"Bagaimana Fa, enak kan seblaknya?" ujar Kayna di jalan menuju kembali ke sekolah usai menghabiskan seblak yang mereka beli tadi.
"Iyaa sih, kamu benar Kay! Seblaknya memang enak banget!" Fafa menanggapi
"Sudah ku bilaang. Hehe. Oiyaa habis ini mau langsung pulang aja atau mau nonton kelas yang masih bertanding?" tanya Kayna
"Hm, memangnya sudah boleh pulang ya, Kay? Kalau boleh, ya jelas, aku mau pulang aja," balas Fafa
"Nggak tahu sih ehehe. Tapi, nanti kita tanya dulu aja ya sama Andre ketua kelas kita. Siapa tahu dia dapat informasi dari guru," ujar Kayna
"Okee. Berarti sekarang, kita ke kelas aja dulu ya?"
"Iyaa, kalau mau nonton yang tanding juga ayo, Fa!" balas Kayna
"Eeeh.. Eng.. enggak mau, ah!" ujar Kayna cemberut
"Haha dasar, oh iya Fa, Raffi ngebales lagi gak pesan tadi?" tanya Kayna
"Hmm.. Kayaknya sih enggak. Tapi belum aku cek sih. Lagi pula mau iya atau enggak, aku nggak peduli," ujar Fafa ketus
"Mulai deeeh ketusnyaa kalau udah bahas Raffi.."
"Ya abisnya, aku nggak suka sih."
"Ooh, kalau yang kamu suka nggak apa-apa dibahas?" ledek Kayna
"Eh.."
"Hayooo.." ledek Kayna
"Emang aku suka sama siapa?" tanya Fafa
"Lah kok malah nanya ke aku sih Fa. Haduh, kamu tuh ada-ada aja," balas Kayna
"Nah, justru itu.. Aku nggak suka sama siapa-siapa," timpal Fafa ketus
"Yakin?" Kayna masih terus meledek Fafa
"Yup!" ujar Fafa semangat
"Kak Umar gimana? Haha."
"Ih, Kayna! Enggak!"
"Hmm. Iyaa deh iyaa.." Kayna nampak mengalah kini, ia tak tega melihat sahabatnya ini terus megerucutkan bibirnya.
Kayna, maaf yaa. Sebenernya, aku pun nggak ngerti sama perasaan aku sendiri. Memang, ada rasa yang berbeda terhadap keduanya. Tapi, sebelum rasa ini pasti dan memang sudah seharusnya diutarakan kelak. Aku akan jujur padamu. Janji! Biar kini, aku pendam saja semuanya. Aku takut, rasa ini adalah rasa yang tidak Allah ridhai. Fafa membisik dalam hati
"Haloo Fafa, kok jadi ngelamun gitu sih? Kenapa? Ada apa? Selain kejadian yang tadi pagi apakah ada sesuatu yang terjadi lagi?" tanya Kayna pada Fafa
"Hmm.. nggak apa-apa kok, Kay. Hehe." Kayna mengulas senyum terbaiknya. Namun, tetap saja.. Perasaan sahabat sulit untuk dibohongi. Kayna tahu sebenarnya ada suatu hal yang Fafa sembunyikan. Namun, Kayna memilih diam saja.
"Okee yuk, kita ke kelas. Pasti di kelas adem banget. Sepi." ujar Kayna yang masih berjalan ditemani Fafa di sampingnya
"Iyaa ya, betul!"
"Eeh, bentar-bentar. Itu, bukannya Kak Alif ya, Kay? Kok sendiri sih, tumben-tumbenan. Biasanya selalu ada Kak Umar. Istilahnya tuh kayak sayur dan garam. Perpaduan yang pas pokoknya."
"Iya betul, itu Kak Alif.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ITU FITRAH
Teen FictionCinta Itu Fitrah, maka harus dijaga kesuciannya. **** Akankah Fafa mampu tetap menjaga fitrahnya? Atau justru terbawa arus mengikuti teman-temannya?