Part 51

6K 438 48
                                    

Seseorang membuka penutup mataku. Kegelapan masih menyelubungi pandanganku. Hanya ada satu sumber cahaya dari lubang besar berbentuk bundar di atas sana. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali setelah beberapa jam dibiarkan tertutup rapat dengan kain sialan. Aku berada di dalam kegelapan, mungkin di sebuah gudang dan aku duduk di atas kursi kayu dengan tubuhku terikat menyatu bersama kursi. Terasa sunyi dan sangat menakutkan. Aku takut kegelapan dan kali ini aku mencoba menekan rasa takutku karena aku tidak ingin Ella menemukan aku dalam keadaan menangis karena ketakutan. Dia pasti akan menghinaku habis-habisan jika menemukan aku dalam keadaan seperti itu.

"Kau sudah bangun?" suara muncul dari balik kegelapan.

Perlahan, dari sudut lain, seseorang bergerak di dalam kegelapan mendekatiku. Derap langkah kakinya sayup-sayup dapat aku dengar semakin terdengar jelas.

"Sean?"

Dia tersenyum miring, memakai setelan mahal dengan rambut cokelatnya yang disisir rapih. Wajahnya terlihat berbeda dari biasanya atau bahkan dari terakhir kali aku lihat. Ada guratan aneh yang tak bisa aku jelaskan di wajah Sean. Tapi yang masih bisa aku kenali adalah parfum mahal Sean yang selalu membuatku mabuk karena tergoda.

"Yep, this is me," kali ini dia menyeringai.

Aku terdiam karena pikiranku bekerja keras di dalam otakku.

"Kenapa kau di sini? Dimana Ella?" tanyaku menyuarakan isi otakku.

Dia terkekeh lalu menyeringai lagi untuk kedua kalinya, "apa penting bagimu dimana Ella? Dan ya, tentu saja aku di sini ingin menemuimu."

"Aku tidak mengerti Sean. Apa kau ada di balik ini semua?" tanyaku lagi.

Dia tertawa keras membuatku terjengit. Tawa yang mengerikan dan terkesan aneh untuk seorang Sean. Aku tidak pernah mendengarnya tertawa keras seperti itu. Demi tuhan! Apa yang terjadi?

Sean menghentikan tawanya, memandangku seperti tatapan remeh. Kedua tangan miliknya terlipat depan dada membuat lengan jasnya terlihat mengetat. Aku masih menyukai pemandangan otot liat di lengannya.

"Tentu saja. Kau cepat sekali menyadarinya sayang," ujarnya sinis.

Tubuhku menegang mendengar jawabannya. Aku menatapnya nanar saat dia masih tersenyum miring padaku. Dia berbeda, dia bukan Sean yang aku kenal. Hatiku berkata semua ini hanyalah mimpi dan Sean hanya bermain-main denganku. Tapi, apa yang ia lakukan, sikapnya dan seluruh hal yang terjadi saat ini menujukan bahwa dia sungguh-sungguh melakukannya.

"Kau pasti bercanda. Aku tidak mempercayainya Sean. Sekarang hentikan semua ini! Lepaskan aku! Aku tidak main-main."

Sean mendengus, melepaskan dua kancing jasnya dari kaitan lalu berjalan mendekati aku. Satu lututnya berlutut di depan ujung kakiku, lutut kakinya yang lain bersentuhan dengan lututku. Wajahnya tepat berada di bawah pandanganku sehingga aku harus menunduk untuk melihat seringai mengerikannya. Aku tidak tahu mengapa dia membuatku seperti ini, memperlakukan aku seperti mainannya. Ini semua membuatku sakit, jauh lebih sakit di banding rasa sakit ketika dia pernah meninggalkan aku untuk wanita lain. Air mataku bahkan tidak bertahan lagi, mereka keluar begitu deras membasahi pipiku perlahan.

"Pernahkan aku bercanda pada setiap perkataan yang aku katakan padamu?" tanyanya dengan suara lirih mirip seperti bisikan dan membuatku bergidik ngeri.

Seluruh tubuhku bergetar tak terkecuali bibirku saat aku mengatakan, "tidak mungkin. Kau mencintai aku Sean dan aku mencintaimu. Kau tidak mungkin melakukan ini semua padaku."

Lagi-lagi dia tertawa keras dan jauh lebih keras dari sebelumnya. Aku tidak melepaskan mataku dari wajahnya yang tampak berbeda dan mengerikan. Dia berhenti tertawa, satu tangannya menyentuh pipiku dan rambut-rambut halusku terasa tersengat listrik.

Jane [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang