Lorong kelas bahasa cukup sepi tidak seperti biasanya, mungkin karena terlalu pagi untuk ukuran hari-hari santai seperti hari jumat. Hanya ada beberapa murid rajin yang sedari tadi berjalan di sekitar lorong.
Savina Alisha, salah satu siswi rajin di SMA Pramudhya Bakti yang sudah menyibukkan diri di area sekolah. Setelah mengeratkan sweater tebalnya, ia segera berjalan ke area loker.
"DHUG ..." detik itu juga langkah kaki Savina terhenti, ia merasakan pusing di kepalanya karena terantuk benda keras.
"Eh, aduh ... sorry, gue nggak sengaja. Lo nggak papa 'kan?" Di tengah pandangannya yang buram, ia dapat melihat jelas cowok di depannya ini. Dengan kesadaran yang cukup, ia mengangguk sambil meringis.
"Lo yakin nggak papa? Gue anter ke uks mau?"
"Nggak usah, gue okay. Thanks."
"Yah jangan dong, gue nggak enak nih. Gara-gara basket gue kepala lo jadi pusing 'kan?" Tampak kecemasan di wajah cowok itu.
"Its okay, gue bisa." kemudian ia berdiri dibantu cowok itu. Cowok itu menyunggingkan senyum yang mungkin akan melelehkan hati perempuan manapun, membuat Savina seketika menahan napas.
"Sorry sekali lagi, gue nggak maksud bikin lo sial. Kalo ada apa-apa lo bisa cari gue, btw gue ...."
"Woi, elah lama banget sih ngambilnya. Buruan bro, limit time nih!" omongan cowok itu terpotong oleh cowok berpostur tinggi yang sepertinya sedang bermain basket dengan cowok itu.
"Gue cabut ya,"
Kemudian cowok itu meninggalkan Savina yang mematung seketika, Ah betapa bodohnya dia tadi. Bahkan, ia belum sempat menanyakan nama cowok yang mungkin menarik perhatiannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden Words
Teen FictionBagaikan hitam di atas putih. Tinta beradu di atas kertas. Tentang persahabatan, cinta, masa lalu, dan segala kemungkinan lainnya yang akan terjadi. Semuanya, tentang the hidden words, the hidden feelings. ***** " the more you hide your feelings, th...