"Aku pulang!" Seruku seraya membuka pintu utama. Aku berusaha untuk tidak menangis di depan keluargaku karena aku tidak mau mereka tau aku baru saja bertemu dengan Louis.
"Ini putraku, Harry Styles" Aku menoleh dan terkejut ketika melihat keluargaku sedang bersama tiga orang asing, "Kesinilah Harry" Panggil Mum. Aku berjalan kearah mereka dan duduk di sebelah Gemma.
"Kenalkan, ini Bryan Swift, Linda Swift, dan Taylor Swift" Aku berusaha untuk tersenyum dan berjabat tangan dengan ketiga orang tersebut. Suasana canggung terselip antara kami semua. Hingga akhirnya Gemma memecahkannya.
"Taylor cantik kan, Harry?" Ujarny. Aku menatap Gemma bingung, lalu menatap Taylor yang tengah tersipu malu.
"Ap-"
"Kami sudah membicarakan ini sejak lama, Harry. Kami rasa Taylor cocok untuk menjadi pendamping hidupmu." Ujar Richard.
Apa maksud mereka?
Taylor cocok untuk menjadi pendamping hidupmu.
Pendamping hidupku?
Pendamping hidupku itu Louis!
Aku menatap mum dengan mata yang berair. Mum hanya bisa menatapku dengan tatapan iba. Kenapa ini?
"Oh, tidak. Tidak. Dad kau tau aku mencintai Louis!" Seruku dan berlari ke kamarku. Aku membanting pintu kamarku dan menguncinya. Aku menyenderkan tubuhku di papan pintu, tubuhku merosot. Aku memeluk kakiku dan menangis.
"Maafkan Harry, dia memang begitu. Dia belum bisa move on dari mantan kekasihnya."
"Aku dengar ia menyebut Louis. Apakah dia pria?"
"Apa? Hahaha, tentu saja tidak! Harry 100% straight. Ia bermaksud untuk bilang Louise, tapi aksen British nya terlalu kental. Itu mengapa ia menyebutnya Loueh."
Dasar pembohong.
"Aku rasa aku harus keatas dulu, permisi"
Tak lama setelah itu, aku mendengar suara ketukan di pintu kamarku, aku mengabaikannya dan tetep menangis.
"Harry, buka pintunya. Ku mohon."
"Kau sama saja dengan seorang penghianat! Kau bilang aku boleh mengejar Louis!" Seruku.
"Aku tidak tau apa yang terjadi, Harry. Aku bersumpah. Tiba-tiba saja tiga orang tadi datang tak lama sebelum kau datang. I have no idea siapa mereka, ternyata ayahmu yang mengundangnya kesini"
"Dia. Bukan. Ayahku!"
"Kau sudah belasan tahun tinggal dengannya, kau harus mengakui dia sebagai ayahmu."
"'Ayahku' tidak akan mengirimku ke pusat rehabilitas hanya karena aku seorang gay."
"Dia homophobic, Harry"
"Kau sama saja berkata bahwa ia jijik padaku. Seorang 'Ayah' tidak akan jijik dengan 'putra'nya. Lagipula aku tidak percaya dengan kata Ayah. Aku tidak tau apa itu ayah."
Author's POV
Keheningan terjadi diantara Anne dan Harry setelah perdebatan mereka tadi. Mereka sibuk berkutik dengan pikiran masing-masing.
"Harry," panggil Anne, "What's wrong?" tanyanya.
Anne hafal betul sikap putranya. Tidak biasanya Harry sangat sensitif seperti ini. Ia yakin bahwa ada sesuatu yang mengganjal pikiran Harry.
Tak lama kemudian, pintu kamar Harry terbuka. Menampakkan sesosok pria bermata merah dan rambut keriting.
"Masuklah.." ujar Harry lirih. Anne masuk ke dalam kamar Harry yang bercatkan putih dan jingga, sungguh bukan tipe Harry.
Harry duduk diatas ranjang, membuat Anne melakukan hal yang sama. Harry menyandarkan kepalanya di bahu ibundanya.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud memanggilmu pengkhianat.." lirih Harry. Anne tersenyum dan mengelus rambut putranya yang kini beranjak dewasa.
"Itu bukan salahmu, sayang. Aku seharusnya melarang ayahmu melakukan perjodohan ini." ujar Anne dengan tulus. Anne memang mencintai Richard, dan akan melakukan apapun asalkan Richard bahagia. Tapi jika kebahagiaan Richard sudah menganggu kebahagiaan anaknya, tidak seharusnya Anne menurutinya.
Setelah kurang lebih lima menit keheningan kembali menyelimuti mereka berdua, Harry akhirnya angkat bicara.
"Louis," ujar Harry, "dia.. Bertunangan." Dada Harry begitu sakit ketika mengucapkannya. Tapi rasa sakit itu akan berubah menjadi perasaan bahagia apabila tunangan Louis adalah dirinya. Sayangnya, tunangan Louis bukanlah dirinya.
Anne tidak berkutik. Dan dia juga tidak terkejut dengan apa yang Harry katakan.
Karena Anne datang ke pesta pertunangan Louis dan gadis itu, Eleanor.
Anne memutuskan untuk diam dan membiarkan putranya mengeluarkan isi hatinya yang sudah lama ia pendam.
"Aku bertemu Louis tadi.. Kami saling melepas rindu dan berbincang sebentar," Harry menarik nafasnya, "Sampai akhirnya aku melihat sesuatu yang berkilau di jarinya. Ternyata itu cincin.. Dan disana terdapat nama seorang gadis.. Eleanor. Aku tidak tau siapa dia, mum. Apakah menurutmu Eleanor adalah gadis yang baik? Aku mulai berpikir untuk melepaskan Louis jika memang Eleanor adalah gadis yang baik dan dapat mengerti Louis."
"Tapi aku tetap sakit ketika mengingat aku pernah bersama Louis sebelumnya. Aku ingat saat kami berbincang tentang masa depan dan anak-anak kami. Sungguh, selama aku di tempat rehabilitasi itu, aku selalu tersenyum malu mengingatnya.
Tapi sekarang mimpi itu musnah, mum. Tidak akan ada Larry Edwilliam Tomlinson.. Atau seorang gadis kecil bernama Athena Tomlinson di dunia ini. Kecuali Eleanor mengambil nama bayi yang aku dan Louis buat."
Anne semakin merasa bersalah saat mendengar pidato dari anak bungsunya itu. Ia jadi merasa bersalah atas semuanya.
Seharusnya ia memberitahu Harry bahwa ia dan Richard akan pulang lebih cepat.
Tidak.. Seharusnya ia tidak memaksa Richard untuk pulang lebih cepat karena ia lelah.
Seandainya Anne bisa memutar waktu, ia akan memutar saat dimana ia memaksa Richard untuk pulang. Jika Anne tidak memaksa Richard untuk pulang lebih cepat dari yang direncanakan, Richard tidak akan menyaksikan adegan Harry dan Louis, dan Harry dan Louis tidak akan dipisahkan.
"Mimpimu belum musnah, Harry. Aku yakin Louis punya penjelasan dibalik pertunangannya dengan Eleanor. Aku tau Louis sangat mencintaimu dan ia tidak ingin menyakiti hatimu."
Harry menatap Anne beberapa saat sebelum akhirnya mencium pipi ibunya itu, sebagai ucapan terima kasih karena telah membuatnya merasa lebih baik.
***
OKE GUE TAU INI JAM 1 MALAM, DISINI SIH JAM 2 MALAM. SAAT DIMANA ORANG LAIN TIDUR KARENA TAKUT TERLAMBAT, EH GUE ASYIK BACA FANFICT SMUT LALU TERINSPIRASI BUAT LANJUTIN NIH CERITA NGAHAHAHAA.
GUE TAU PART INI JELEK DAN MAAF KARENA TELAH MENGECEWAKAN KALIAN :( TAPI CHAPTER INI ADALAH JEMBATAN UNTUK CHAPTER AKHIR..
Gue gak tau bakal sampai chapter berapa Secret Little Rendezvous ini, menurut gue 10+ maybe? 15? 20? Tergantung ide nya sih. Hehehe.
All The Love, Raisa Stylinson aka Horan aka Hemmings .
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Little Rendezvous
FanfictionSebuah tempat pertemuan rahasia yang di datangi oleh dua orang pria yang memiliki kelainan seksual. ps. aku beri rate dewasa karena ini cerita boy x boy, if you're an under age, please be a wise reader. This is a boy x boy story, if you're a homopho...