15 - Nyanyi Bareng Haris

274K 13.5K 520
                                    

"Atwood?" panggil sebuah suara membuat lamunanku buyar. Dan kulihat Mrs. Liz sudah berdiri di depan mejaku dengan raut wajah tidak terbaca.

"Ya, Ma'am?" tanyaku kebingungan.

Mrs. Liz menggeleng dengan tangan terlipat di dada. "Kamu melamun di pelajaran saya?" tanyanya.

"Uh-oh" aku tergagap sendiri. Di sebelahku Haris menggelengkan kepala karena tingkahku.

"Apa kamu ada masalah, Atwood? Saya lihat kamu dari awal pelajaran dimulai sudah tidak fokus ke materi yang saya jelaskan" tanya Mrs. Liz. Syukurlah dia tidak marah. Bisa-bisanya aku melamun di pelajaran sepenting ini.

"Tidak, Ma'am. Maaf, saya akan lebih memperhatikan" kataku.

"Tapi, bel baru saja berbunyi, Atwood" kata Mrs. Liz sambil menggelengkan kepala lagi. Di belakangku terdengar cekikikan murid lain.

Aku mengerjap. Hah? Sudah bel? Ya ampun jadi selama 2 jam pelajaran ini aku hanya melamun saja? Great, Cameyla. Kamu sudah mulai membuat masalah di kelasmu sendiri. Dalam hati aku merutuki diriku karena keteledoranku yang terlalu banyak memikirkan mengenai pertemuanku dengan Dave akhir minggu nanti.

"Tolong ke ruangan saya nanti sepulang sekolah" kata Mrs. Liz. Aku mengangguk pasrah. Ya ampun ini kali pertama Mrs. Liz menyuruhku ke ruangannya bukan untuk membantunya mengoreksi kuis. Melainkan karena ulahku sendiri yang tidak fokus ke pelajaran. Ugh. Ini menyebalkan. Masa aku harus menyalahkan Dave sih?

Teman-temanku sudah mulai keluar kelas. Beberapa menatapku simpati tapi tidak sedikit yang menatapku dengan tawa tertahan. Oke, menurut mereka mungkin itu semua lucu. Tapi tidak bagiku. Pelajaran fisika itu segalanya.

"Bengong lagi" suara Haris menyentakkanku. Haris sudah berdiri di depan pintu. Aku menoleh ke belakang dan mendapati semua meja sudah kosong.

"Sorry..." kataku sambil buru-buru membereskan buku-buku yang berantakan di atas meja. Padahal aku tidak memperhatikan pelajaran, tapi kenapa mejaku berantakan?

Selama berjalan ke kelas sejarah, tidak ada yang bersuara diantara aku dan Haris. Aku kembali sibuk dengan pikiranku tanpa mempedulikan sekitar. Tiba-tiba kurasakan sebuah tangan menahan lenganku.

Haris, tentu saja.

Matanya menatap mataku tajam. "Lo ada masalah?" tanya Haris.

"Hah? Kagak ini. Udah ah ayok nanti telat kita ke kelas sejarah" kataku lalu melepaskan tangan Haris.

"Lo gak usah sok ngebohong deh, Cam" kata Haris yang tahu-tahu berdiri di hadapanku untuk memotong jalanku. Aku memutar bola mata lalu bergerak ke kanan. Tapi Haris juga mengikuti. Ketika aku ke kiri, Haris juga begitu.

"Apaan sih?" tanyaku risih.

"Lo cerita dulu ke gue, baru boleh lewat"

"Haris, plis deh. Kelas sejarah bakal mulai 5 menit lagi. Gue gak mau kita berdua dipanggil ke kantor. Bisa-bisa gue jadi omongan guru di kantor lagi"

Haris masih bergeming di tempatnya. "Gampanglah Mr. Smith ini" kata Haris.

"Lo tuh jangan gampangin pelajaran dong" kataku mulai kesal. "Udah ah, gue fine oke? Kalo melamun di pelajaran biasa kali. Semua orang kayaknya pernah ngalamin deh"

Aku berjalan melewati Haris. Ia sepertinya mengikuti di belakang. Yaiyalah, mau ke mana lagi coba dia kalau bukan ke kelas sejarah?

"Eh" Haris mencolek pundakku.

"Nama gue bukan 'eh'" kataku menyebalkan tanpa menoleh ke arahnya.

"Ya ampun. Cameyla. Berhenti dulu dong" titah Haris.

Diary Of An UnpopularityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang