Part 21

11.7K 778 31
                                    

Aku sedang berada di salah satu café yang ada di kota New York. Café yang terletak cukup dekat dari flat kami. Indra penciumanku menghirup dalam-dalam udara sejuk yang ada di kota baruku ini. Aku sudah tidak sabar untuk memulai hidupku yang baru di kota ini. Aku harus bangkit dan aku tidak ingin terlarut lebih lama dalam kepedihanku sendiri. Aku harus berubah menjadi gadis yang lebih baik dari sebelumnya. Tidak ada lagi kepedihan atau keterpurukan, aku harus membuka lembaran baru dalam hidupku. Meninggalkan semua yang kelam dan memulai dengan yang baru.

Bukankah itu permulaan yang baik? Semoga saja benar.

Cukup sudah tiga bulan aku hidup dalam masa laluku dengan Sean. Kedua mataku teralihkan ketika kudengar desahan napas berat dan panjang dari Stella yang duduk di sampingku. Sejak pertemuannya dengan Mark malam itu, dia tampak lebih murung dan berbeda. Entahlah, aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Mark dan Stella. Sebenarnya apa yang terjadi?

"Apa rencanamu selanjutnya?" tanya Stella memecah keheningan dan dengan senyum mengembang aku menjawab, "mungkin aku akan mengirimkan ceritaku ke salah satu penerbit di sini," Stella mengangguk pelan dan sepertinya dia kembali lagi ke sikapnya yang aneh.

"Kau akhir-akhir ini terlihat aneh, sebenarnya, apa yang terjadi diantara kalian?" kedua mataku menelusuk Stella seolah mencari-cari jawaban.

Stella tersenyum samar dengan pandangan tidak menentu. Lagi-lagi dia mendesah berat seakan masalah yang ia punya sangatlah berat.

"Kami melakukannya," jawab Stella lirih namun masih bisa kudengar dengan jelas.

Melakukan? Apa maksud Stella... oh astaga!

Bagaimana mungkin mereka melakukannya di luar ikatan pernikahan?

Walaupun kami berdua senang sekali dengan budaya dan gaya hidup Eropa, kami berdua sama sekali tidak pernah melanggar tata karma dan budaya Indonesia. Kami menjaga kesucian kami, dan kami akan memberikannya untuk suami kami di masa depan nanti, tidak hanya itu, kami menjaga kesopanan kami dalma hal berpakaian juga bertutur kata.

Tapi kenapa Stella melanggarnya? Bagaimana jika dia hamil? Lalu bagaimana dengan Mark?

"You must be kidding me," aku masih tidak percaya dengan pengakuan Stella. Stella menggeleng dan menartikan pengakuannya adalah benar.

"Bagaimana bisa kalian melakukannya tanpa ikatan?! Bagaimana dengan Mark? Lalu bagaimana dengan hubungan kalian? Oh Stel, this is insane!" ucapku sedikit emosi. Setelah selesai meminum lemonadenya, Stella kembali berseru keras, "oh god, pertanyaanmu membuatku pusing Jane! Kenapa kau berubah menjadi sangat cerewet seperti ini hm?"

Sial! Disaat seperti ini, kenapa dirinya begitu tenang? Aku sudah mengkhawatirkan keadaannya, dia tetap saja terlihat tenang.

"Aku mengkhawatirkanmu bodoh! Sudahlah cepat jawab pertanyaanku!" desakku padanya.

Dia mendengus dan mulai bercerita dari awal kejadian hingga akhir kejadiannya. Sungguh, aku tak menyangka mereka benar-benar melakukannya pada malam pertemuan mereka. Dan ya, mereka melakukannya di bawah pengaruh alcohol. Ini murni kesalahan mereka berdua. Mereka harus mempertanggung jawabkan perbuatan itu.

"Lalu bagaimana kelanjutannya?" tanyaku lagi setelah kubiarkan Stella terdiam. Tidak lama kemudian, dia kembali bersuara, "kami tidak pernah berkomunikasi hingga sampai saat ini. Sudahlah, aku tak ingin membahas masalah ini lagi, toh tak mungkin langsung jadi kan? Kami melakukannya hanya sekali," Stella dengan mengangkat kedua bahu nya dengan lesu.

Benar yang dikatakan Stella, tapi jika kenyataan berbanding terbalik bagaimana dengan dirinya? Apakah keluarga juga mengetahui masalahnya ini?

Tidak, sudah kupastikan keluarga Stella tak mengetahuinya, karena jika mereka mengetahuinya, Stella pasti takkan bisa berada di sini.

Jane [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang