Part 32

19.1K 594 6
                                    

-Boyd's POV-

Mengingat deadlinenya besok, aku menghabiskan seharian mengumpulkan uang. Setelah selesai mengumpulkannya, aku pulang dan melihat Terry memegang Mitsu yang menangis.

"Dia daritadi minta mamanya," kata Terry. Aku merasa kasihan sama Mitsu dan mengambilnya dari tangan Terry, "Maafkan aku, Pak. Aku gagal memenuhi janji kita."

Terry tersenyum lesu dan menepuk pundakku. "Tapi, Pak," kataku, "Aku belum menyerah," lanjutku. Perkataanku membuat Terry bingung. "Aku itu sangat perhatian, taukan Pak?"

Dia hanya mengangguk, tapi masih keliatan bingung, "Pas tadi penculiknya mengangkat telponku, itulah kesalahan terbesar dia. Walau aku terdengar bingung, aku memperhatikan semuanya."

Aku melihat Terry dan bisa melihat matanya berputar saking bingungnya, "Aku mendengar bgm nya, dan itu saja sudah cukup buat aku. Tentu, setelah itu aku mendengar suara penculiknya, dan suaranya lumayan unik."

"Tunggu, jadi kamu tau pelaku dan kemana Leyna diculik?" tanya Terry. Aku tersenyum sinis dan mengangguk. "Kalau begitu, kamu ngapain ngumpulin semua uangnya?"

"Untuk plan B. Aku belum tentu benar, Pak, aku hanya ingin asuransi saja kalau gagal," jawabku. Seketika, ada keheningan.

"Terus kamu mau ngapain sekarang?" tanya Terry memecah keheningannya, "Ya kesana, Pak."

-Boyd's POV End-

Pas aku sadar, aku melihat ada 1 orang cowok di depanku, duduk di kursi sambil membaca buku. Mukanya gak kelihatan, tapi rambutnya berwarna coklat, dan dia memakai baju casual.

Tangan dan kakiku diikat, tapi mulutku gak ditutup. Tapi, aku masih terllau lemah buat berteriak. Tiba-tiba dia melihatku dan berdiri, menutup bukunya.

"Nyonya Kirt sudah bangun! Selamat pagi!" katanya dengan riang, "K..kamu siapa? K..kenapa?" kataku susah payah. Dia hanya tersenyum.

"Ya, bilang ajalah aku dipekerjakan oleh... uhm! Seseorang, dan sebenarnya, uangnya cuman tambahan doang. Aku diperintahkan untuk membunuhmu. Nih! Pistolnya."

Aku lalu melihat dia mengeluarkan pistol dan memainkannya di tangannya. Aku hanya bisa mengerutkan dahi.

"Aku bakalan sama kamu sampai besok, nih. Semoga suamimu bawa uangnya, ya," katanya sambil memasukkan lagi pistolnya.

"Tapi, kenapa ya, CEO seperti Boyd Kirt, memilih cewek seperti kamu? Memang bikin bingung, ya?" lanjutnya sambil smirking.

Dia melihatku, dan aku bisa melihat jelas mukanya. Matanya berbeda warna, 1 coklat 1 biru. Hidungnya lumayan mancung, dan bibirnya tipis.

Lalu dia melempar sebuah amplop ke arahku, "Mau tau gak, kenapa dia milih kamu? Jawabannya bisa membuatmu kaget, sih," katanya sambil menunjuk amplopnya.

"Aku... gak perlu alasan... yang penting, sekarang kita bersama, dan sudah menciptakan keluarga bahagia," kataku. Senyuman dia perlahan menghilang.

Dia mendekatiku, dan mukanya makin lama makin dekat denganku, "Kalau saja kamu tau alasannya, aku yakin kamu bakalan menyesal menikahinya, dan marah besar, cukup untuk membunuhnya."

Tiba-tiba, dia menciumku. Aku kaget setengah mati. "Bibirmu empuk, enak deh. Ah, tapi mendingan aku berhenti disini. Bosku bakalan marah, nih."

"You bastard," kataku. Dia hanya tersenyum dan kembali duduk di kursinya. "This bastard just has to wait for your husband to come with my money," katanya, membuka bukunya.

Setelah itu, aku lagi-lagi kehilangan kesadaran dan jatuh.

-Boyd's POV-

Aku menepi di gedung dimana aku mengetahui Leyna berada. Aku keluar, dan mulai memasukinya pelan-pelan. Disitu, aku mendengar suara.

