7 - The Premiere

272K 16K 445
                                    

"Sering-sering kek begini" kudengar suara dari arah belakangku ketika aku hendak naik ke atas mobil. Suaranya terdengar menyebalkan. Siapa lagi kalau bukan Carla.

"Begini gimana?" tanya suara lain. Kalau itu sudah pasti Carter.

"Itu tuh si culun kacamata, sering-sering aja dia dandan begitu. Kan bikin gak malu. Apalagi ini acara penting" komentarnya lagi seakan aku tidak mendengar ucapannya. Aku menarik nafas dalam-dalam, berusaha untuk tidak tersulut emosi karena ocehan kakakku yang emang kalau bicara tidak pernah dipikir dahulu itu.

"Heh!" Carter menegur. Diikuti suara teriakan Carla yang mengatakan jangan menarik rambutnya. Sepertinya Carter menarik rambut si nenek sihir tadi.

Aku duduk di bangku belakang. Mengeluarkan headset dari dalam tas dan memasang earbuds di kedua telinga. Beberapa saat kemudian terdengar pintu tertutup lalu mobil mulai berjalan. Lagu Aerosmith mengalun di telingaku. Aku memasang volume terbesar. Di saat gugup seperti sekarang ini aku lebih suka mendengarkan lagu dengan volume keras. Dengan begitu aku tidak bisa mendengar apapun dari luar kecuali suara lagu dan suara batinku sendiri.

Kalau diberi pilihan, aku lebih baik kembali ke Indonesia dan diberi setumpuk soal kimia daripada harus berdiri di red carpet sambil nyengir hingga gigi kering atau pipi pegal karena kebanyakan senyum. Mana ada sih orang yang lagi di red carpet sambil cemberut gak jelas. Kan gak bagus kalau di foto.

Aku melihat gedung-gedung di pinggir jalan. Degup jantungku berdetak lebih cepat setiap mobil terasa melambat. Padahal bukan karena akan berhenti, melainkan karena ada kemacetan atau ada lampu merah. Aku fix nervous ini namanya.

Dan 15 menit kemudian, mobil benar-benar berhenti. Aku membeku di tempat ketika kulihat betapa banyaknya orang di luar sana. Di sekitar mobil kami sudah banyak reporter dengan mic dan kamera. Tanpa sadar aku mematikan iPod-ku. Suara-suara langsung menyusup masuk ke telingaku. Ternyata sangat berisik. Ini masih di dalam mobil, apalagi kalau sudah keluar?

"Carter! Wait! Aku masih benerin rambut ini. Gak sabaran banget sih" omel Carla yang sibuk menyisir rambutnya yang sudah dibentuk sedemikian rupa.

"Siapa yang mau buka pintunya sih, makanya buruan. Kasian tuh udah pada nunggu di luar" kata Carter sambil diam-diam melirik cermin. Aku mengulum senyum melihat tingkah Carter yang kadang sok cuek pada penampilan, padahal peduli banget.

"Finally!" pekik Carla girang lalu meraih tas kecilnya. "Ayo kita keluar, rasanya udah seabad gak jalan di red carpet"

"Wooo lebay" sorak Carter lalu membuka pintu. "Eh, Cameyla sini bareng aku. Nanti kamu pingsan lagi kalau jalan sendiri di belakang" kata Carter setelah ia menginjakkan kaki di luar.

Carla menoleh padaku sekilas lalu berjalan duluan. Semua kamera langsung memotretnya. Lampu blitz berkilauan di sekitar kami. Aku berjalan pelan untuk keluar dari mobil dan....

JEPRET!

JEPRET!

JEPRET!

Kilauan lampu blitz membuatku memejamkan mataku. Silau. Lalu terdengar orang-orang yang berteriak memanggil nama Carter. Ada pula wanita yang memegang microphone yang terus-terusan mengajukan pertanyaan kepada Carter perihal siapa aku.

"Apakah ini pacar yang disebut-sebut itu Carter?" tanya wanita itu.

"Siapa gadis ini Carter? Pacarmu kah?" tanya yang lainnya.

"Carter! Ini kali pertamamu membawa gadis lain selain Carla, siapa dia?"

Gak ada yang bener. Pasti deh ya mikirnya kalau sudah bawa gadis asing itu berarti pacarnya. Gak selamanya kali gadis yang dibawa itu pacarnya. Contohnya, aku. Memangnya aku pacar Carter? HIH. Tanpa sadar aku memutar mata.

Diary Of An UnpopularityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang