8. Rasa Di Hati

329 22 11
                                    

"Papa berangkat dulu ya sayang?" Adnan merangkul lalu mencium kening putrinya.

Luna memeluk papanya, "iya pa, papa hati-hati di jalan ya?"

"Tentu sayang. Sampai jumpa dua minggu lagi."

"Luna bakal kangen.." Luna mengeratkan pelukannya pada papanya.

"Papa juga bakal kangen sama Luna. Yaudah kamu masuk gih." Luna mengangguk seraya melepaskan pelukannya. Di pandangi papa nya sekali lagi. Adnan mengusap pipi Luna, Luna memang sangat mirip dengan Sarah. Rasanya Adnan sulit untuk melepas Luna.

"Pa Luna masuk ya?"

Seolah tersadar dari lamunannya, "Ah iya sayang."

"Bye pa." Luna mengecup pipi papanya. Adnan tersenyum lalu melihat punggung putrinya yang menjauh.

*

"Diandra cepetan!" Seru Nathan yang tak sabar melihat jalannya Diandra.

"Ck! Kenapa sih buru-buru?" Selidik Diandra yang sedikit berlari untuk menyamai langkah Nathan.

"Ya..ada deh." Jawab Nathan bingung.

Diandra yang mencium bau-bau wangi, eh...merasa curiga pada Nathan, pasti ada hubungannya dengan Luna. Diandra tersenyum jahil mengetahui itu, apalagi saat ia melihat Luna yang berjalan sendiri.

"Nath?"

"Apa Di?"

"Lewat sana yuk?" Ajak Diandra sambil menaik-turunkan alisnya.

"Eh?"

"Udah ayok." Diandra langsung menggeret tangan Nathan hingga Nathan menggerutu karena langkahnya terseok-seok.

"Diandra woyy pelan-pelan kali. Lo itu belum sembuh total." Peringat Nathan namun Diandra tak menggubris.

Setelah langkah mereka dekat dengan Luna, Diandra langsung menarik tangan Nathan kencang hingga Nathan terpelanting dan menabrak Luna.

"Eh Nath..gue ada janji sama Rafa, bye!!" Seru Diandra sembari tertawa, ia langsung lari meninggalkan Nathan dan Luna.

Kurang ajar Diandra! Batin Nathan.

Nathan sekarang memegang kedua tangan Luna karena refleks akibat tarikan kencang dari Diandra pun hanya bisa tersenyum canggung, begitupun Luna. Tubuhnya yang sedikit terhuyung ke belakang akibat tabrakan dari Nathan pun juga ia sekarang memegang tangan Nathan agar ia tidak jatuh.

Walau posisi mereka sangat tidak nyaman tapi bagi mereka tidak masalah berada pada posisi seperti itu. Mereka berdua malah saling menatap tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Debaran jantung Luna semakin liar akibat tatapan dari Nathan yang mempesona, menurut Luna.

Nathan berdeham dan menarik tubuh Luna agar kembali tegak, tapi sialnya Nathan menariknya terlalu kencang sehingga Luna menabraknya lagi.

"Aww..." erang Luna sambil mengusap keningnya.

"Sorry Luna." Kata Nathan panik.

"Iya, nggak pa-pa Nath." Ucap Luna terdengar lembut di telinga Nathan.

"Eh tapi beneran Lun, sini gue lihat." Nathan menarik tangan Luna yang berada di kening, lalu tangan Nathan mengusap-usap kening Luna. Luna terdiam akibat itu.

LS [2] - FalloutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang