last wit him

14.7K 813 8
                                        

Author pov

Wanita itu masih di apartement mewah milik captain pilot itu.  Sedang Meminum coklat panas buatan pria dingin itu di balkon, sambil melihat keadaan cuaca yang sesikit kurang baik.  

Dari arah belakang muncul pria itu sambil membawa cangkir berisi coklat panas. Ia berjalan perlahan mendekti wanita tersebut. 

Candid membalikan kepalanya,  dan menyadari ada max menghampirinya

Pria itupun memandangi langit yang sedikit gelap ditemani hujan itu.

Setelah mengecap coklat panasnya Ia memalingkan pandangannya ke arah Candid.

Hati Candid bergemuruh.  Sebenarnya Ia ingin bertanya pada max, Tapi Ia takut jika ini terlalu private.

"Max?" Tanya wanita yang memakai hotpant itu .

Max pun melihat kearahnya dan memperhatikan mulut wanita itu,lalu menunggu apa yang akan ia lontarkan .

"Apa aku tak apa memakai hotpant punya kekasihmu?" tanya candid

Membuat max terbatuk .

"Apa katamu?" Tanya max

"Kekasihku?" tanya max lagi

Ia menahan tawanya . Membuat pipi max mengembung sedikit.

"Aku tidak mempunyai kekasih bodoh" jawab max .

Candid membulatkan mata .

"Lalu hotpant ini punya siapa? Mantanmu?" Tanya candid lagi

"Sebutan apa lagi itu ? Mantan ? bukan , dan aku tak mempunyai mantan" jawab max .

Membuat candid sedikit tersedak dan terbatuk batuk .

"Maksudmu kau tak pernah berpacaran?" Tanya candid

Max menggeleng

"Aku tak pernah punya niatan untuk memiliki wanita" ucap max

Membuat hati candid sedikit ingin meledak,dan candid pun tak tau kenapa rasa itu muncul seakan ia terpukul.

"Kenapa?" Tanya candid

"Aku belum siap mengenal cinta" ucap max

Membuat candid membenarkan posisi duduknya di sofa balkon ,seakan ia tertarik dengan pembicaraan max .

max tertawa pelan .

"cinta ? Siapa yang menciptakan kata menjijikan seperti itu?" Ucap max

"Menjijikan ?" Ucap candid aneh.

"Sampai saat ini aku belum pernah tertarik dengan wanita manapun , secantik apapun itu atau sepintar apapun itu, " ucap max

"Apa kau pernah merasakan getaran di dadamu,atau memikirkan siapa yang akan menghabiskan uang mu di masa depan ?" Tanya candid

"Getaran di dada ? Aku rasa tidak. Dan aku tak pernah memikirkan hal bodoh itu" ucap max

"Lalu kau tak akan menikah seumur hidupmu?" Tanya candid

"Jika aku tidak menikah seumur hidupku. aku tak waras" ucap max

"Lalu?" Tanya candid

"Aku akan melakukan itu jika ada seorang wanita yang mampu meluluhkan hatiku, yang kata orang keras ini" ucap max

"Bagaimana kau bisa menemukan wanita mu jika kau saja tak tau tipikel wanita bagaimana yang kau suka" ucap candid

"Tuhan tau caranya membuatku jatuh cinta di hari nanti,dengan caranya sendiri" tutur max

"Kau pernah berpacaran ?" Tanya max

Candid mengangguk

"Bagaimana indahnya ?" Tanya max

"Jika kau melihat hanya indahnya kau tak akan pernah bisa merasakan cinta seutuhnya, kau malah akan melihat indahnya tanpa tau isi yang sesungguhnya,baik buruknya" ucap candid

Ia melihat ke sudut pemandangan yang ada di benaknya, dan candid menunjuknya .

"Kau lihat itu ?" Tanya candid

Max menoleh ke arah yang di tunjuk .

"Fatamorgana?" Tanya max

Candid mengangguk

Candid tersenyum simpul

"Menurutku cinta itu seperti fatamorgana, indah tapi tak terlihat atau palsu . Tapi cinta bukanlah di pandang melainkan di rasa" ucap candid

Membuat max mengerutkan dahinya .

"Kau sendiri sudah ada tipikal pria yang kau dambakan?" Tanya max

candid menatap mata hijau biru laut pria Itu .

"Aku hanya ingin mempunyai pria yang lebih baik dari ayahku ,bisa menjagaku, tak kasar,dan bertanggung jawab." Ucap candid

"Tampan,mapan?" tanya max

"sudah ku katakan cinta itu tidak di pandang" ucap candid

Sambil berjalan masuk ke dalam dan meletakan cangkir itu di atas kitchen set.

"Besok aku tak kerja di sini Lagi? " tanya Candid

Max menggeleng

"Lalu bagaimana Dengan mobilmu?" Tanya candid

"Tak Apa.  Itu sudah di perbaiki" ucap max

"Trimakasih max" ucao candid lembut.

Max mengangguk .

Ada rasa yang membuat hati candid  seperti di bom.

Itu artinya Aku Tak akan menemuinya Lagi, seperti ini batin candid.

"Aku kan pulang ke kamar ku di lantai bawah,  Trimakasih banyak" tambah candid.

"Ya,  Trimakasih kembali atas tuna saus tartar pedasnya ya" ucap max

Candid pun pulang ke lantai bawah tempat Ia seharusnya.

Entah kenapa hatinya seperti tertusuk duri atau mungkin berasa lebam.

Ia meneteskan air mata.

Di lift Dengan sendiri candid mengusap kasar air matanya, hatinya serasa kosong kali ini. 

Entah Apa yang hilang. Batin candid

PSYCOPATH PILOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang