19 - Suara Habis

250K 11.6K 252
                                    

Aku menutup bukuku ketika mendengar suara ribut-ribut dari lantai bawah. Belakangan sih memang sudah biasa kalau ada kerusuhan di bawah. Palingan juga Carter sama Dave lagi bercanda tidak jelas. Tapi kali ini terdengar jelas namaku disebut-sebut. Dan dari suara-suaranya, banyak orang asing di bawah sana.

Aku membuka pintu kamar dan berjalan ke bawah. Bukan, bukan karena penasaran tentang siapa saja orang asing di bawah itu. Melainkan untuk memenuhi kebutuhanku sendiri. Aku mau minum! Haus parah.

Ketika melewati pintu kamar Carla, aku melihat pintu itu setengah terbuka dan keluarnya si nenek sihir itu dengan bajunya yang glamour. Aku tidak habis pikir. Ini kan di rumah, bukan party teman-temannya. Ia menyadari ada orang lain di lorong itu dan menoleh ke arahku. Kami bertatapan sesaat lalu ia memalingkan wajah tanpa mengatakan apa-apa. Tidak lupa ia mengibaskan rambutnya yang sudah di blow atau apalah namanya itu.

"Hey, guys!!!" suara Carla menggema dari arah tangga.

"Carla!" kudengar suara asing menyapanya.

Lalu disusul suara-suara lain yang ikut menyapa Carla. Temannya kali ya. Tapi kalau itu memang teman-teman Carla, niatku untuk minum jadi lenyap. Ih males banget deh nanti kalau setiap aku jalan di depan mereka bakal diliatin dari atas ke bawah. Kan semua teman Carla kayak gitu. Apalagi semenjak semua orang tahu aku adiknya, setiap teman Carla yang datang pasti menatapku dengan tatapan 'lo beneran adik seorang Carla?'.

Aku melihat salah satu pelayan di rumahku naik. Mungkin ia mau membersihkan salah satu kamar. Buru-buru aku menghampirinya.

"Bu" aku memanggilnya. Ia menoleh dan menunduk sopan.

"Ada apa, Non?"

"Itu di bawah ada siapa ya? Rame banget kayaknya" tanyaku.

"Aduh Ibu teh gak kenal, Non. Tapi bule-bule gitu. Cowok semua. Ganteng sih, Non" jelasnya.

"Bule?" aku mengulang.

"Iya, Non. Kayaknya sih temennya Den Dave itu. Soalnya tadi mereka kayak pelukan gitu"

Aku mengangguk. "Makasih ya, Bu" ucapku.

"Iya, Non. Ibu bersihin kamar tamu dulu ya. Kayaknya mereka bakal nginep di sini"

Nginep? Ya ampun. Kurang rame apa coba. Ada Dave sama Davia saja rasanya kupingku sudah mau pecah saking berisiknya. Ini ditambah orang lain? Aduh aku tidak mau membayangkan akan jadi apa rumahku nanti.

"Ngelamun aja" kulihat Carter berdiri di ujung tangga sambil tersenyum geli. "Kesambet baru tau, kakak sih ogah ya nanganin orang kesurupan. Hiiii!" ia bergidik sendiri.

Aku memelototinya. "Ye kalo kesurupan juga yang masuk pasti setan cantik jadi akunya kesurupan dengan anggun!"

"Mana ada kesurupan dengan anggun ih. Ada-ada aja deh kamu" kata Carter sambil tertawa.

"Diada-adain lah" ucapku asal. "Oh iya, di bawah ada siapa sih, Kak? Heboh banget"

"Tuh kan aku lupa" katanya sambil menepuk jidat. "Itu ada yang nungguin kamu di bawah"

"Lah siapa? Kirain itu temen si Carla" aku mengernyitkan dahi.

"Iya sih itu emang temen Carla. Temen aku sama Dave juga. Ya pokoknya mereka mau ketemu sama kamu"

Aku memperbaiki letak kacamataku yang turun. Lalu aku menatap Carter sambil mengangkat alis. "Kalau aku gak mau gimana?"

"Ya pasti maulah!" kata Carter lalu dengan gerakan cepat ia berjalan ke arahku dan sebelum aku bereaksi ia sudah menarikku ke arah tangga.

Diary Of An UnpopularityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang