Setelah sebulan menyibukkan aku dan Boyd dengan Eric, bayi yang akan datang, dan mencari rumah baru, akhirnya semuanya mulai membuahkan hasil yang manis.
Eric yang dilatih, sekarang sudah gak takut lagi sama tali, dan belajar untuk menahan "Sisa" dia sampai waktunya jalan. Dia juga sudah bisa duduk dan stay, dan trik-trik mudah lainnya.
Bayinya ternyata cewek, yang aku dan Boyd putuskan untuk beri nama Ririn, yang berarti merdeka, karena dia seharusnya lahir di bulan Agustus, bulan Indonesia merdeka.
Rumah barunya... untungnya, kita mendapat rumah yang sempurna. Berada di antara kantor dan rumah ayah, dan ukurannya besar, ditambah ada kolam renangnya. Harganya juga lumayan.
Dan akhirnya, hari ini kita berempat akan pindah. Masuk mobil, Eric yang sekarang sudah 8 bulan naik sendiri, dengan Mitsu tepat di belakangnya.
"Apa kita sudah siap?" tanya Boyd melihat keduanya yang sudah duduk manis, "Iya!" dari Mitsu, dan "Guk!" dari Eric. Setelah puas mendengarnya, Boyd menyalakan mobil dan berangkatlah kita ke rumah baru.
"Oh iya, Mitsu! Kamu pakai ini, ya!" kataku ke Mitsu sambil memberikannya penutup mata, "Bisa iket sendiri, gak?" tanyaku melihat Mitsu mengambilnya. Mitsu mengangguk dan berusaha mengikatnya.
Sekitar 2 jam kemudian, sampailah kita di rumah barunya. Aku mengikat Eric untuk memastikan dia gak kabur, dan Boyd memegang tangan Mitsu sambil menunduk sedikit.
Sampai di depannya persis, penutup mata Mitsu dibuka. Mitsu melihat rumahnya yang baru dengan mulut terbuka, terkagum, "Waah!" katanya sambil melihat kanan kiri.
"Eric!! Yuk!!" kata Mitsu, mengajak Eric untuk melihat ke dalam. Eric, dengan ekornya yang bergoyang-goyang, lari di belakang Mitsu mengikutinya.
Aku dan Boyd berjalan santai setelah mereka, dan memasuki rumahnya. Selama ini, yang melihat rumahnya hanyalah Boyd, karena dia mau ini jadi kejutan untukku juga.
Yang aku lihat adalah rumah dimana dinding dan lantainya terlihat dari kayu, membuatnya terlihat hangat. Ada 2 lantai, seperti rumah pertama, tapi ini jauh lebih besar.
Kalau kita masuk, kita bisa melihat 2 rak sepatu dan jas di kanan dan kiri. Kalau kita maju ke kiri, ada dapurnya. Di sebelah kiri kita ada toilet buat tamu-tamu.
Rencananya, di sebelah kanan dapur kita taro tempat main buat si Eric, dan tempat menghukum dia kalo dia lagi nakal. Tempat main ini ada di ujung kiri rumah lantai 1.
Di sisi satunya, ada mini bar (karena Boyd mau coba-coba). Di depannya ada meja melintang yang menghadap ke dapur, tempat bermain dan mini barnya.
Di sebelah kanan lantai 1 adalah ruang tamunya. Dan di sebelah kiri ruang tamunya ada kolam renang!!
Saat Mitsu melihatnya, dia kegirangan. Eric saja sampai terjun untuk berenang. Di kanan ruang tamunya ada tangga spiral untuk ke lantai 2.
Lantai 2 ini mirip dengan lantai 2 di rumah lama, tapi disini isinya kamar semua. Kalo lurus terus ada kamar tidurnya Mitsu. Di sebelah kirinya ada kamar tidur aku dan Boyd.
Di seberang kamar tidur kita, ada kamar tidur Ririn. Kamar tidurnya Ririn langsung terhubung dengan kamar mandi. Memang, di setiap kamar ada kamar mandinya sendiri.
Tapi, yang satu ini untuk jaga-jaga saja. Setiap kamar juga punya balcon. Dengan balcony aku, Boyd, dan Mitsu menghadap ke kolam renang, balcony Ririn menghadap ke depan.
Tempat untuk mencuci baju ada di kamar mandi lantai 2.
Tentu saja, dari semua kamar yang paling besar kamarku dan Boyd. Kamar Mitsu dan Ririn ukurannya sama.
Kalo dalamnya, aku gak akan bilang lebih jauh, karena isinya biasa saja. Kasur, bedside tables, lampu, lemari baju.
Untuk Mitsu dan Ririn, ditambah meja belajar dan rak buku. Setelah selesai melihat rumahnya, aku dan Boyd ke bawah untuk melihat Eric dan Mitsu basah kuyup, masih di dalam kolam renang.
"Hey, ini udah waktunya makan siang. Ayo kita keluar dulu!" kataku mengajak Mitsu keluar. "Eric ikut?" tanya dia sambil meluk Eric, yang membantunya berenang.
"Eh? Agak sus..." perkataanku dipotong oleh Boyd, "Ayo! Di deket sini ada restoran yang ngebolehin pengunjungnya bawa anjing, ayo Eric!"
"Guk!" kata Eric senang. Setelah mengeringkan mereka berdua, kita berempat naik mobil dan menuju restorannya.
*Bagian ini di-skip karena Author sedang berpuasa, jadi ogah nulis bagian mereka makan*
Setelah makan, Eric dan Mitsu yang kekenyangan tidur di bagian belakang mobil, saling menyender ke satu sama lain.
Bahkan saat sudah sampai rumahpun, mereka masing tidur pulas. Terpaksa, Boyd mengengkat Mitsu dan aku berusaha membangunkan Eric.
"Eric...Eric..." kataku membangunkannya. Beberapa saat kemudian, Eric bangun dan melihatiku. "Guk!" katanya sambil menggoyangkan ekornya.
"Haha, tuan kecilmu ada di kamarnya, Eric," kataku sambil mengelusnya. Eric seakan bisa mengerti apa yang diucapkanku, langsung lari keluar dan ke atas.
Oh iya, salah satu tambahan ke kamar kita adalah semuanya punya pintu khusus anjing, jadi Eric, yang sudah dilatih untuk menahan buangannya, bisa bebas masuk keluar kamar kita.
Aku mengikutinya dari belakang. Dan saat dia sudah masuk kamarnya Mitsu, dia naik kausrnya dan tidur di sebelahnya, "Walah, ternyata masih ngantuk," kataku.
Tiba-tiba, aku merasa perutku sangat sakit, sampai aku terjatuh. Boyd yang mendengarnya muncul dari tangga spiralnya.
"Leyna?! Kenapa?!" mendengar Boyd berteriak panik, Mitsu dan Eric ikut keluar melihat. "Mama?" tanya Mitsu khawatir.
Eric mendekatiku dan mencium-cium, saat dia tiba-tiba menggonggong. "Kenapa, Eric?" tanya Boyd sambil meliaht apa yang digonggongi Eric.
Boyd langsung mengangkatku dan mengajak Mitsu ke mobil, serta meninggalkan Eric untuk menjaga rumah saat melihat ternyata air ketubanku pecah.
Setelah menaruhku di mobil dengan pelan dan mengunci rumah (sekalian menyuruh Eric menjaga rumahnya) dia naik dan cepat-cepat ke rumah sakit.
Sialnya, karena dia lumayan mengebut, ada polisi yang menghentikan kita gak jauh dari rumah. Polisinya dengan santai ke jendela Boyd yang sedang panik.
"Pak, bapak tau kalo bapak..." ucapannya terpotong dengan Boyd yang berteriak, "PAK! ISTRI SAYA MAU MELAHIRKAN, PAK! AIR KETUBANNYA SUDAH PECAH!"
Polisinya dengan rekannya yang kaget, langsung membuka pintuku, karena aku sudah berkontraksi. "Baik, Pak, gak usah panik. Kita sudah dilatih untuk situasi seperti ini."
Mitsu yang hanya bisa melihat ketakutan, saat Eric muncul di sampingnya. Ternyata, dia kabur melihat mobil kita disuruh meminggir!
Mitsu langsung memeluk bulu Eric yang lembut sambil menangis, "Ric..Eric..." katanya. Eric, yang badannya sudah besar, menyuruh Mitsu menaiki punggungnya.
"Ya, Eric! Bawa dia pulang, tolong!" kata Boyd sambil terus memegang tanganku. "Guk!" balas Eric, sambil berlari ke rumah, dengan Mitsu yang memegang erat kalungnya.
Melihat hal ini, banyak orang melihat, dan untungnya salah satunya adalah dokter. Dia turut serta membantu melahirkan Ririn. Pentonton yang rumahnya dekat situ membantu dengan memberi alat-alat yang diperlukan.
Setelah apa yang terasa seperti berjam-jam dalam proses melahirkan, akhirnya, Ririn keluar. Tangisannya membuat beberapa penonton menangis, dan semuanya tepuk tangan.
Dokternya yang sudah memotong tali pusar si Ririn, memberi Ririn ke pelukanku, "Ririn..." kataku pelan sebelum akhirnya pingsan.
-Boyd's POV-
Setelah Leyna pingsan, aku dengan cepat memegang kepalanya, sementara dokternya menangkap Ririn yang hampir jatuh.
"Terima kasih, Pak, Dok," kataku, melihat dan mendengar Ririn di tangan dokternya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO Husband [COMPLETED]
RomanceKehidupan biasa + Penemuan luar biasa = ??? Baca apa yang terjadi berikutnyaa :v Cliché? Biarin!