Part 13

31.8K 1K 12
                                    

Keheningan memenuhi taksi itu selama lanjutan perjalanan pulang. Sebagian besar karena Boyd gak tau mau ngomong apa dan aku yang masih meikirkan tentang pembicaraan kita tadi. Lalu, sang tupir taksi memecahkan keheningan, "Um, excuse me, we've reached you're destination," katanya.

Kita berdua lalu berterima kasih, Boyd membayar taksinya, dan kita masuk ke hotel kita, "Welcome, Mr dan Ms Kirt. Was your day pleasant?" tanya penjaga pintunya. Tapi, aku menghiraukannya dan Boyd hanya mengangguk sambil tersenyum kecil.

Saat kita sampai di kamar, "Boyd, kamu tau gak, dengan kamu melakukan semua itu, kamu sebenarnya berpeluang melakukan apa ke Bianca?" tanyaku setelah menganalisis berjam-jam (Cia, menganalisis), "Melakukan...apa?" tanya Boyd balik. Seperti yang saya kira, dasar cowok gak mikir konsekuensi.

"Kamu tuh bisa-bisa ngebuatin Bianca hamil 5 tahun yang lalu!" kataku agak kesal. Boyd yang sepertinya baru menyadari kesalahannya itu, "Ha...hamil?!" teriak Boyd gak percaya.

Aku hanya mengangguk pelan. Boyd yang tadinya berdiri langsung duduk di sofa, depresi, sambil bergumam dan memegangi kepalanya, "D..dia ibu anakku. Aku punya anak sama dia. What the hell? What the fu**?!" dan aku juga bingung mau ngapain.

Tiba-tiba, Boyd berdiri dan dengan cepat mengambil jasnya dan mau keluar dari pintu, sebelum aku mencegatnya, "Boyd! Kamu mau ngapain?!" tanyaku, "A...aku akan mengambil tanggung jawab! Aku akan menikahi Bianca!!" katanya. Aku terkejut.

"He...hey! Jangan cepat-cepat mengambil keputusan!" "Tapi, dia sudah menunggu minimal 5 tahun untukku menungguku mengambil tanggung jawab!!!" katanya. Lalu, keheningan menyelimuti kamar kita. Aku mengerti perasaan Boyd. Serius, mengerti. Tapi...

"Tunggu. A..ayo kita pikir dulu. Kan, belum pastikan kalau Bianca itu hamil? Siapa tau gak, dan dia cuma masih suka aja sama kamu, dan..." tapi, ucapakanku terputuskan saat Boyd tanya balik, "Eh? Masih suka sama aku?"

Akupun sadar aku baru saja mengatakan hal yang tidak seharusnya. Aku dengan cepat menutup mulutku, dan berkata, "E...emmm...anu..." kataku gagap. Boyd yang mukanya masih bingung berkata, "Aku sudah membeberkan rahasiaku, sekarang, apa rahasiamu?"

Aku menghela nafas panjang dan mulai menjelaskan semua yang terjadi kemarin pas pertama kali ketemu sama Bianca. Boyd yang mendengar dengan seksama hanya mengangguk-angguk saja. Setelah aku selesai bercerita, ada keheningan sementara.

Lalu, Boyd tiba-tiba mengeluarkan HP dia dan mulai menelpon seseorang, dan dia taro di speaker HPnya dengan volume paling kencang, lalu dia mengisyaratkan aku untuk diam. Dan saat aku mendengar suara di ujung lainnya.....Bianca.

"Hello? Who is this?" tanyanya, "Bianca... ini Boyd," jawab Boyd. Aku mendengar Bianca berteriak sedikit lalu lanjut menjawab, "Hi Boyd! Kok tumben, kamu nelpon?" "Shh... aku nelpon ini pas istriku udah tidur... jangan terlalu berisik..." kata Boyd sambil melihat ke arahku sebentar.

"A..ah!! Ini telpon rahasia, ya?" kata Bianca senang, "Iya. Sekarang, Bianca... apa kamu masih mau kita... berhubungan?" tanya Boyd, "Ya pasti dong!!" "Sekarang, aku mau nanya...dulu, kamu... pernah hamil gak... sama...anakku...?" Boyd bilang dan menunggu Bianca menjawab sampai keringat dingin.

Lalu, aku mendengar Bianca tertawa senang, "Ahahahaha! Lucu juga kamu tanya, aku dulu hampir aja ngasih tau kamu! Iya, aku pernah hamil sama anakmu, pas minggu ke 2 kamu disini 5 taun yang lalu, tapi aku langsung aborsiin kok!" katanya.

Aku langsung menutup mulut karena mau bersuara, dan Boyd yang keliatannya syok dengan fakta bahwa anak pertamanya langsung "terbunuh" bahkan sebelum sempat tumbuh. Lalu dia mengepalkan tangannya yang gak megang HP dengan keras.

"Ka..kamu aborsiin?" kata Boyd sambil menundukkan muka, "Iya, takut ya kalau ada kemungkinan hidupmu bakalan susah ya sama anak kecil lari-larian? Gak papa, aku juga benci anak-anak juga kok!" katanya senang.

Dan Boyd langsung matiin HPnya. "Boyd? Kenapa dima...." dan perkataanku diputusin sama Boyd, "Padahal... aku udah berpikir... punya Boyd kecil lari-larian di rumah kita sekarang itu. Aku gak apa-apa kok, punya 2 istri, tapi kan...." dan aku melihat air mata jatuh di pipi Boyd.

Aku merasa iba. Aku tau kalau Boyd itu suka banget sama anak kecil. Dibuktiin kalau kita ketemu anak kecil pas kita lagi jalan-jalan dan nabrak Boyd (yang anehnya sering banget) dia selalu elus kepala mereka dan tuntun mereka balik ke ibu mereka.

Aku juga tau kalau sebenarnya Boyd mau punya anak. Entah itu cewek ato cowok. Dia pas di pesawat kemaren terus-terusan ngomongin gimana dia mau punya adek buat diajakin main. Aku selalu ketawa mendengarnya. Tapi, mengetahui anak pertamanya itu malah diaborsiin....

Aku yakin dia sekarang sedihnya luar biasa.

Yang bisa aku lakukan sekarang cuman duduk di sebelahnya dan memeluknya selagi dia menangis di pundakku. Aku gak tau apa yang bakal terjadi besok. 

My CEO Husband [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang