••••
"Allahummaftahli abwaba rohmatika." Fafa dan Kayna mengucap do'a masuk masjid."Alhamdulillaah akhirnya sampai juga di masjid. Huh! Masjid memang menjadi tempat ternyaman di mana pun," gumam Fafa
"Fa, sudah ada wudhu?" tanya Kayna
"Alhamdulillaah sudah Kay, Kayna masih punya wudhu juga?" Fafa balik bertanya pada Kayna
"Alhamdulillaah sudah juga. Okee kalau begitu langsung saja ya kita salat masing-masing," ujar Kayna
"Okee Kay."
Mereka berdua pun salat dhuha di dalam masjid sekolah. Tempat favorit Fafa dan Kayna sejauh ini. Selain karena adem, gaya arsitekturnya yang keren dan minimalis. Entah mengapa, seberat apa pun masalah, pikiran dan lelah, ketika masuk ke dalam masjid terasa tenang dan lega.
"Fa, jadi kamu mau cerita apa?" tanya Kayna seusai salat dhuha.
"Oh iya, yang tadi pagi Kay," ujar Fafa membalas
"Gimana-gimana? Duh! Aku penasaran nih!" timpal Kayna
"Okee, aku ceritain ya. Jadi tuh pas tadi pagi aku berangkat sama abi, aku lihat Raffi bonceng ibunya pake motor. Ibunya terlihat pucat banget, Kay. Akhirnya, aku bilang sama abi untuk berhentiin motornya Raffi karena aku bilang dia teman aku." Fafa menceritakan kisah yang ia alami tadi pagi.
"Wah, terus-terus gimana, Fa? Ih! Aku penasaran!" Kayna terlihat tidak sabar menunggu kelanjutan cerita dari Fafa
"Iya, akhirnya abi berhentiin motornya Raffi. Dan ditanyalah Raffi mau kemana. Dia bilang mau ke rumah sakit nganterin ibunya. Di sana aku lihat, ibunya benar-benar pucet banget, Kay. Aku nggak tega banget!" ujar Fafa menyemburatkan wajah cemas.
"Hah, kok bisa? Terus-terus..? Ayo lanjut dong Fa! Jangan sepotong-sepotong. Aku penasaran nih!"Kayna nampak antusias mendengarkan cerita Fafa
"Jadi intinya, Raffi sepakat abi dan aku membawa ibunya ke rumah sakit menggunakan mobilku. Nah, Raffi menyusul pake motornya. Singkat cerita, ibunya Raffi dibawa ke IGD. Dan kami bertemu Raffi di sana."
"Ooh, jadi begitu, Fa," ujar Kayna mencerna perkataan Fafa
"Iyaa Kay, sejujurnya aku juga gak tega sih, ninggalin dia sendiri di rumah sakit kayak gitu. Tapi, siapa aku? Masa aku yang nemenin." Fafa menoleh ke arah Kayna
"Hmm.. Iya sih, jangan dong, kalau kalian berdua di sana. Bahaya." Kayna menambahkan
"Iyaa, lagian siapa juga yang mau! Aku cuma kasihan aja sebenarnya. Apalagi wajah ibunya yang sangat cantik itu, terlihat sangat pucat dan tidak berdaya. Ah, aku nggak tega." Fafa melanjutkan
"Hmm, oke Fa. Kamu nggak salah kok!" ujar Kayna
"Tapi, memang sih tadi Raffi nyuruh aku untuk tetap ke sekolah. Akhirnya, yasudah deh aku ke sekolah. Padahal, awalnya mau izin aja sih. Karena kan di sekolah cuma classmeet doang," ujar Fafa melanjutkan
"Terus-terus. Di sana kamu ada interaksi sama Raffi? Apa diem-diem aja?" tanya Kayna
"Hmm..."
Saat itu, Fafa menceritakan semua, yang sebenarnya terjadi pada saat itu.
Kayna menyimak dengan antusias sembari sedikit menggoda Fafa.
"Hmm, jangan-jangan benar dugaan aku Fa.. Raffi tuh suka sama Fafa," ujar Kayna
"Eh, Kaynaa.. Jangan mulai deh. Huft." Fafa menyemburatkan wajah kesalnya.
"Ehehe, becanda sih Fa. Lagi pula Fafa mah Kak Umar kan?" Kayna semakin terkekeh.
"Ih Kaynaa!! Engga. Ah, nggak tau ah. Sebel sama Kayna," ujar Kayna
"Eh, Maaf Fa. Hihi. Maaf yaa, becandanya keterlaluan.." Kayna memperhatikan wajah Fafa yang terlihat masih cemberut.
"Iyaa, dimaafin.." Fafa kembali mengulas senyuman kepada Kayna.
"Yaudah yuk Kay, mending kita muroja'ah aja gimana?" tanya Fafa pada Kayna.
"Ayoo!" Kayna mengiyakan dengan antusias
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ITU FITRAH
JugendliteraturCinta Itu Fitrah, maka harus dijaga kesuciannya. **** Akankah Fafa mampu tetap menjaga fitrahnya? Atau justru terbawa arus mengikuti teman-temannya?