Part 36

9.5K 652 18
                                    

"Kau bertemu dengannya?!" pekik Stella saat sarapan pagi kami.

Nathan masih menikmati bubur bayinya dengan asyik sambil memainkan beberapa mainan di kedua tangannya.

"Iya, dia salah satu donatur yang membiayai proyek besarku," jelasku tanpa mengalihkan pandanganku dari Nathan sambil menguyah oats bercampur pisang dan blueberry.

"Lalu apa yang terjadi?" tanyanya lagi.

"Dia menarikku ikut bersamanya ke rumah dan ya... dia memintaku tinggal di rumahnya dan dia menyuruhku mengganti dressku dengan ini," aku mengangkat bahuku menujukan kemeja Sean yang ia berikan padaku kemarin. "dan kami akan makan siang bersama," tambahku.

"Kenapa kau tidak menginap saja di rumahnya?" tanya Stella untuk kesekian kalinya.

Aku menatapnya kesal bercampur malas. Pertanyaan Stella pagi ini sudah sangat banyak dan kesabaranku sudah habis untuk menjawab semua pertanyaanya. Pertama, dia menanyakan perihal Jack, kedua mengenai Sean. Oh tuhan, hamil ataupun tidak, Stella sama-sama cerewetnya.

"Aku tidak memiliki hubungan apapun dengannya dan aku tidak mungkin menginap di rumah pria yang bukan siapa-siapaku, okay? Tidak ada pertanyaan lagi. Cukup." jawabku tegas lalu menyelesaikan dua suapan terakhir sarapanku.

Stella merengut dan mendesah berat. Diam-diam aku mengulum senyumku melihat reaksi Stella yang tampak kesal dengan perkataanku.

"Pagi ini aku harus pergi ke kantor penerbitan untuk mengurus beberapa hal, jadi aku tidak bisa menjaga Nathan. Bagaimana?" tanyaku.

Stella terdiam sejenak seakan ia sedang memikirkan jalan lain.

"Tidak masalah, aku akan meminta ijin pada Jack untuk meliburkan aku hari ini. Lagipula, aku juga ingin mengunjungi satu tempat taman bermain dengan Nathan siang ini," jawab Stella. Aku mengangguk-anggukan kepalaku, "okay. Jangan lupa kirimkan satu foto Nathan saat dia bermain ya?"

"Kau terlalu banyak mengoleksi foto anakku Jane," protes Stella.

"Biar saja, Nathan keponakanku dan aku auntnya, jadi bebas aku menyimpan seberapa banyak fotonya," kataku beralasan.

Stella memutar bola matanya, "baiklah. Aku akan mengirimkannya padamu tapi jangan lupa, ceritakan padaku perkembangan hubunganmu dengan Sean, okay?"

Aku mendelikkan mataku tak suka dan Stella menyeringai, "kau tahu, kau sangat menyebalkan. Tapi aku menyayangimu," kataku lalu beranjak pergi meninggalkannya menuju dapur.

"Kami juga menyayangimu Aunty Jane! Maka dari itu, cepat berikan aku teman bermain yang cantik ya!" teriak Stella membuatku tersenyum senang.

[..]

Guyuran air yang keluar dari shower kamar mandi menyentuh kulit sawo matangku. Rasanya sangat segar karena rasa kantuk ku dalam sekejap hilang berganti dengan kesegaran air yang menyentuh kulitku. Sebelum memutuskan untuk mandi, aku memang menyempatkan diri untuk melihat kamar Stella yang berada di samping kamarku, namun, kedua mataku tak menemukan keberadaannya di sana. Aku hanya menemukan beberapa pakaian Nathan yang belum sempat terlipat dan boneka-boneka Nathan. Aku sangat senang karena Stella dan Nathan sepertinya menghabiskan banyak waktu hingga sampai saat ini belum juga kembali ke apartement.

"Something 'bout you, makes me feel like a dangerous woman, some--AKH!!!" cepat-cepat aku menutupi tubuhku dengan handuk yang ku sambar.

Demi tuhan! Kenapa Jack bisa masuk ke dalam kamar mandiku? Dan dia melihatku dalam keadaan naked!

"Ma-maaf Jane!" ucapnya sedikit gagap dengan tatapan terkejut masih menatap seluruh tubuhku.

Aku memutar bola mataku dan kembali memarahinya, "demi tuhan! Kenapa kau masih di sini?! Pergilah bodoh!" aku melempar Jack dengan botol shampooku karena ia masih saja berdiri dan menatapku dengan tatapan yang sulit ku artikan.

Jane [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang