Fafa menatap layar ponselnya.
154 pesan belum tebaca
3 panggilan tak terjawab"Ish, 3 panggilan tak terjawab?"
Fafa mengecek kotak masuk ponselnya.
3 panggilan tak terjawab dari nomor yang tak dikenal.
"Hmm, sebel! Apa sih gak jelas banget, main telepon-telepon aja. Siapa sih ini?" batin Fafa
08xxxxxxx is calling...
Fafa membiarkan telepon berdering begitu saja sampai berhenti sendiri.
Kemudian, membuka pesan yang masuk dalam aplikasi whatsapp-nya.
Fafa merenung sejenak memperhatikan pesan yang masuk satu persatu.
Mata Fafa tertuju pada pesan yang dikirimkan oleh Kayna.Fafa, angkat teleponnya. Itu nomor baru aku. -Kayna
"Hmm.. Alhamdulillaah ternyata yang nelepon tadi Kayna," ujar Kayna
Kemudian membalas pesan Kayna
Ada apa Kay?
Fafa menurup ponselnya kemudian kembali membuka diary kesayangannya.
Tak terasa bait-bait diksi mengalir begitu saja.Terpaku dalam keheningan malam
Menyaksikan indahnya benda langit bertebaran
Sudah tepatkah yang puan kulakukan?
Menyembunyikan sesuatu yang tak bisa puan definisikan
Menyimpan rapih dalam palung terdalam
Semenanjung harap telah dikemas apik dalam atom-atom kemasygulan
Lempeng-lempeng nurani bertabrakan dengan bisikan fatamorgana
Apa yang harus puan lakukan?
Mentranslasi jarak ataukah merefleksikan harap?Fafa pun kembali menutup diary-nya.
"Ya Allah, Fafa bingung sama perasaan Fafa sendiri. Fafa nggak ngerti," gumam Fafa
Fafa merebahkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya sembari menatap langit-langit kamarnya.
Tak terasa bayangan-bayangan kejadian tadi pagi sampai siang di sekolah berkelebat dalam benak Fafa.
Di mulai dari ia bertemu Raffi yang sedang mengantar ibunya yang tengah sakit sampai bertemu dengan Kak Umar yang tengah memperhatikan Kak Rissa sedang bermain badminton di lapangan sekolah.
Batin Fafa berkecamuk, tak mengerti apa yang sebenarnya ia rasa.
Ia merasa ada hal yang berbeda ketika Raffi bersikap begitu manis kepadanya. Namun, ia pun risih jika Raffi meneleponnya seperti tadi.
Dan Kak Umar, ia merasakan ada sesuatu yang berbeda saat melihat kak Umar walaupun dari sudut terjauh. Sebenarnya, berpapasan dengan Kak Umar seperti tadi pagi, membuat Fafa ingin pingsan saja! Karena Fafa benar-benar tidak bisa mengendalikan degup jantungnya. Terlebih saat Fafa tak sengaja melihat Kak Umar sedang memperhatikan Kak Risa yang tengah bermain badminton di lapangan sekolah tadi. Hatinya seakan ingin terpental jauh saja.
"Huaaa, astaghfirullaah. Ini aneh. Benar-benar aneh. Fafa nggak ngerti Ya Allaah, apa yang Fafa rasain saat ini," ujar Fafa sembari menatap langit-langit kamarnya.
Fafa pun memejamkan matanya sejenak, merileksasikan pikirannya. Kemudian beranjak dari tempat tidurnya untuk mengambil air wudu.
"Udah ah. Mending wudu, sikat gigi, pamitan sama umi abi habis itu tidur. Biar nggak usah mikirin kayak gini lagi," gumam Fafa sembari beranjak dari tempat tidurnya menuju ke toilet.
Sebelumnya, Fafa pamitan untuk tidur terlebih dahulu pada umi dan abi.
"Mi, bi.. Fafa mau tidur duluan ya. Assalamu'alaykum." Fafa izin tidur duluan pada umi dan abi sambil mencium kedua tangan mereka.
Kebiasaan Fafa saat sebelum tidur jika umi dan abi belum tidur adalah mencium tangan dan berpamitan dahulu kepada kedua orang tuanya.
"Iyaa sayang. Jangan lupa wudu dulu yaa sebelum tidur," ujar umi
"Al-mulk-nya jugaa dibaca yaa kak! Jangan lupa," ujar abi menambahkan
"Siappp mi, bi!"
"Okee kalau gitu Fafa duluan ya, mi, bi." Fafa pun menuju toilet yang berada di dalam kamarnya, setelah berwudu Fafa melaksanakan salat witir dsn tilawah surat Al-Mulk sebelum tidur.
Saat hatimu dipenuhi luka, sesak, dan kecewa. Bersabarlah. Akan ada cerita indah setelah ini. Yakinlah, Allaah akan memberikan Skenario terbaik-Nya untuk hamba-hamba-Nya. Tak usah risau perihal harapan yang berjalan seolah berkebalikan. Semua memang telah diatur, tinggal bagaimana kita untuk selalu berusaha beradu harap pada-Nya, selalu memantaskan diri dan ikhlas apa pun skenario yang Allah beri:)
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ITU FITRAH
Teen FictionCinta Itu Fitrah, maka harus dijaga kesuciannya. **** Akankah Fafa mampu tetap menjaga fitrahnya? Atau justru terbawa arus mengikuti teman-temannya?