5 - The Rumor

297K 16.5K 359
                                    

Aku berdiri di depan loker Andrea seperti yang ia suruh kemarin. Tapi sejak bel pulang berbunyi, ia tidak kunjung muncul. Aku mengecek handphone berkali-kali, memastikan apa ada pesan darinya. Tapi nihil. Tidak ada notifikasi apapun.

Aku menyenderkan tubuhku ke loker Andrea. Memperhatikan murid yang berjalan keluar kelas menuju gerbang. Entah kenapa sejak pagi, aku merasa setiap aku lewat di sebuah kerumunan mereka seakan membicarakanku. Bukan kepedean atau apa, tapi ini beneran. Mereka yang awalnya sedang tertawa heboh mendadak hening ketika aku lewat. Maksudku, seorang Cameyla Atwood kan invisible. Tidak semua orang menyadari keberadaanku kecuali teman-teman Carla dan anak cheers yang hobi menindasku. Dan, oh ya Frederick. Yang sepertinya baru mengetahui namaku tadi malam.

Mengingat kejadian semalam, rasanya aku ingin menjadi benar-benar tidak terlihat. Mata Frederick tidak pernah tidak beranjak dariku kecuali saat mama atau Carla mengajaknya berbicara. Carter cuek-cuek saja dengan keberadaan Frederick. Ia malah lebih sering mengajakku bercanda dibandingkan mengajak Frederick mengobrol. Cowok itu--Frederick maksudku--sering banget menginjak-injak OSIS dengan membuat keonaran di sekolah. Hal ini yang membuat Carter sama sekali tidak respek terhadap Frederick songong itu.

Tapi syukurlah selama di kelas tadi, dia tidak ada membahas soal semalam. Menyapaku pun tidak. Hanya melihatku beberapa saat lalu membuang muka ketika aku melihatnya balik. Dikiranya aku tidak tahu kali kalau dia sedang ngeliatin. Bukan geer saudara-saudara, kenyataannya memang begitu. Sedikit mencurigakan sih, karena tidak ada satu pun murid sekolah yang seakan tahu kalau aku adik dari duo kembar eksis sekolah. Secara mulut Frederick kan ember banget. Gatau juga sih, asal ngomong ini.

Kembali ke topik awal, tak hanya di koridor saja kejadian aneh itu terjadi. Ketika di kelas, aku juga merasa beberapa cewek memperhatikanku. Benar-benar memperhatikan. Dengan melihat dari atas kepala hingga ujung kakiku. Lalu mereka kembali mengobrol seperti biasa. Sumpah ini aneh banget. Di kantin juga begitu ketika aku ke sana  bersama Haris, cewek-cewek di sekitar mejaku langsung memperhatikan setiap gerakan kami seakan kami buronan. Hih. Aku bergidik sendiri diperhatikan seperti itu.

Tiba-tiba terdengar derap langkah kaki. Aku langsung  menoleh ke arah kanan dan melihat pemandangan yang cukup mengejutkan.

Andrea berdiri di sana dengan tubuh terbalut cairan berwarna putih yang kental. Wajahnya tidak terlihat jelas tapi yang pasti air mata meleleh di pipinya.

Refleks aku langsung menghampirinya. Tapi langkahku terhenti ketika Andrea mengangkat tangannya ke arahku. Tidak ingin aku mendekat.

"Kenapa?" tanyaku.

"Carla" jawab Andrea pendek. Suaranya terdengar dongkol.

"Again?" tanyaku lagi. Aku menghela nafas berat. Carla selalu mengerjai teman-temanku. Ia benar-benar tidak ingin aku punya kehidupan sosial sepertinya.

"Gak cuma dia" lanjut Andrea lagi. "Ada cewek-cewek bawel penggemar Carter. Gue gak ngerti kenapa mereka juga ngerjain gue. Gue kan ga kenal sama sekali sama Carter"

"Penggemar Carter?" aku bertanya. Andrea mengangguk.

"Mereka kayak ngomong sesuatu tentang tinggal berdua. Gue gak ngerti yang pasti nama lo sempet dibawa-bawa. Tadi berisik banget, gue gak kedengeran. Hati-hati aja lo pokoknya, Cam. Lo bisa jadi target selanjutnya"

Oke, aku fix gak ngerti sekarang. Maksudnya apa coba tinggal berdua? Kalo membicarakan soal Carter dan Carla tinggal berdua, ini benar-benar tidak masuka akal. Ya kan mereka saudara kembar masa gak tinggal bareng. Keluargaku masih utuh kali, gak ada cerai-ceraian.

"Well... Wel..." terdengar suara cempreng familiar di belakangku.

Aku menoleh. Melihat Gabriela, junior Carla di cheerleader. Calon kapten cheers menurut rumor yang beredar dan cinta mati pada Carter. Karena itu aku hafal suaranya. Dia sering menelepon ke rumah dan bertanya apakah ada Carter yang kujawab dengan ketus. Mana mau aku si Carter punya pacar seperti dia. Kayak gak ada yang lain aja.

Diary Of An UnpopularityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang