Two

1.6K 174 10
                                    

Jalanan di kota New York sangat macet, membuatku baru sampai Time Square saat hari sudah senja. Aku turun dari taksi dan berkeliling disini sendirian. Aku berhenti di depan Theater District saat seseorang menarik perhatianku.

Orang itu memakai sebuah kupluk dan jaket, ia sedang merokok. Louis? Apa itu Louis? Aku segera berlari kearahnya dan menepuk punggungnya.

"Louis!" Seruku. Orang itu berbalik dan menatapku aneh. Pipiku memanas seketika saat menyadari yang ku panggil tadi bukan Louis.

"Maaf, aku salah orang." Ujarku dengan sangat malu. Aku langsung berjalan pergi dengan perasaan malu. Bagaimana bisa aku berpikir dia adalah Louis? Padahal Louis mungkin sudah pindah rumah atau semacamnya. Dan jika ia tidak, Louis mungkin jarang pergi ke Time Square. Karena biasanya ia akan pergi ke Time Square bersamaku.

Kecuali ia punya orang lain.

"HOLY SHIT!" Seruku saat seseorang tiba-tiba saja menarik tanganku, menuntunku untuk berlari mengikutinya. Aku berusaha berhenti namun kekuatan orang itu sangat kuat. Kami berhenti disebuah sela bangunan yang gelap.

Ia mendorong tubuhku ke dinding dan langsung menyambar bibirku. Aku tidak membalas ciumannya. Aku menutup mata dan mulutku serapat mungkin agar ia tidak bisa menciumku. Bibirku ini hanya untuk Louis. Siapapun tidak boleh merasakannya!

Orang itu akhirnya berhenti merekatkan bibirnya dari wajahku. Sedangkan aku masih enggan membuka mata ataupun bibirku.

"C'mon Harold" Bisiknya. Suara itu membuatku terkejut bukan main. Aku langsung membuka mataku dan terpatung saat melihatnya disana.

Lampu remang-remang hanyalah satu-satunya sumber peneranganku. Walaupun begitu, aku tetap bisa melihat wajah indah miliknya. Mata birunya yang seperti lautan, tak pernah gagal membuatku merasa gugup.

"L-louis?!" bisikku tak percaya. Ia tersenyum lebar dan menangguk. Aku langsung menyambar bibirnya dan mengubah posisi kami menjadi Louis yang tersender di dinding. Louis menggigit bibirku, membuatku mengerang. Ia menggunakan kesempatan kecil itu untuk memasukkan lidahnya kedalam mulutku. Ia mengabsen satu persatu gigiku.

Aku terkekeh diantara ciuman kami dan berusaha mendorong lidahnya keluar dengan lidahku. Sampai akhirnya kami melepaskan ciuman kami karena kehabisan nafas.

"Welcome to New York, Harold" Ujar Louis. Aku memeluknya dengan sangat-sangat erat.

"I miss you so much, Lou."

"I miss you more, darling," Louis melepaskan pelukannya, ia memegang tanganku dan menatap mataku, "Aku selalu menunggumu disini."

Aku merasakan pipiku yang memanas. Aku tidak bisa menahannya. Aku kembali memeluknya dengan sangat erat, menghirup bau tubuhnya yang sangat kurindukan. Aku merindukan Louis yang tidur disebelahku setiap malam.

"Aku pikir kau sudah punya orang lain." Ujarku yang masih memeluknya. Tapi Louis diam saja. Ia tidak menjawab apapun. Aku mengerutkan keningku dan melepas pelukan kami. Louis menundukkan kepalanya, membuatku menganga tidak percaya.

"Jangan bilang kau punya yang lain, Louis William Tomlinson!" Seruku. Louis tetap tak bergeming, ia hanya memainkan jarinya. Aku hanya menatap jarinya yang saling bertautan satu sama lain, kebiasaan Louis ketika gugup.

Sampai akhirnya mataku mendapati sesuatu yang silau di jari Louis. Aku reflek langsung menarik tangannya dan mengangkatnya ke udara, mendekati wajahku. Louis langsung mendongak dan matanya melebar seketika.

Cincin. Itu sebuah cincin bertuliskan nama seseorang.

Eleanor.

"WHO THE FUCK IS ELEANOR?!" Teriakku. Louis reflek menarik tangannya dan menyembunyikannya di balik badannya.

"Tunanganku." Jawab Louis sangat pelan. Nyaris tak terdengar.

"You're a dick, Louis." Aku berjalan meninggalkan Louis dengan perasaan kecewa.

"I CAN EXPLAIN!" Teriak Louis. Aku tetap berjalan pergi. Air mataku jatuh seketika. Aku menepis air mataku dengan kasar dan memanggil taksi. Aku masuk kedalam taksi dan memberikan alamat rumahku.

Secret Little RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang