Aku mendorong pintu rumah perlahan. Mengintip sedikit-sedikit, berharap tidak ada yang melihatku dengan keadaan kacau seperti ini. Bajuku penuh dengan saus dan mayones. Rambutku yang awalnya terkuncir rapi ke belakang kini sudah tidak berbentuk lagi. Aku menenteng sepatuku karena terlalu basah untuk digunakan. Beruntung kacamataku selamat karena kuselipkan di kantong sebelum sial menghampiriku.
Aku mengendap-endap berjalan ke kamarku di lantai dua. Setiap ada pelayan, aku langsung bersembunyi di balik pilar. Baru kali ini aku bersyukur rumahku memiliki banyak pilar di dalamnya. Padahal biasanya aku merutuki pilar-pilar itu karena selalu membuatku terantuk di malam hari ketika sedang setengah sadar. Dan baru kali ini pula aku membenci betapa banyaknya pelayan di rumah ini. Mungkin jumlahnya setara dengan jumlah pilar-pilar yang menjadi tempat persembunyianku.
Setelah meyakinkan diri keadaan aman terkendali, aku segera mengambil langkah seribu ke arah kamarku yang letaknya paling ujung. Susah juga berlari dengan kaki berjinjit agar tidak menimbulkan suara. Aku yakin pasti nanti aku akan duduk seharian di kamar untuk bisa berjalan besok.
Kamar-kamar di kanan kiriku terlihat lengang dengan kondisi tertutup rapat. Aku tersenyum bahagia. Aku bebas dari pertanyaan mengenai penampilanku saat ini. Karena aku sendiri juga bakal bingung akan menjawab apa. Yang pasti ini semua bukan karena kecerobohanku sendiri.
Aku menghela nafas lega ketika sudah berdiri di depan pintu kamarku. Dengan gerakan cepat pintunya kubuka dan kututup. Aku terduduk di lantai dengan kepala bersandar pada pintu. Lengket. Tubuhku benar-benar lengket akibat saus sialan ini dan tentu saja karena keringat.
Aku berjalan menuju kamar mandi yang terdapat di kamarku. Belum lima langkah aku berjalan, pintu kamar mandiku berderit. Seseorang keluar dari sana. Dan sontak aku membeku. Mataku terpaku pada orang ini begitu pula ia yang menatapku kaget. Bisa kaget karena aku tiba-tiba ada di kamar tanpa suara atau kaget karena saus yang membalut tubuhku. Sia-sia saja aksi mengendapku kalau akhirnya ketahuan. Sama orang ini pula!
"Cameyla?" tanyanya sambil berjalan mendekat ke arahku. Ia menarik daguku dan memeriksa wajahku dengan teliti. Lalu beralih pada pakianku dan sepatu yang kutenteng di tangan. Aku pasti terlihat seperti gembel sekarang. "Kamu kenapa?"
Aku gelagapan. Otakku memutar mencari jawaban masuk akal tanpa harus ada pertumpahan darah besok karena ceritaku. Orang di depanku ini cepat emosi kalau menyangkut orang yang ia sayangi. Dan beruntunglah aku memilikinya. Tapi aku tidak beruntung untuk saat ini.
"Emmm..." aku bergumam tidak jelas. "Jatoh. Hehe. Iya. Jatoh" jawabku cengengesan tidak jelas.
"Sampai berlumuran saus dan mayones begitu, hm? Kamu jatuh di mana? Pabrik saus?" tanyanya tidak percaya. Mana ada sih yang percaya dengan aktingku.
"Ya! Bisa jadi!" kataku.
"Cameyla, aku tau kamu pasti dikerjain sama mereka lagi kan? Sebutin aja namanya biar aku yang bales. Masa kamu diem aja sih diginiin" katanya menatapku lesu. Plis deh, meskipun tertindas begini aku paling sebal kalo ditatap iba seperti itu. Seakan hidupku sengsara banget. Padahal kan ini udah biasa. Bahkan pernah lebih parah.
"Gak sama siapa-siapa, Kak. Udah ah aku mau mandi. Lengket banget" elakku sambil melewatinya dan berjalan ke kamar mandi.
"Cameyla..." suaranya terdengar lagi. Aku menghentikan langkahku. Tak perlu berbalik untuk melihat wajahnya. Yang ada aku malah akan membeberkan kejadian hari ini padanya tanpa rekayasa. Tapi aku tak mau hal itu terjadi. "Kamu itu harus ngelawan, jangan mau ditindas mulu. Kakak kasihan liat kamu tiap pulang selalu kucel. Yang bajumu berlumpurlah, rambutmu udah acak-acakan lah, buku-bukumu robeklah, kamu pulang jalan kaki gara-gara gak punya uang, kayaknya masih banyak lagi ulah mereka ke kamu. Lagian kenapa kamu gak ngaku aja sih kamu anak mama sama papa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Of An Unpopularity
Teen Fiction[Sudah diterbitkan ] Cameyla Atwood, gadis kikuk yang ditindas teman-temannya, ternyata salah satu anggota dari sebuah keluarga selebriti. Tak ada yang tahu hingga acara premiere film terbaru ayahnya yang memaksanya untuk datang. Semua terkejut dan...