9 - A Day With Dave

287K 15.6K 584
                                    

"Hey" sapaku saat sudah berdiri di hadapan Dave. Ia mengenakan kaos hitam polos dilapisi kemeja kotak-kotak tanpa dikancing. Keren sih. Lumayan.

"Hey. Udah siap kan? Langsung jalan aja ya" kata Dave sambil membukakan pintu mobil. Aku tersenyum kikuk ketika masuk ke dalam mobil. Secara, belum pernah ada cowok yang pakai acara membukakan pintu mobil saat aku mau masuk. Carter aja gak pernah.

"Mau ke mana?" tanyaku sambil memandangi orang-orang yang berlalu lalang di trotoar.

"Pernah denger Dandy Don's?" tanya Dave.

"Not yet" jawabku.

"Yaudah kita ke sana"

Aku mengangguk saja. Beberapa saat kemudian suasana mobil hening. Hanya deru mesin dan suara klakson di luar yang terdengar. Tanganku menyusup ke dalam tas hendak mengambil headset, ketika aku mendadak tersadar kalau aku tidak sendirian di mobil. Yakali aku dengerin headset tapi biarin Dave diem aja. Kan ga lucu. Dikira dia supir kali.

"Mau denger lagu?" tanyaku basa-basi.

"Boleh" jawabnya sambil tersenyum sekilas. Aku mengerutkan dahi bingung. Lah? Orang cuma basa-basi.

Aku mencantolkan headset ke telinga kiriku. Lalu menyodorkan headset sebelahnya ke arah Dave. "Nih" tawarku. Ia mengambil dan memasangnya. Aku membuka playlist iPodku dan sibuk mencari lagu yang kira-kira aku dan Dave suka. Tapi aku kan tidak tahu dia suka lagu apa. Baru juga kenal kemarin.

"Kok belum diputer lagunya?" tanya Dave dengan mata masih fokus ke jalan.

"Bingung" jawabku tanpa sadar.

"Lah bingung kenapa coba?" tanyanya lagi.

"Bingung mau muter lagu apa, yang sama-sama kita suka gitu" jawabku sambil mencari lagu ke atas ke bawah.

"Ya ampun" Dave tertawa. "Muter apa aja boleh, aku suka semua jenis musik. Jadi terserah kamu aja"

"Oke"

Dan kemudian lagu Aerosmith - I don't want to miss a thing yang mengalun di telinga kami. Aku mendengar Dave terkekeh pelan ketika musik mengalun. Aku tidak mengerti kenapa tapi dia tidak berkata apa-apa lagi setelahnya.

Aku memperhatikan jalan ketika melihat sebuah bangunan besar yang di depannya banyak orang yang mengenakan jaket biru dengan tulisan UCLA di punggungnya. Aku memperhatikan detail kampus yang cukup terkenal itu. Keren abis. Tapi tetep aja kerenan Harvard.

"Nah ini kampusku" kata Dave sambil memperlambat laju mobilnya ketika melewati gerbang UCLA. Aku melotot kaget. Gak nyangka aja seorang anak band terkenal tetap kuliah di sela-sela kesibukannya. Di universitas bagus pula.

"Beneran? Gila, keren banget" komentarku sambil menggeleng tidak percaya. "Jurusan apa?"

"Coba tebak dong" kata Dave dengan nada menyebalkan. Males banget deh kalau sudah main tebak-tebakan begini. Walau enggan akhirnya aku menebak-nebak juga.

"Musik?" tanyaku. Well, dia kan anak band. Ya siapa tahu jurusan yang dia ambil gak beda jauh sama profesi dia.

"Bukan" jawabnya sambil tersenyum simpul.

"Hah seriusan?" aku melongo sendiri. "Yaudah, sastra?"

"Kayaknya tampang aku bukan anak sastra banget deh, baca novel aja gak pernah tamat" kata Dave.

"Yeee, kamunya aja kali yang males makanya gak tamat-tamat. Apa sih? Gak mungkin kedokteran kan?" tanyaku ragu.

"Iya sih, kan sibuk, Cam mana sempet baca begituan" kata Dave sambil nyengir lucu. "Tampangku meragukan banget ya buat jadi anak kedokteran? Tapi emang bukan itu sih jurusanku" katanya sambil cemberut.

Diary Of An UnpopularityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang