Salat dzuhur pun usai, seluruh siswa-siswi dan guru pun kembali ke aktivitasnya masing-masing.
Ada yang melanjutkan classmeet karena pertandingan kelasnya kebagian jadwal siang.
Ada yang sibuk kembali membaca buku-buku di perpus yang menurut Fafa bangunan yang paling unik di sekolahnya.
Ada yang berhamburan ke kantin dan jajan di mang yang berjualan dengan gerobak.
Dan masih banyak kegiatan-kegiatan lainnya.
Manusia memang begitu, suka sibuk dengan dunianya sendiri. Selama masih dalam batas wajar memang tidak apa-apa. Asal jangan lupa pada Sang Pencipta.
"Fa, habis ini kita mau kemana?" ujar Kayna di teras masjid yang sudah selesai menggunakan sepatu sambil melirik Fafa yang masih sibuk mengenakan sepatunya."
"Hmm.. Aku ngikut aja deh, Kay," balas Fafa
"Okeee kalau gitu. Beli seblak, yuk! Katanya sih Fa, di ujung gang sana ada seblak tulang yang enak banget! Dan yang gak kalah penting, murah banget juga harganya!" ujar Kayna antusias
"Eh, seblak ya? Boleh tuh.. Qadarullaah aku lagi pengen seblak dari kemarin," timpal Fafa
"Nah kaan! Yaudah ayoo Fa!" Kayna menarik tangan Fafa dengan antusias, melihat Fafa sudah selesai mengenakan sepatu
DRRTT DRTT
Tiba-tiba ponsel Fafa bergetar
"Emm, Kay. Bentar dulu. Posenlku bergetar sepertinya ada pesan yang masuk. Aku mau lihat dulu ya," ujar Fafa.
"Oke oke Fa.." Kayna membalas Fafa dan mengikuti Fafa kembali duduk di teras masjid tersebut.
[Bismillaah.. Fa, terima kasih banyak ya tadi sudah mengantar ibuku ke rumah sakit. Aku gak tau gimana jadinya kalau misalnya ibuku tidak ada yang membantu.]
Fafa membaca pesan itu dengan seksama yang ternyata pesan tersebut adalah dari Raffi
Fafa hening sejenak.
"Fa, kok diem aja sih, katanya mau balas. Memangnya dari siapa pesannya?" ujar Kayna bertanya
"Eeh.. ini Kay, dari Raffi. Dia chat bilang terima kasih." Fafa menimpali
"Ya sudah kalau begitu, ayo balas. Kok diem aja sih?" tanya Kayna
"Hmm.. Aku bingung, Kay. Kalau balas takut berlanjut. Kalau nggak balas, takut dikira sombong." Ujar Fafa
"Ih, iya juga sih ya. Tapi, kalau boleh aku saranin ya mending balas aja si Fa. Singkat aja tapi. Kalau perlu pakai titik di akhir kalimatnya. Biar penegasan gitu." ujar Kayna menyarankan
"Oke deh kalau gitu, aku bales dengan tempo sesingkat-singkatnya," ujar Fafa
"Haha kayak proklamasi yaa Fa." Kayna terkekeh.
"Yup! Pokoknya jangan sampai ada interaksi lebih lanjut. Jangan." Fafa menambahkan.
"Ya Allaah bisa nggak yaa. Ih, kok mau bales sama-sama aja berat banget gini sih," gumam Fafa
"Fa.. kok masih diem aja sih?" tanya Kayna
"Eh.. eng, aku bingung."
"Bingun apa lagi Fafa cantik, perlu aku yang bales nih?" tawar Kayna
"Waaah dengan senang hati. Boleh banget dong Kay." ujar Fafa girang
"Haha, oke deh sini," ujar Kayna dan Fafa pun langsung memberikan ponselnya pada Kayna
Kini pesan tersebut telah dibalas dengan Kayna.
"Udah nih, Fa. Yaampun bales sama-sama aja, mikirnya dua jam," kekeh Kayna
"Hehe iya maaf, abisan aku bingung dan takut." Fafa menanggapi
"Yaudah, yuk! Jadikaan mau beli seblak di ujung gang itu?"
"Jadi doong!"
"Yuk, keburu antre."
"Siap! Bu komandan."
"Hahaha."
Walaupun pesan itu telah dikirimkan oleh Kayna, Fafa sebenarnya masih gugup dan cemas tidak tahu kenapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ITU FITRAH
Teen FictionCinta Itu Fitrah, maka harus dijaga kesuciannya. **** Akankah Fafa mampu tetap menjaga fitrahnya? Atau justru terbawa arus mengikuti teman-temannya?