  "This bastard just has to wait for your husband to come with my money," aku mendengar ada seorang cowok berbicara, yang suaranya sangatlah mirip dengan penculiknya.

Sama persis, bahkan. Lalu aku juga mendengar ada suara seseorang jatuh yang pelan. Aku mengintip dan melihat Leyna terbaring di depan penculiknya yang membaca buku.

Melihatnya membuat darahku mendidih. Tiba-tiba, aku mendengar dia berbicara lagi, "Iya kali aku bakalan melewati kesempatan ini."

Dia lalu mendekati Leyna yang pingsan dan mulai menyapu rambutnya ke belakang telinganya, "I'm gonna have a field day with you," dia bilang.

Aku, yang udah gak bisa menahan amarahku, keluar pelan-pelan dan menuju ke belakangnya. Sekarang, aku hanya bisa berharap dia gak balik badan.

Akhirnya, aku berhasil. Aku memegangnya dengan keras dari belakang dan dia langsung kaget. Dia mau menendangku agar aku melepaskannya, tapi dia gagal.

Sayangnya, genggamanku kurang keras, jadi dia bisa melepaskannya dengan sedikit tenaga. Dia berbalik melihatku, lalu tersenyum.

"Wah, suaminya udah disini ternyata. Mau jadi pahlawan dan membantunya? Hah! Aku yakin selama hidupmu, kamu bahkan gak pernah berolahraga," katanya.

Aku senyum balik, "Don't judge a book by it's cover, kan? Mungkin kamu gak melakukan penyelidikan lebih dulu kepadaku, tapi sebenarnya aku gini-gini sering berantem dulu, dan aku selalu menang."

Senyumannya mulai menghilang setelah aku memberitahunya. Dia mulai dengan cepat berlari ke arahku dan tangannya segera meluncurkan pukulan ke perutku.

Tapi, aku dengan mudah menghentikannya dan memukul wajahnya dengan keras. Lalu dia mundur, menyeka darah yang keluar dari mulutnya.

Setelah itu, kita berantem dengan keras. Tendangan dan pukulan melayang dimana-mana. Akhirnya, diapun jatuh. "Haha, kontraknya gak bilang aku harus berantem denganmu."

"Kontrak? Siapa yang ngontrakin kamu?" tanyaku, "Orang yang... sangat benci kepadamu, bisa dibilang. Ya, salah kamu sendiri sih, nipu CEO seperti dia dulu."

Aku kaget, tapi berusaha terlihat tetap tenang. "Ah, orang itu masih hidup ternyata," kataku, "Iya, hidup dan ingin balas dendam kepadamu," katanya.

Perlahan-lahan, aku mendekati Leyna dan mengangkatnya, "Aku gak peduli apa yang dia lakukan kepadaku. Tapi, jangan berharap aku akan tetap diam kalau dia melukai keluargaku."

Aku lalu pergi dari gedung itu, meninggalkan penculiknya berdarah dan kesakitan. Aku menaruh Leyna di mobilku dan menuju rumah.

Di rumah, aku melihat Terry langsung berdiri saat melihatku menggendong Leyna yang pingsan. "Mana Mitsu?" tanyaku.

"D..dia udah tidur. A... apa Leyna gak apa-apa?" dia balik bertanya. Aku melihat Leyna yang tertidur pulas, dengan mukanya yang damai.

"Dia cuman tidur doang, sehabis dia bangun aku yakin semuanya bakaln balik normal."

Terry lalu jatuh di kedua lututnya, menangis. "Untunglah. Terima kasih, terima kasih, Boyd," katanya, air mata menghujani kedua pipinya.

Aku merasa kasihan kepadanya, dan bilang, "Aku gak berhak mendapat terima kasihmu. Lagian, aksiku dulu lah yang menariknya dalam bahaya. Aku... aku minta maaf."

Terry menggeleng, "Apa yang kamu lakukan sekarang jauh lebih baik daripada aku dulu saat Saskiya yang diculik. Dulu, aku hanya bisa duduk dan berharap dia baik-baik saja."

Dia lalu mendekati Leyna dan mengelus kepalanya, "Kalau aku kehilangan dia, aku gak tau mau ngapain lagi," katanya sambil mencium dahinya.

Aku membawa Leyna ke kamar, dan membaringkannya di kasur. Setelah itu, aku kecapekan dan langsung tidur.

Tetap saja, aku senang Leyna kembali ke kita dengan aman.


My CEO Husband [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang