"Ooohala.. terus-terus, ngapain merem segala? Kalau kepentok tiang koridor gimana Fa?" Kayna menatap Fafa serius, namun sebenarnya ia ingin terkekeh geli melihat tingkah sahabatnya ini
"Hehe, abisan aku takut banget kalau Kak Alif atau Kak Umar tiba-tiba nyapa aku. Mana di sini sepi banget gini lagi. Yaudah deh akhirnya aku merem aja sambil berharap mereka nggak manggil atau pun nyapa." Fafa menoleh ke arah Kayna dengan penuh rasa cemas
"Eh, gitu toh. Alhamdulillaah ya. Apa yang kamu duga, nggak terjadi. Cuma ya, rada aneh aja gitu merem-merem sendiri." Ujar Kayna tertawa
"Ish Kayna!!" Fafa pun meninggalkan Kayna di belakang.
"Hehe Fa, Maafin.. Cuma becanda kok!" ujar Kayna mengejar Fafa dengan tawa yang masih sumringah.
"Jadi gimana Fa, katanya tadi mau cerita?" tambah Kayna
"Hmm iya, tapi ceritanya lumayan panjang. Kayaknya nanti aja deh Kay!" ujar Fafa menatap Kayna
"Yah, padahal udah semangat dengerin nih!" Kayna membalas
"Hehe sahabat aku memang terbaik, yaudah yuk ke lapangan dulu aja. Ana mau lihat classmeet."
"Okee deh. Tapi, habis itu janji ya bakal cerita!" Kayna menatap Faga
"In syaa Allaah." Fafa mengulas senyum pada Kayna. "Yuk ah, ke lapangan!" Ujar Fafa melanjutkan.
Fafa berjalan beriringan dengan Kayna melewati koridor kelas yang sangat-sangat sepi seperti tak berpenghuni. Dari kejauhan sudah terdengar sorak-sorai anak-anak yang sangat-sangat antusias untuk menyemangati kelas mereka masing-masing.
Sesampainya di area lapangan, terlihat berjubel siswa-siswi memadati area lapangan. Dengan suara khas mereka masing-masing. Sontak, suasana ini membuat Fafa tak nyaman.
"Kay, balik ke kelas aja, yuk!" ujar Fafa
"Lho kenapa, Fa? Bukannya tadi anti semangat banget pengen ke lapangan, liat yang clasmeet?" Kayna heran terhadap Fafa, mengapa sahabatnya ini seratus delapan puluh derajat berbalik keinginan, seperti ada hal lain yang ia rasakan.
"Ah, enggak. Cuma pengen yang sepi aja. Habis di sini ramai banget sih. Ana sebenernya nggak suka yang terlalu ramai seperti ini, Kay," ujar Fafa
"Yah.. namanya classmeet pasti ramai dong, Fa. Mana ada classmeet yang sepi. Mau tanding sama siapa? Haha." Kayna terkekeh
"Hmm.. yaudah deh kita ke masjid aja gimana? Anti belum salat dhuha kan, pasti?" tanya Fafa
"Eh, iyaa Fa. Yaudah deh, kalau ke masjid mah ayoo.." Kayna menggandeng tangan Fafa menuju masjid sekolahnya
Di tengah perjalanan menuju masjid, Fafa melihat sesosok yang tak asing lagi. Ya! Siapa kalau bukan Kak Umar?
Tapi tunggu! Dari kejauhan, sorot mata Fafa mendeskripsikan sesuatu, Kak Umar seperti tengah serius memperhatikan seseorang.
"Kay, sebentar dulu ya. Ana mau membetulkan kerudung dulu. Ini nih kerudungku miring-miring gara-gara ditarik sama anti barusan haha," ujar Fafa sembari melepas gandengan Kayna dan merapikan kerudungnya yang agak sedikit miring. Tak lupa melihat siapa sosok yang sebenarnya dilihat Kak Umar itu.
"Ooh okee Fa. 'Afwan yaa Faa," ujar Kayna
"Na'am, laa ba'sa, Kay," ucap Fafa masih membenarkan kerudungnya
"Fa, benerin kerudungnya sambil ngeliatin apa sih?" Kayna melihat sorot mata Fafa yang sedari tadi tengah serius memperhatikan sesuatu
"Eh.. eng.. Yuk, ah Kay kita ke masjid."
Fafa mengalihkan pembicaraan"Bentar-bentar, itu kok yang lagi duduk kayak kak Umar ya? Eh, itu juga yang lagi pertandingan badminton kak Risa kan ya?" selidik Kayna
"Hm, iya. Memang mereka." balas Fafa singkat.
"Oh, pantesan jadi tiba-tiba bete gini wajahnya. Gara-gara lihat mereka ya, Fa?" ledek Kayna
"Ish Kayna, nggak! Yuk ah kita ke masjid aja. Keburu waktu dhuha-nya habis, Kay." Kali ini, Fafa yang menggandeng tangan Kayna. Karena, sahabatnya ini tak mau juga beranjak dari posisi itu. Masih memperhatikan kak Umar dan Kak Risa di sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA ITU FITRAH
Fiksi RemajaCinta Itu Fitrah, maka harus dijaga kesuciannya. **** Akankah Fafa mampu tetap menjaga fitrahnya? Atau justru terbawa arus mengikuti teman-temannya?