Setelah beberapa menit Boyd diam, aku mulai berbicara, "Ternyata cuman gitu doang," kataku. Boyd matanya langsung melotot kaget.
"Maksudku, itu juga namanya bisnis, kan? Ya, bisnis gelap, sih. Tapi salah orang itu juga gak ngebalik-balik dulu kontraknya. Kalo CEO yang dulu bodoh sampai bisa ditipu kayak gitu, berarti bisa-bisa kamu malahan nyelametin perusahaan itu loh," jelasku.
Boyd menutup mulutnya yang daritadi kebuka, "A..ada juga ya sudut pandang kayak gitu," katanya sambil tersenyum sedikit. Lalu, dia melihatku dengan muka lega dan bersinar, "Makasih, sayang."
Lalu, dia memelukku dengan erat. "Beneran, makasih banget," ulangnya. Aku tersenyum lebar dan balas pelukannya.
Sepertinya, dia udah lama memendam hal ini sendiri, jadi dia tenang pas akhirnya dia bisa nyeritain ke orang lain, karena setelah itu, dia jadi lebih sering, jauh lebih sering tersenyum.
Setelah dia bercerita, kita berdua langsung ke kamar dan... "tidur". Pagi-pagi, saat kita sarapan, tiba-tiba ada yang mengetok pintu.
"Kamu lagi nungguin tamu?" tanyaku ke Boyd. Dia menggeleng-geleng. "Aku juga gak," kataku. Aku mengelap tanganku bekas memasak ke celemekku dan membuka pintunya.
"Pagi," ada suara ceria dari balik pintu. Ternyata Roy! "Wah! Kok tiba-tiba datang?" tanyaku ke Roy. "Lagi mau aja," jawabnya sambil tersenyum lebar. Aku lalu mempersilahkan dia masuk.
Roy langsung menghampiri Boyd dan Boyd juga ikut kaget. "Kamu ngapain muncul tiba-tiba?" tanya Boyd. Roy, masih tersenyum, membisikkan sesuatu ke telinga Boyd.
Selebihnya, aku gak melihat atau mendengar soalnya kau lanjutin masak.
-Boyd's POV-
"Aku denger kamu udah cerita ke Leyna, ya?" bisik Roy ke telingaku. Dia lalu mundur dan mengamil roti yang ada di meja.
"Nyuri makanan orang aja," kataku. "Udah, gak usah basa-basi, iya atau enggak?" tanya Roy. Aku menghembuskan nafas dan mengangguk.
"Akhirnya," kata Roy sambil duduk di salah satu kursi di dekatku. Mitsu yang berada di kanannya kebingungan. "Eh iya, kamu belum kenal ya," kataku sambil menggendong Mitsu.
"Ini Om Roy. Om. Om, loh ya," kataku memperkenalkan Roy, "Heh, enak aja manggil aku Om. Gini-gini aku lebih muda 6 tahun daripada kamu, tau," kata Roy kesal.
Dia mengambil Mitsu dan menggendongnya dengan senyuman. Tapi lalu, senyumannya lama-lama menghilang. Aku gak tanya kenapa, karena aku mengerti.
"Terus, kamu mau ngelakuin apa biar dia tetap selamat?" tanya dia dengan muka serius. "Aku yakin kamu tau bahayanya apa kamu ngasih tau itu ke Leyna."
"Aku kasih tau ato enggak, dia tetap bakalan kena bahaya. Orang-orang itukan gak tau juga dia tau ato gak, kan?" kataku, ikutan serius.
Roy lalu mencondongkan badannya ke depan sedikit, "Pokoknya, kalo kamu apa-apain Leyna," katanya dengan jarinya menunjukku dan alis mengangkat sebelah.
"Aku tau. mendingan aku pasang bodyguard aja kali ya buat dia?" kataku, "Ide yang bagus," jawab Roy sambil bersandar lagi.
Tiba-tiba, Leyna datang membawa makanan, "Sarapan udah siap. Roy, kamu mau sarapan disini?" tanyanya ke Roy. Roy langsung melihat ke Leyna dan memasang senyum di mukanya.
"Gak usah, makasih. Aku tadi udah sarapan. Aku cuman mampir doang, sehabis ini aku mau langsung ke kantor," kata Roy memberi Mitsu ke Leyna.
