6 - LA, here I am!

294K 17.4K 262
                                    

Aku mengkeret sendiri ketika membaca DM dari Andrea yang menanyakan kebenaran kejadian kemarin. Ia tidak berhenti mengirimiku DM sejak kami pulang sekolah. Kemarin, setelah Carter membuat masalah semakin kacau, ia langsung menarikku pulang tanpa memberikanku kesempatan untuk menjelaskan kepada Andrea. Memang nyebelin si Carter itu.

"Balik yuk" tarikku pada Carter yang tengah mengantri untuk masuk kembali ke dalam pesawat setelah transit selama 2 jam di Hongkong. Kepalaku terbayang-bayang ribuan flashlight di acara premiere nanti. Pasti memusingkan. Belum lagi teriakan heboh para penggemar, duh, gak tahu deh aku bakal jadi apa nanti di premiere itu.

Carla yang berdiri tepat di depan Carter jelas-jelas mendengus mendengar rengekanku yang salah tempat. Ia berbalik badan sambil berkacak pinggang. Matanya memicing, "Heh, lo mau balik ke mana? Indo? Gila aja udah jauh ya ini dikira kita cuma pergi ke Pondok Indah kali bisa main asal ngajak balik" bentaknya.

"Yaudah sih sewot amat" gerutuku.

Aku memang jarang berbicara dengan Carla, menyapa pun tidak. Sekalinya mengobrol ya begini, saling sewot. Padahal kami kan sama-sama perempuan. Aku tidak mengerti kenapa kami tidak pernah klop satu sama lain. Mungkin akibat kasta yang ditetapkan Carla dalam kehidupan sosialnya yang sempurna itu. Dan aku masu ke dalam kasta menengah ke bawah yang mungkin harus dibasmi dari kehidupannya.

"Udah deh" lerai Carter. "Balik ke mana sih, Dek? Mau keliling Hongkong dulu?" tanyanya.

"Gak jadi" jawabku singkat.

Ibuku berdiri di depan sana menunggu kami agar bergegas. Sepertinya ia ingin cepat-cepat tiba di LA. Padahal perjalanan masih beberapa jam lagi. Dan aku tidak bisa membayangkan akan melakukan apa untuk menghilangkan rasa bosanku di pesawat nanti. Tidak mungkinkan aku harus tidur selama perjalanan.

Setelah tiketku diperiksa, aku segera berjalan ke arah Carter dan ibuku yang berdiri menungguku. Carla tentu saja sudah masuk ke pesawat setelah tiketnya diperiksa tanpa mau repot-repot menungguku dan Carter.

"Kak, tanggung jawab nih Andrea gak berhenti DM aku. Untung nomor udah ganti. Bisa-bisa kubanting tuh hape gara-gara penuh sms sama missedcall dari dia"

Carter tertawa mendengar omelanku. Aku memang cenderung suka sewot dan mengomel ketika sedang dilanda badmood. Dan hari ini aku badmood pake banget karena harus ikut ke LA untuk acara premiere film papa. Anak gak tahu diri emang aku ini, tapi ya mau gimana lagi namanya juga gak suka keramaian.

"Ya tinggal bales aja sih, Dek. Repot banget kamu ini" jawab Carter sambil memberikanku jalan untuk duduk di sebelah jendela. Tempat favoritku ketika di kendaraan. "Lagian siapa suruh punya temen bukannya berbagi, malah nyembunyiin rahasia gitu?"

"Maksud?" tanyaku balik. Tanganku yang ingin memasang headset di telinga berhenti di udara.

"Emang Andrea tau kamu itu anaknya seorang aktor dan model?" tanya Carter. "Aku yakin 1000 persen kamu gak bilang ke dia. Buktinya aja dia gak tau kalau aku sama Carla itu kakak kamu. Itu yang aku maksud nyambunyiin rahasia"

Tanganku terkulai di kedua sisiku. Aku mencerna kata-kata Carter. Benar juga. Aku tidak pernah membicarakan tentang keluargaku pada temanku sendiri. Jika dia mulai membahas tentang keluarga pasti segera kualihkan. Aku tidak mau Andrea berteman denganku hanya karena embel-embel anak artis yang menempel pada diriku. Setiap Andrea memintaku untuk mengajaknya bermain di rumah, pasti ada 1001 alasan yang kubuat agar dia tidak ke rumahku. Betapa jahatnya aku.

"Cie bengong, pasti mikirin kata-kataku ya?" goda Carter sambil menjawil daguku yang langsung kutepis. "Lagian telat kali kalau kamu baru nyadar sekarang" katanya ketika pramugari sedang memeragakan penyelematan ketika pesawat jatuh. Aku mengerutkan kening tanda tidak mengerti.

Diary Of An UnpopularityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang