"Kaynaaa afwaan, jangan pajang foto yang ada ana-nya di sosmed! Ana laa uriid (re: gak mau). Nanti takutnya, terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan bagimana?" Ucap Fafa dengan kesalnya. Lantaran sahabatnya ini ingin memajang foto Fafa yang diambil Kayna secara diam-diam.
Gaya bahasa Fafa dan Kayna masih lekat dengan pondok pesantrennya dahulu yang mengharuskan menggunakan bahasa asing. Namun bahasa Arab, tetap menajdi favorit Fafa dan Kayna yang masih terbawa sedikit- demi sedikit hingga saat ini.
"Ah, Fafaa nggak usah lebay gitu deh. Jarang-jarang kan, ana foto sama anti. Gak bakal kenapa-kenapa kok kalo ana pajang di sosmed. Lagipula ana juga kan nggak berteman sama asatidz ataupun asatidzah Faa. So, tenang ajaa oke." Terang Kayna dengan gaya bicara yang begitu santainya.
"Ah Kayna, bukannya gituu. Ana gak mau ya Kay, kalau tiba-tiba banyak ikhwan (re: laki-laki) yang liat foto ana bagaimana?" Tanya Fafa mengerucutkan bibirnya
"Yaa enggak gimana-gimana sih Faa. Palingan banyak yang muji kamu. Kan kamu jamillah jiddan (re : cantik sekali) Fa." Tangkas Kayna sembari menuangkan senyum lebarnya pada Fafa
"Ih apaan sih. Justru itu yang ana gak suka! Udaah ah, jangaan yaa Kaynaaa. Kaynaa kan jamillaaaah jiddaaaan, lagipula kan Kayna sahabat ana, mana mungkin Kayna tega sama ana. Iyaaa kan Kay?" Ujar Fafa sembari memuji Kayna agar kayna berubah pikiran supaya tidak memasukan foto tersebut ke sosmed.
"1..2..3. Yes udah ke upload Faa. Afwaan yaaa. Ini kan bukan foto selfie, Fa. Jadi, menurut ana sih wajar-wajar aja kalau ana masukin foto ini ke sosmed toh teman-teman kita alumni ponpes Darul Falah juga banyak yang begitu. Malah mereka lebih paraah kan Faa". Ujar Kayna
"Oh, jadi kamu juga mulai ngikutin alumni-alumni ponpes kita yang sekarang mulai berubah itu?" Tanya Fafa mengernyitkan dahi
"Eh....bu..ka..n.."ucap Kayna terpotong
"Ana heran deh, kenapa sih semenjak kita udah jadi alumni di pesantren Darul Falah, banyak yang udah mulai berubah. Padahal, dulu kita benar-benar diajarkan tentang akhlak, budi pekerti, terutama tentang masa remaja yang rentan ini. Kita kan sudah tahu tentang dalil mana batasan ikhwan dan akhwat. Kita juga sudah tahu dalil tentang dilarangnya pacaran." Ujar Fafa dengan tegas masih dengan tatapan yang cemas
Kayna pun menoleh pada Fafa, terlihat Fafa sedang memandang lurus ke depan. Fafa seolah sedang mengingat kejadian sewaktu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.
"Bahkan, ketika kita masih menjadi santriwan dan santriwati kita juga menghafal Qur'an dengan giatnya. Tapi coba lihat sekarang, ketika kita sudah menjadi alumni? Bukannya kita meneruskan perjuangan dakwah kita, bukannya kita meneruskan perjuangan menuntut ilmu dengan ikhlas. Tapi apa? Mengapa kita mulai berubah? Bahkan ada yang mulai berani berpacaran yang jelas-jelas sudah dilarang dan sudah pada paham sendiri dalilnyaa." Ujar Fafa melanjutkan begitu sangat merasa prihatin dengan teman-temannya yang mulai berubah
"Iyaa, Fa. Ana juga sadar kok. Mungkin semenjak mereka keluar dari ponpes mereka merasa sangat bebas. Dan merasa tidak diawasi ustadz dan ustadzah. Ana juga heran... Bisa-bisanya mereka pacaran." Balas Kayna ikut menanggapi
"Kayna, mau janji kan sama ana?" Ucap Fafa sembari menyodorkan jari kelingking nya
"Janji apa Faa?" Ujar Kayna
"Kayna nggak akan pacaran kan?"
Tanya Fafa"Lho, kok anti nanya gitu sih Fa?" Ucap Fafa heran
"Soalnya teman-teman kita yang pacaran, berawal dari mengunggah foto ke sosmed. Dan banyak ikhwan-ikhwan yang menyanjung kecantikkan mereka. Akhirnya mereka pun luluh..."Ucap Fafa
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ITU FITRAH
Teen FictionCinta Itu Fitrah, maka harus dijaga kesuciannya. **** Akankah Fafa mampu tetap menjaga fitrahnya? Atau justru terbawa arus mengikuti teman-temannya?