"Kalo gitu, perginya sama Boyd aja!" kata Leyna dengan seyum lebar melihat Mitsu ketawa, "Haha, gak usah, ngerepotin si bos aja," jawab Roy sambil melambai-lambaikan tangan.
Lalu, dia berdiri, mengucapkan salam dan keluar.
-Boyd's POV End-
Aku melambai Roy pergi. Sayang dia gak bisa ikut sarapan. Tadi, Roy keliatan agak lemas dan kurus, jadi aku sebenarnya mau maksain dia makan, tapi dia kabur.
Lalu aku masuk dan duduk di depannya Boyd. Mukanya agak tegang, "Kalian tadi ngomongin apa?" tanyaku, "Tentang tadi malem aja," jawabnya tersenyum.
Aku mempercayai senyumannya yang tulus itu. Tapi aku tau, memang inti pembicaraannya tentang tadi malam, tapi ada hal lain yang gak dia omongin.
Aku membiarkannya saja dan kita mulai sarapan. Sehabis itu, Boyd berangkat kerja. Walaupun aku agak sedih dia masih gak bisa nyeritain semuanya ke aku, aku tau dia perlu sedikit privasi.
Kataku dalam hati sambil membuka laptopnya dan mencari-cari diary elektrik yang mungkin saja Boyd punya di laptopnya.
Lalu, aku berhenti dan membaca notes yang dia punya. Tulisannya banyak, dan keliatannya itu diary dia.
Aku membaca, makin lama makin bawah. Dan yang kubaca membuatku makin lama makin deg-degan. Aku... aku gak pernah tau Boyd punya rahasia kayak gini.
Aku tutup laptopnya dan merapikannya lagi, lalu aku mengambil Mitsu dan memelukknya dengan erat.
Seharian itu, aku sama sekali gak bisa melakukan apa-apa. Mau bersih-bersih rumah, aku hampir memecahkan salah satu perabotan.
Mau masak, aku terus-terusan terluka. Akhirnya, aku duduk saja dan menonton TV, dengan Mitsu di depanku lagi bermain.
Jam 6-an, aku mendengar Boyd pulang. Seperti biasa, dia mengetok pintu dan dengan nadanya yang ceria, dia bilang, "Aku pulang."
Aku juga mau membalasnya seperti biasa, dengan Mitsu di tanganku dan mengucapkan, "Selamat pulang," dengan nada yang yang gak kalah ceria, tapi...
Hari ini berbeda. Dengan muka agak serius, aku melihat ke Boyd. Boyd langsung kebingungan, "Kenapa, Leyna?" tanyanya.
Aku mendekatinya pelan-pelan dan melakukan rutinitasku. Melepas jaket Boyd, menggantungnya, dan mengambil tasnya.
Tapi bedanya, aku melakukannya dengan gak bersuara sama sekali. Bahkan dengan gak melihat, aku tau Boyd sedang kebingungan setengah mati.
Lama-lama, aku udah gak kuat lagi. Pipiku mulai basah sama air mata yang mengalir dari mataku. Tasnya Boyd juga gak sengaja aku jatuhin. Mitsu yang tadinya bermain dengan senang langsung diam dan melihatku.
"Leyna? Kenapa? Kamu terluka? Adrian mainin kamu lagi? Ke..kenapa?" tanya Boyd dengan nada agak panik.
Aku menggeleng sambil menutup mukaku dengan tangan, "Kalo gitu, kenapa?" tanya Boyd lagi. Aku melap mataku dan melihatnya dengan serius.
"Aku juga mau nanya sesuatu sama kamu," kataku. Boyd yang tadinya panik langsung diam dan memperhatikanku.
"Mau nanya apa?" tanya dia. Aku menghela nafas besar dan kita duduk di sofa deket Mitsu. Aku duduk di kirinya Boyd, miring ke arahnya.
"Kenapa... kamu gak pernah kasih tau aku..." kataku terputus-putus, "Kasih tau apa?" tanya Boyd sambil menaruh tangannya di pundak kiriku.
"Kalo..." "Kalo?" kata-katanya susah keluar dari mulutku. Tapi, aku tau kalo aku gak nanya sekarang, aku pasti bakalan bertanya-tanya terus.
"Kalo sebenarnya Roy adalah adikku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My CEO Husband [COMPLETED]
RomanceKehidupan biasa + Penemuan luar biasa = ??? Baca apa yang terjadi berikutnyaa :v Cliché? Biarin!