"Cause I'm a fool for you. And the things, the things you do." - Fool For You, Zayn.
***
Suasana Minggu yang berawan dan berkabut membuat siapapun enggan meninggalkan rumahnya, beberapa dari mereka malah memilih tidur ataupun bermalas-malasan di kamar. Savina membuka jendela kamarnya, suasana yang menenangkan langsung menyambutnya. Di luar sana, jalanan terlihat basah karena hujan. Dingin, itu yang ia rasakan. Savina selalu suka sensasi ini.
Savina menuju dapurnya, dan saat menuruni tangga ia melihat rumahnya yang sepi. Dari jauh, ia melihat siluet seseorang yang sedang duduk di meja bar, Savina tak melihat jelas siapa itu karena orang itu memakai hoodie yang membungkus badannya. Mendekat, Savina sudah bersiap untuk mengejutkan orang itu. Tinggal tiga langkah lagi, ia mengendap-endap dengan tangan terayun ke depan.
"Ngapain lo?" Ah, ternyata yang duduk di meja bar itu adalah kakaknya. Memang kakaknya selalu peka terhadap sekitar. Sejak lahir-mungkin, hingga sekarang Savina tidak pernah bisa mengerjai kakaknya.
"Ngapain? Ya, ngapain coba kalo gue di dapur," jawab Savina sensi.
Alana hanya mengedikkan bahu, dan melanjutkan aktivitasnya meminum sesuatu di cangkir.
"Apaan tuh?" Savina menaikkan alisnya, masih dengan wajah juteknya.
Alana mendongak, lalu memperhatikan cangkirnya. "Oh, ramuan gue. Ekstrak mawar merah," dilihatnya ekspresi cengo Savina, membuat Alana tertawa kocak. "Canda, yaampun. Lo percaya gitu? Gila, gila. Ini greentea."
"Sialan lo. Receh," tandas Savina.
Savina menuangkan beberapa sendok bubuk coklat dan mencampurnya dengan air panas sebelum mengaduknya. Tak lama ia kembali ke peraduannya, yang tak lain adalah kamarnya sendiri, meninggalkan Alana yang asyik menikmati minumannya itu.
***
Savina menggeser pintu kacanya dan mulai memasuki area balkon kamar. Di tanganya ia membawa mug favoritnya dan beberapa amplop vintage. Ia duduk di kursi putih, seraya mencepol rambut coklat gelapnya. Angin bertiup menerpa sisa rambutnya yang tidak ikut terikat, tangan kanannya menopang dagu sambil sesekali mengusap pipinya.
Entah mengapa hari ini Savina ingin sekali membaca ulang surat-surat itu, mengingat kembali setiap deretan kata yang pernah ia tulis. Tangan kirinya yang bebas bergerak mengambil mug, Savina menghirup dalam-dalam aroma yang diciptakan oleh hot chocolate favoritnya, sangat menenangkan. Savina membuka amplop tersebut dan mulai membacanya. Beberapa suratnya ditujukan untuk sahabat-sahabatnya, sahabat SMP-nya. Namun, ada satu surat yang terlihat berbeda, dan itu unik.
Untukmu, yang selalu menggangguku,
Vano Prasaja.Konyol, entah kenapa aku nulis ini buat kamu. Kamu, yang selalu menjadi lebah pengganggu untukku. Sudahlah, anggap saja ini sebagai pengantarmu agar kamu bisa mengerti aku yang sebenarnya. Aku tau, kamu sangat benci kepadaku, sangat benci. Begitupun aku. Dari awal, aku nggak pernah tau kenapa kamu sebegitu bencinya sama aku, aku yakin aku nggak pernah buat salah ke kamu. Oh, atau mungkin kamu menderita penyakit yang aneh dan mengharuskanmu untuk membuat seseorang kesal terlebih dahulu?
Kamu, species manusia yang langka. Meskipun kamu juga pernah berkata seperti itu padaku. Cuma bedanya, kata 'langka' kamu ubah menjadi 'aneh'. Sebegitu anehnya-kah aku? Tapi Desta dan Ganindra selalu bilang bahwa kamu cari perhatian ke aku. Well, itu nggak mungkin.
Kesimpulannya, aku cuma pengen jauh-jauh dari kamu. Kamu stop menggangguku, stop bertindak menyebalkan, stop berusaha terlihat di depanku. Dan satu hal yang paling aku benci, kamu berkata bahwa cepat atau lambat aku akan jatuh cinta padamu. Sangat meyebalkan.
Dari seseorang yang kamu benci,
Savina A.Savina menutup amplop itu dengan perasaan campur aduk. Rahangnya mengeras, seakan-akan apa yang tertulis di surat itu sangat menyakiti hatinya. Tersirat perasaan benci di mata Savina. Ia mengembuskan napasnya asal. Kepalanya pusing, seakan beban yang pernah ditanggungnya muncul kembali.
Savina tak tau apa yang sebenarnya terjadi padanya, ia memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. Savina menyenderkan tubuhnya ke kursi, bayangan demi bayangan masa lalunya berputar di benaknya, seperti film dengan alunan nada-nada yang menyayat hati.
Dia, dia .... astaga gue kenapa, batin Savina.
Ada satu surat yang diletakkan di satu amplop yang sama, bersama surat yang baru saja Savina baca. Isinya cukup singkat, dan penuh tanda tanya.
Untukmu, seseorang yang sama,
Vano prasaja.Kamu, menghilang, begitu saja. Apa kamu marah sama surat yang kubuat? Tapi, kamu nggak pernah tau surat itu. Kamu menghilang bersama dengan sejuta tanya dariku. Berhari-hari bangkumu kosong, namamu pun telah dicoret dari daftar absensi. Memang awalnya aku nggak peduli, sedikitpun tidak. Tapi, ini berbeda. Kamu pergi setelah kamu bersikap baik padaku. Kamu dimana? Apa kamu selamanya akan seperti itu? Apa kita nggak bakal ketemu lagi?
Dari seseorang yang ingin tau keberadaanmu,
Savina A.***
A/N
Gimana ceritanya? Menurut kalian, siapa sih yang ada di suratnya Savina itu. Apa yang sebenarnya terjadi sama Savina? Ikutin terus The Hidden Words untuk tau jawabannya. Keep vomentsnya, loves ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden Words
Teen FictionBagaikan hitam di atas putih. Tinta beradu di atas kertas. Tentang persahabatan, cinta, masa lalu, dan segala kemungkinan lainnya yang akan terjadi. Semuanya, tentang the hidden words, the hidden feelings. ***** " the more you hide your feelings, th...