Aku nyaris terantuk pintu jika saja aku tidak menyingkir tepat pada waktunya. Dari balik pintu, muncullah kepala kakakku yang tengah nyengir karena tahu dia nyaris membuat kepalaku benjol. Aku mendengus lalu mundur beberapa langkah sehingga dia bisa membuka pintu lebih lebar.
"Mau ngapain sih?" tanyaku dengan mata masih setengah terpejam. Yah, kakakku yang sangat baik hati ini a.k.a Carter mengetuk pintu kamarku tepat ketika jam di lantai bawah berdentang 2 kali. Yang menandakan sekarang tepat tengah malam. Dan tebak sekarang jam berapa? Jam 2 malam! Ya ampun. Gak ngerti lagi dia ngapain ke kamarku sekarang.
"Aku gak bisa tidur, Dek. Udak kamu tidur aja sana. Aku mau duduk di balkon kamu doang kok" katanya sambil berjalan santai ke arah balkon kamarku.
Dengan terang-terangan aku memelototinya. Enak saja dia main masuk kamar orang terus duduk di balkon. Kalo ini siang sih gak masalah. Lah sekarang? Orang yang ronda juga belum selesai kaliii.
"Hih!" buru-buru aku menarik ujung kaosnya. "Enggak, enggak! Aku mau tidur. Kakak punya balkon sendiri jugaaa" ocehku sambil mendorongnya keluar dari kamarku.
Carter menjauhkan tubuhnya dan berlari menuju pintu balkon yang memang sudah kukunci sebelum tidur. Ia menarik-narik gagang pintunya dengan tidak sabar sambil mendumel karena pintunya tidak kunjung terbuka. Yaiyalah, orang dikunci mana bisa kebuka.
"Ih! Kok gak kebuka sih, Dek?" gerutunya sebal masih dalam usahanya menarik gagang pintu. Untung tenaga Carter tidak sekuat babon, kalau tidak, mungkin pintu itu sudah tidak berada di tempatnya lagi dan melayang entah ke mana. Orang narik pintunya nafsu banget gitu.
"Dikunci kakakkkkk" kataku tidak sabar. "Buruan keluar dehhh"
"Kok kamu gitu sih sama aku? Kan aku gak bisa tidur" katanya sambil manyun. Carter memang cenderung menjadi manja jika sudah tengah malam, terlebih kalau dia sudah tidak bisa tidur. Manjanya akut banget. Kebalikan denganku yang kalau sudah tidur terus dibangunin saat lagi asyik-asyiknya mimpi, pasti bakal judes banget. Nyaris sebelas dua belas sama Carla lah tapi Carla kan udah keturunan macan, jadi gak ada yang bisa nyamain.
"Siapa suruh gak bisa tidur. Udah ah, kakak keluar napa, aku seriusan ngantuk ini. Tadi baru tidur jam setengah dua belasss" rengekku dengan mata terpejam.
"Siapa suruh baru tidur jam segitu" katanya membalikkan pernyataanku. "Ah, pokoknya aku gak mau tau, aku mau duduk di balkon kamu. Biarin kamu besok telat juga"
"Kok ngeselin sih?"
"Makanya bukain pintunya, buruuu" kata Carter sambil menarik-narik lengan bajuku. Elah, rempong nih punya kakak macam Carter. Kalo siang sih keren gitu keliatannya, kalo udah malem. Aduh ngerepotin banget.
"Yaudah ah, tuh kuncinya di lemari. Cari aja sendiri" kataku lalu tidur dengan posisi telungkup.
Dapat kudengar Carter bersorak 'hore' tanpa suara dan dengan rusuhnya segera mengobrak-abrik lemari bajuku. Di tengah kerusuhan itu kesadaranku mulai menipis dan samar-samar kudengar Carter sedang mengoceh tentang sesuatu yang hanya kujawab dengan asal.
"Hih molor!" itu kata terakhir yang kudengar sebelum akhirnya aku benar-benar terlelap.
*
Aku berjalan cepat ke arah halte busway. Sialan. Gara-gara doa Carter nih aku jadi beneran telat bangun. Dia juga sih. Siapa suruh dia ketiduran di balkon kamarku dengan posisi yang gak banget. Ikutan telat kan jadinya.
Carter tadi masih mandi. Kalau aku menunggunya sama saja cari mati. Kalau telat kan pasti dia bawa mobilnya kayak orang kesambet. Gimana gak cari mati coba. Jadilah aku kembali ke sekolah sendiri menggunakan angkutan umum. Minimal bisa lebih cepat beberapa menitlah dibanding Carter. Tapi pasti aneh saja gitu, ketua OSIS kok telat. Aku yakin walau Carter telat nanti, pak satpam pasti masih memberinya kesempatan untuk masuk. How lucky.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Of An Unpopularity
Teen Fiction[Sudah diterbitkan ] Cameyla Atwood, gadis kikuk yang ditindas teman-temannya, ternyata salah satu anggota dari sebuah keluarga selebriti. Tak ada yang tahu hingga acara premiere film terbaru ayahnya yang memaksanya untuk datang. Semua terkejut dan...