Aku merasakan cahaya matahari menusuk mataku, membuatku terbangung. Bahuku terasa nyeri dan berat. Dan aku menyadari bahwa Louis masih terlelap dibahuku. Jadi tadi malam kami tidur disini? Di bawah sinar bulan dan malam yang dingin? Aku tidak merasakan dingin sedikit pun. Mungkin karena matahariku ada disini. Ia disini, di sampingku. Ia sedang tertidur. Aku menatap wajahnya yang halus, aku merindukannya.
"Babe wake up" Bisikku sambil menepuk-nepuk pipi Louis, tapi ia tidak kunjung terbangun. Aku mencium pipinya berkali-kali agar ia terbangun, dan itu berhasil.
"Alasyu Harry" gumamnya pelan lalu memeluk tubuhku, aku terkekeh.
"Hey Louis, ini sudah pagi. Sebaiknya kau pulang, aku tidak mau orang tuamu khawatir." Louis yang masih setengah sadar itu menggeleng dan memeluk tubuhku lebih erat. Lihatlah dia, astaga dia sangat manis.
"Aku mau disini dan memelukmu" gumamnya lagi. Aku tersenyum dan memeluknya balik. Membiarkan ia melepas rindu padaku, juga sebaliknya.
***
"Haarry.. wake up!" Aku menautkan kedua alisku dan membuka mata. Mata biru seseorang lah yang pertama kali aku lihat.
"Aku lihat Eleanor di Time Square! Kita harus pergi!" Seru Louis pelan. Aku yang sudah sepenuhnya sadar langsung menggeleng-gelengkan kepalaku, untuk menghilangkan kantuk. Aku melihat ke langit dan menyadari bahwa hari sudah siang. Jadi tadi aku ketiduran lagi?
"Harryy, ayo kita pergi. Aku takut Eleanor melihat kita.." ujarnya, aku tersenyum padanya dan berdiri.
"Bilang saja kita habis dari klub ya" Aksen kentalnya membuatku merasa nyaman. Aku mengangguk, aku masih mengantuk, jadi aku tidak banyak bicara.
"Tadi aku membelikanmu ini di Walmart" Ujar Louis seraya menyerahkan susu botol rasa coklat, aku menerimanya dengan senang hati.
"Kau masih ingat kesukaanku" Ujarku dengan suara yang serak, akibat bangun tidur.
"Bisa kau menormalkan suaramu? Kau membuatku horny." Aku yang tadinya mengantuk langsung tertawa terbahak-bahak.
"Kapan-kapan saja" Ucapku menggoda Louis, ia tersipu. Tak terasa kami tiba di depan Time Square. Di depan toko adidas, aku bisa melihat seorang gadis berambut coklat panjang dengan skinny jeans dan white blouse tengah melambai-lambai kearah kami. Lebih tepatnya Louis.
Gadis yang tengah memegang segelas starbucks itu berlari kearah kami.
"LOUIS KAU DARIMANA SAJAAA?!" Seru gadis itu, membuatku menatapnya jijik.
Gadis itu menatapku dari atas sampai bawah dengan tatapan jijik, "Kau siapa?"
Wow, aku pikir dia gadis yang baik dan ramah.
"Namanya Edward" jawab Louis, Eleanor menatap Louis dan langsung tersenyum. Ia melakukan starter step kearah Louis dan memeluk tangan Louis. Aku menatapnya kesal, dan memindahkan pandanganku ke mata Louis.
'I'm sorry' ujarnya tanpa suara. Aku bisa melihat dari gerakan mulutnya.
"Hey Edward! Kenalkan aku Eleanor Calder, tunangan Louis. Mungkin sebentar lagi akan menjadi Eleanor Tomlinson!" Serunya seperti tante girang.
Well, i'm his soulmate, bitch.
"Oh. Kuharap pertunanganmu akan berjalan lancar." Ujarku dengan sarkas, "Aku takut jika ia jatuh cinta pada orang lain." Sambungku disertai kekehan. Eleanor membulatkan matanya dan memeluk tangan Louis lebih erat. Sialan.
"Ah benarkah itu Louuuu?" Ujarnya dengan nada manja, "Louis-ku tidak akan jatuh cinta dengan perempuan lain, tau! Aku satu-satunya perempuan yang dicintainya, bweek!" Eleanor menjulurkan lidahnya padaku. Membuatku tersenyum miring.
Tapi Louis sedang jatuh cinta dengan seorang pria, bodoh.
"il est en amour avec un gars." gumamku pelan. (Dia cintanya sama cowok)
"Haa? Kau ngomong apa?" Ujar Eleanor bingung. Aku tersenyum masam dan menggeleng.
"Well, mate. Aku harus pergi. Aku perlu aspirin-"
"Kalian habis dari mana?" Sela Ele.
"Gay club." Ujarku asal. Menyebalkan sekali, asal menyela. Eleanor melebarkan matanya dan mencium pipi Louis.
Don't kiss him, i warn you.
"Ah Edward! Kalau kau gay jangan bawa-bawa Louis! Dia sudah bertunangan!" Seru Eleanor seraya mengangkat tangan kirinya dan Louis, menampakkan cincin pertungan mereka. Nama Louis terukir di cincin milik Eleanor, dan sebaliknya.
Aku merasakan mataku memanas, i hate her.
"Aku pergi." Lirihku dan berbalik. Aku berjalan ke jalan raya untuk mencari taksi. Setetes air mata mulai jatuh dari mataku. Aku menepisnya dengan kasar.
"Kalau kau gay jangan bawa-bawa Louis! Dia sudah bertunangan!"
Bukankah ia yang membuatku seperti ini? Bukankah ia yang membuatku tidak menyukai perempuan? Bukankah ia yang membuatku menjadi miliknya?
Tidak, apa yang aku pikirkan? Menjadi milik Louis adalah keajaiban terbaik yang ada dihidupku. Untuk apa aku menyesalinya? Toh, ia sudah menjadi milikku lagi. Kuharap..
Tapi cincin itu.
Seharusnya aku yang memakai cincin itu! Seharusnya aku memakai cincin yang bertuliskan nama Louis! Dan seharusnya Louis memakai cincin dengan namaku!
"Taksi!" Seruku. Aku benar-benar tidak dapat menahannya lagi, aku berteriak sangat kencang. Sampai-sampai beberapa orang menatapku aneh. Begitu taksi datang, aku langsung masuk ke dalam taksi dan meminta supir taksi untuk mengantarku pulang kerumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Little Rendezvous
FanfictionSebuah tempat pertemuan rahasia yang di datangi oleh dua orang pria yang memiliki kelainan seksual. ps. aku beri rate dewasa karena ini cerita boy x boy, if you're an under age, please be a wise reader. This is a boy x boy story, if you're a homopho...