Part 15

11.2K 849 9
                                    

Aku mengeratkan jaket tebalku untuk melindungi tubuhku dari serangan udara yang begitu dingin di bandara. Sesekali, aku menggosokan kedua tanganku bersamaan berharap mendapat sedikit kehangatan, tapi ternyata yang kudapat lagi-lagi sebuah rasa dingin dan hampa. Merasa kesal dengan tindakanku sendiri, aku mengalihkan pandanganku ke Stella yang masih terlihat resah dengan pikirannya sendiri. Aku tahu kenapa dia begitu resah karena Stella baru saja menceritakannya padaku tadi. Dia menghindar dari seorang Mark karena alasan yang hampir sama denganku. Merasa tidak pantas dan memilih untuk menjalani hidup seperti biasannya. Membiarkan perasaan yang sudah tumbuh dan membawanya pergi. Terdengar sangat pengecut bukan?

"Kau yakin tidak apa Jane?"

Sudah kelima kalinya dia bertanya hal seperti ini. Dia terlihat sangat mengkhawatirkan aku. Sebenarnya kenapa dia bersikap seperti itu? Aku baik-baik saja. Aku tidak ingin orang melihatku seperti gadis yang lemah.

"Jika kau bertanya lagi aku tidak akan mau bertemu denganmu lagi Stel," aku memilih memasang earphoneku lagi.

What are we fighting for?
Seems like we do it just for fun
In this stupid war
We play hard with our plastic guns

Breathe deep, bottle it up
So deep until it's all we got
Don't speak, just use your touch
Don't speak before we say too much

You hate me now and i feel the same way
You love me now and i feel the same way
We scream and we shout
And make up the same day, same day

Oh, we're on the right side of rock bottom
And i hope that we keep falling
We're on the good side of bad karma
'Cause we keep on coming back for more

We're on the right side of rock bottom
Into you, i just keep crawling
You're the best kind of bad something
'Cause we keep on coming back for more

Lagu yang dibawakan penyanyi muda Hailee Steinfeld mengalun di telingaku. Lagu ini termasuk dalam daftar lagu yang sering kuputar. Ya, aku memang tergolong gadis yang sangat menyukai musik barat daripada Indonesia, bukan berarti aku tidk menyukai musik negara sendiri, tapi ketahuilah, selera musik setiap orang berbeda.

"Jane," seseorang menepuk pundakku.

Aku melepas earphone dari telingaku, membalikkan tubuhku dan mendapati Daniel dengan balutan jaket hitam tebal dan rambut berantakan. Aku tersenyum melihat Daniel yang kali ini menujukan raut wajah cemasnya. Senang sekali rasanya mengetahui seseorang mencemaskan aku.

"Hei!" sapaku sambil terkekeh pelan.

"Don't do this again, your message got me shock in this morning. Tell me, what happen? Why? Something happen between you and Mr.Stupid Smith?" balasnya dengan nada yang begitu cemas.

Aku memberikan senyuman setenang mungkin agar dia mengetahui bahwa aku baik-baik saja. Aku bisa mengatasi masalahku sendiri tanpa perlu bantuan orang lain.

"Oh c'mon Daniel, i'm okay, absolutely okay."

Dia menarikku dalam pelukan dan kurasakan detak jantung Daniel yang begitu cepat. Aku tidak mungkin salah merasakan detak jantung itu. Apakah dia memiliki perasaan denganku? Apakah yang dikatakan Sean memang benar kalau dia menginginkan aku untuk menjadi miliknya? Aku benar-benar tidak mengerti dengan semua ini. Disaat aku dulu memiliki rasa cinta pada Daniel yang menggebu-gebu, Daniel tidak memilikinya, tapi sekarang, disaat aku sudah tidak memilikinya, Daniel begitu mendamba. Atau ini hanya pikiranku saja? Jika salah, aku sungguh tidak masalah, jika benar pun aku tidak masalah. Hanya saja, aku merasa tidak enak hati jika nantinya Daniel menuntutku untuk membalas perasaannya karena aku sendiri tidak bisa untuk mencintainya kembali seperti dulu.

"Ugh, Really? You're so dramatic Dan," suara Stella membuat Daniel melepaskan pelukannya dariku.

Aku tahu Stella sangat sinis jika Daniel memperlakukanku berlebihan. Stella hanya tidak suka jika Daniel melakukan hal seperti ini padaku karena dia sangat mendukungku untuk menjalin kasih bersama Sean.

"You silly," Daniel pun sama, dia sama sinisnya dengan Stella. Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku melihat perdebatan sinis mereka karena hal kecil.

"Sudahlah, jangan bertingkah seperti anak kecil," ucapku tegas.

Stella memilih pergi dari tempat duduknya saat mendapat panggilan telepon dari ponselnya. Aku sendiri tidak tahu kenapa ia harus pergi dari tempat nya hanya karena menerima panggilan itu. Tapi, ya sudahlah, mungkin privasinya dan itu bukanlah urusanku karena kini tersisa limabelas menit waktuku berada di Australia sebelum keberangkatanku ke Indonesia. Rasanya sungguh aneh, aku merasa seperti meninggalkan sesuatu yang berat, padahal aku sendiri tidak tahu apa sesuatu itu.

Mungkin aku berat meninggalkan kenangan manis yang sudah banyak ku ukir di negara ini? Mungkinkah aku berat meninggalkan Sean dengan cara seperti ini?

Beberapa menit kemudian, Stella kembali dengan raut wajah berantakan. Sedari tadi Daniel yang mengajakku mengobrol sepertinya menyadari hal yang sama denganku. Ingin sekali aku menanyakan permasalahan Stella, tapi niatku cepat-cepat kurungkan karena pihak bandara sudah memanggil seluruh penumpang pesawat ke Indonesia. Dan ya, aku akan pulang.

"Jane," aku membalikkan tubuhku dan Daniel kembali memelukku, "i already miss you," bisiknya tepat di telingaku. Daniel melepaskan pelukannya dan aku tersenyum, "kita akan bertemu lagi di lain waktu, okay?" pamitku sebelum aku beranjak mengikuti langkah Stella yang mendahului aku.

Good bye Australia.

[...]

Jane [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang