THIRD : POLAROIDS, DIARY, MEMORIES, AND US

163 10 3
                                    

"The town was paper, but the memories were not" - Paper Towns, Margo Roth S.

***

Hari ini hari Sabtu, seharusnya anak sekolah seperti Savina bersiap dan bergegas ke sekolah untuk mengikuti kegiatan Ekskul, tetapi berhubung seluruh OSIS beserta para guru mengadakan rapat dan akhirnya meniadakan berbagai macam kegiatan di hari Sabtu ini. Surga dunia bagi seluruh murid SMA-nya, moment ini pun tidak disia-siakan Savina yang bergegas mandi karena ia dan teman-temanya akan bersantai di rumah temannya, Ovian, dan menikmati agenda morning tea mereka.

Setelah bersiap-siap, Savina pun melirik Jam weker vintage-nya. Lah, masih pagi banget ternyata, semangat banget gue, pekiknya dalam hati. Ia pun berinisiatif untuk memajukan agenda mereka, jemarinya mengetikkan sesuatu di grup LINE yang telah mereka buat.

Savina Alisha: Guys bangun, jangan ngebo mulu. Pagian aja ngumpulnya, gimana?

Butuh waktu 15 menit dan akhirnya teman-temannya menjawab.

Felizia: Yah, Sav. Sorry nih, gue ada acara mendadak. Gue lupa bilang ke lo lo semua :(

Astrid P: Hm, palingan Feliz ngeles tuh. Kalo gue sih beneran Sav, gue harus nganterin nyokap ke Rumah Sakit. Gimana dong?

Felizia: Sialan lo Trid, lah lo sama aja deh, ngeles mulu.

Astrid P: Gue serius.

Karina Avryn: Sav, gue wakil PMR dan sekarang gue udah otw sekolah. Enak ya lo libur, gue disuruh masuk sama Bu Shinta -_-

Ovian: Terus gimana? Pada sibuk, harusnya kalian yang gak bisa dateng bilang dari awal dong. Gue sih ada di rumah Sav, kita berdua aja? gak seru dong.

Karina Avryn: Maaf banget Vi, Sav. Gue juga mendadak banget ini.

Savina Alisha: Yaudah, kapan-kapan aja.

Felizia: Sav, jangan ngambek.

Karina Avryn: Sav, jangan ngambek. (2)

Astrid P: Sav, jangan ngambek. (34567)

Ovian: Sav, jangan ngambek. (2015637)

Savina Alisha: Gak kok.

Setelah menutup aplikasi LINE-nya, Savina mengembuskan napasnya pelan. Kebiasaan teman-teman kalau diajakin ngumpul pasti deh ada aja halangannya, ujung-ujungnya? Gak akan jadi. Tipikal remaja jaman sekarang, kalau gak ngaret ya gabeng. Bosan, Savina berjalan ke arah balkon kamarnya. Matahari pagi hangat membelai kulitnya, tampak anak-anak kecil di kompleks perumahannya sedang bermain sepeda bersama. Ih lucu, persis kayak gue sama 'mereka' dulu, batinnya sambil tersenyum tipis.

Tak lama, Savina bergegas ke kamarnya dan mengambil kotak besar berwarna silver kemudian membukanya. Terlihat banyak sekali foto-foto dirinya saat masih kecil dan beberapa polaroid yang ia ingat diambil beberapa tahun yang lalu.

Savina tersenyum tipis, dan terus membuka-buka isi kotak itu sampai ia menemukan diary lamanya. Ternyata, gue punya begitu banyak moment yang sempet gue lupa. Polaroid beserta diary ini ngingetin gue akan semuanya, batin Savina. Savina tersenyum getir melihat foto polaroid itu, terlihat Tujuh anak cewek dan cowok yang mengenakan seragam SMP sedang bergurau bersama, di bawah foto itu terdapat tulisan—

Ednan, Ganindra, Savina, Thalia, Nino, Fidela, Desta.

Di foto yang lain terlihat enam anak sedang membawa pernak-pernik pesta ulang tahun, senyum manis terukir di wajah mereka. P.S. lagi buat kejutan untuk Nino, wah gak terasa Nino udah besar. Happy birthday bro! :), begitu bunyi note di bawah foto itu. Selanjutnya, ada foto yang memperlihatkan dua anak cewek&cowok sedang duduk di rumah pohon, di balik foto itu tertulis—

Ganindra, cowok nyebelin sekaligus ngangenin. Makasi ya Gan, lo adalah satu-satunya sahabat cowok pertama gue. Lo yang selalu lindungin gue dari 'dia'. Walaupun gue gak pernah bilang secara langsung ke lo, tapi lo adalah orang yang berarti banget di hidup gue, lo memberikan impact besar di hidup gue. Lo cerminan kakak cowok sekaligus adik cowok buat gue. Stay weird for me, Gan.

Hingga sampai di akhir foto, Savina tersadar bahwa di setiap foto polaroidnya terdapat 'Hidden Words' yang sengaja ia tulis waktu itu. Sayangnya, waktu itu gue belum sempet ngasih tau ini ke mereka, kenang Savina.

Di bagian bawah kotak silvernya, Savina menemukan sepucuk surat yang terlihat sedikit usang. Ragu, akhirnya Savina membuka surat itu.

Untuk sahabat-sahabat gue,

Gak kerasa ya tahun-tahun kita di SMP akan segera berakhir, Lo tau? Gue selalu menyangkal fakta itu, gue gak pengen kita semua pisah, gue udah nyaman sama kalian. Gue sempet berpikir bahwa gue gak tau bakal lakuin apa kalo gak ada kalian, kalian selalu membimbing gue, ngehibur gue, bikin gue kesel sampai nangis, selalu ada di samping gue. 3 tahun kita bareng-bareng -kecuali gue sama Ganindra yang udah sahabatan dari kecil- itu bukan waktu yang sebentar.

Gue gak pengen kita lupa bahwa kita dulunya pernah susah seneng bareng. Semua hal yang kita lakuin dulu terlalu berarti. Yang awalnya kita cuma sebatas tau satu sama lain, siapa yang tau bahwa akhirnya kita semua sahabatan, konyol memang kalo flashback tentang pertemuan kita semua dulu. Fidela, yang selalu bantuin gue dalam hal yang berbau feminism, lo yang menggantikan peran kakak gue di saat kakak gue kuliah di luar sana. Ednan, si 'abang' ganteng yang paling bijak dalam masalah filosofi kehidupan, makasi Nan.

Desta, si kocak tapi gak kalah ganteng sama Ednan, selalu semangat kalo gue cerita kegilaan gue yang maling mangga di depan rumah. Thalia, temen curhat sekaligus pemberi solusi, gue bakal kangen curhat sama lo. Nino, si penengah di antara kita saat kita berantem, yang otaknya paling encer di antara kita semua. Terakhir, Ganindra, cowok multitalenta dan serba bisa di antara kita, paling apa adanya.
Gue percaya, kalian semua sahabat terbaik gue. Jangan pernah lupain moment yang udah kita lewatin bareng-bareng. Sampai ketemu guys, kejar cita-cita lo semua :)

Big Hugs,
Sav

***

A/N

Ini Chapter favorit gue, hope you like it guys. Semoga feel-nya pada dapet ya, sambil baca bisa didengerin lagunya. Gimana sama cerita ini? dan gue gak pernah bosen untuk minta vote dan comment dari kalian, jadi please don't be a silent reader. happy reading!

Regards,
Salma

The Hidden WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang