Salah Menduga

12 0 0
                                    

Fafa pun segera menuju lapangan sekolahnya. Memastikan teman-temannya memang berada di sana.

Dari arah yang berlawanan, nampak Kak Umar dan Kak Alif yang tengah berjalan menuju ke arahnya.

Fafa pun memperlambat langkahnya, lalu menundukkan pandangannya.

"Duh! Ada mereka. Apa yang harus kamu lakukan, Fa? Berbalik arah? Rasanya tidak mungkin." Batin Fafa bergejolak

Fafa pun semakin memperlambat langkahnya, terlihat Kak Alif dan Kak Umar semakin mendekat ke arahnya.

"Jangan nyapa, jangan. Semoga Kak Alif nggak tiba-tiba nyapa," ujar Fafa sembari terus menundukkan pandangannya dan menggigit sedikit bibirnya.

1.. 2.. 3..

Mereka pun semakin mendekat.

Fafa pun memejamkan matanya sedikit. Berharap tidak ada interaksi yang akan terjadi.

"Fa.." ujar seseorang

Fafa pun masih memejamkan mata dan berjalan perlahan. Masih takut kalau-kalau Kak Alif atau pun Kak Umar menyapanya kali ini. Tapi untuk Kak Umar rasanya sangat tidak mungkin untuk menyapanyam

"Fafa.." tambah seseorang itu.

Fafa pun membuka matanya perlahan.

"Eh, iya.." Fafa menoleh, mencari sumber suara.

Dan ternyata suara tersebut adalah milik seseorang yang ia cari dari tadi. Ya, Kayna!

"Eh, Kaynaa.. Dari mana aja sih? Dari tadi Fafa tuh nyariin Kayna," ujar Fafa

"Wih Kayna ada di sini kok dari tadi. Fafa, kata Kalisa Fafa nemenin ibunya Raffi di rumah sakit?" Kayna bertanya sangat serius pada Fafa

"Iyaa Kay," balas Fafa

"Hmm.. Gimana ceritanya Fa? Kok bisa tiba-tiba kamu nemenin ibunya Raffi gitu?" Kayna menatap Fafa

"Hmm ceritanya panjang banget, Kay." Fafa menurunkan dahinya.

"Oke, ya sudah kalau kamu nggak mau cerita sekarang. Nggak masalah Fa, tapi kalau kamu butuh tempat cerita. Dan lagi pengen banget cerita. Aku siap dengerin," ujar Kayna

"Yeay! Maa syaa Allaah.. Sahabatku ini memang yang terbaik!" Fafa merangkul Kayna

"Oiyaa Fa, tadi kamu jalan sambil merem-merem gitu maksudnya apa ya?" Kayna bertanya heran pada Fafa, karena tadi ia melihat Fafa yang berjalan sembari memejamkan matanya.

"Ooo itu.. Hehe, nggak koo." Fafa terkekeh geli

"Tuh kan, ini juga nggak mau jujur. Ah, Fafa mah nggak asik ah!" Tambah Kayna

"Hehe iyaa deh aku mau cerita. Tapi sambil jalan ya, Kay." Fafa menoleh ke arah Kayna.

"Siap. Boleh banget dong!" timpal Kayna

"Iyaa, soalnya aku mau lihat classmeet kelas kita bertanding juga kan ya?" Tanya Fafa

"Iyaa Fa. Tadi sih udah babak satu tarik tambang putra. Alhmdulillah menang. Bentar lagi tarik tambang putri nih kayaknya."

"Wiii, keren banget tuh. Pengen nonton.."

"Iyaa ayoo, tapi sebelum nonton, ingat katanya tadi mau cerita?" ujar Kayna

"Oo iyaa hampir lupa hehe."

"Jadi, gimana Fa?" Tanya Kayna

"Jadi Kay, tadi tuh kan aku mau ke lapangan nyusul kalian.. Eh, tiba-tiba dari arah depan muncul Kak Umar dan Kak Alif. Aku kaget dong. Yaudah deh nunduk aja," ujar Fafa

"Ooohala.. terus-terus, ngapain merem segala? Kalau kepentok tiang koridor gimana Fa?"

"Hehe, abisan aku takut banget kalau Kak Alif atau Kak Umar tiba-tiba nyapa aku. Mana di sini sepi banget gini lagi. Yaudah deh akhirnya aku merem aja sambil berharap mereka nggak manggil atau pun nyapa." Fafa menoleh ke arah Kayna dengan penuh rasa cemas

"Eh, gitu toh. Alhamdulillaah ya. Apa yang kamu duga, nggak terjadi. Cuma ya, rada aneh aja gitu merem-merem sendiri." Ujar Kayna tertawa

"Ish Kayna!!"

CINTA ITU FITRAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang