibunya. Luna katanya otw."

Diandra ber-oh-ria.

"Lo tadi liat Dinda nggak?" Tanya Ima melongokkan kepalanya untuk melihat Lenata yang terhalang badan Diandra.

Lenata tadi yang akan menjawab 'nggak tau' akhirnya menjawab, "tuh dibelakang lo."

Benar, Dinda di belakang Ima. Dinda sudah mengenakan jersey basketnya.

"Haiii," sapanya sambil melambaikan tangan.

"Hai Dinda!" Jawab mereka kompak.

"Foto bareng yuk?" Ajak Diandra.

"Ayo!" Diandra mengarahkan kamera DSLR nya untuk berselfi.

"Haha lucu-lucu," kekeh Lenata melihat ekspresinya. Setelah itu mereka mengobrol sembari menunggu pertandingan dimulai.

Sementara dilain tempat, Aisyah sudah khawatir kalau-kalau ia telat datang ke stadion.

"Aduh udah jam tujuh lewat lima nih," gumamnya cemas.

"Semuanya tiga ratus lima puluh dua ribu dek Ais," suara tante Gina-teman ibunya-membuat hati Aisyah bersorak.

"Ini tan, besok diambil kak Sean ya tan."

"Iya, kamu buru-buru ya?"

"Iya tan, ini udah ada janji. Ais duluan ya tan?" Aisyah menyalami tangan tante Gina.

"Naik apa tadi kamu Is?"

"Taxi tan."

"Wah harus jalan ke depan kompleks dulu ya? Maaf ya Is, tante nggak bisa nganter."

LS [2] - FalloutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang