"Iii tapi tetep aja masih nggak percaya." Ucap Salsha masih menaruh perasaan curiga.
••••
Meramu harap desiran ombak
Berlabuh di puncak keheningan
Bersama sekelumit memori yang terputar rapi
Skenario yang telah ditentukan-Nya
Membawaku untuk masuk ke dalam cerita ini."Hmm, Astaghfirullaah. Apa sih Fa? Kenapa tiba-tiba kamu nulis kalimat itu?" Gumam Fafa yang tanpa sadar menorehkan tintanya di atas buku diary kecilnya yang selalu ia bawa kemana-mana.
Fafa memang suka menulis. Menulis hal-hal sederhana yang ia temui. Namun tak jarang, segenap perasaan-perasaan yang ia miliki, ia tulis dalam buku kesayangannya itu. Fafa memang tak pernah cerita soal perasaannya kepada Kayna atau bahkan kepada orang tuanya sendiri.
Ia memendam sedemikian rupa agar tidak ada satu orang pun yang tahu akan hal itu. Mungkin, buku diary miliknya lah yang mengetahui bagaimana sebenarnya perasaan Fafa.
Sembari menunggu Ibunya Raffi di dalam ruangan ICU, Fafa, Abi Fafa, dan Raffi menunggu di luar ruangan. Setelah tilawah, Fafa pun membuka buku diary miliknya yang disampul depannya bertuliskan "Fafa, You're Strong Girl! In syaa Allaah!!
Fafa pun menulis dengan penuh penghayatan. Menceritakan secara detail apa yang ia temui dan rasakan saat ini. Namun, tanpa sadar ia menuliskan sebuah kalimat yang sebenarnya ia pun tak mengerti maksudnya.
Meramu harap desiran ombak
Berlabuh di puncak keheningan
Bersama sekelumit memori yang terputar rapi
Skenario yang telah ditentukan-Nya
Membawaku untuk masuk ke dalam cerita ini."Ih, Fafa kenapa tiba-tiba nulis kayak gitu Fa. Apa coba maksudnya?" Ucap Fafa dalam hati.
"Fa, kamu sudah bilang guru atau teman kamu, kalau kamu terlambat mengikuti jam pelajaran?" Ujar Abi menanyakan pada Fafa.
Fafa pun menoleh pada abi.
"Eh abii, astaghfirullaah Fafa hampir aja lupa. Makasih Bi sudah diingatkan."
"Yaudah Fa, cepat hubungi guru atau teman kamu. Sekalian sama Raffi juga tuh."
"Siap Bi."
Tiba-tiba terdengar suara Raffi
"Faa.. Nggak usah. Alhamdulillaah, tadi sudah aku izinkan ke Bu Andini dan sekretaris perizinan kelas." Ujar Raffi pada Fafa
"Eh.. Oh sudah, yaudah terima kasih banyak ya Raff." Ujar Fafa.
"Oh iya, om dan Fafa. Terima kasih banyak ya sudah membantu saya mengantar ibu ke rumah sakit. Terima kasih banyak. Maaf gara-gara saya, om dan Fafa jadi terlambat." Ucap Raffi
"Tidak apa-apa, Nak. Semoga ibu kamu cepat sembuh ya."
"Aamiin.. Oh iya, om dan Fafa tidak apa-apa jika mau duluan. Biar saya saja yang menunggu ibu saya saja.." Ujar Raffi
"Nak Raffi tidak apa-apa?"
"Iyaa Om. Terima kasih banyak sebelumnya."
Abi Fafa dan Fafa pun pamit, Raffi mengulas senyuman terbaiknya. Namun, ketika Fafa melihat sekilas, Fafa langsung menundukkan pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ITU FITRAH
Teen FictionCinta Itu Fitrah, maka harus dijaga kesuciannya. **** Akankah Fafa mampu tetap menjaga fitrahnya? Atau justru terbawa arus mengikuti teman-temannya?