Part 46

6.4K 466 8
                                    

Kicauan burung mengusik telingaku, kicauannya semakin terdengar nyaring saat aku semakin berusaha untuk menghiraukannya. Rasa hangat dan rasa nyaman bercampur menjadi satu saat ini, sungguh aku tak ingin menyudahi semuanya. Aku pikir, tubuh Sean terlalu berbahaya bagiku, bukan karena aku terbakar gairah karena tubuhnya terlalu menggoda, tapi karena pelukan dan rasanya nyaman bercampur hangat yang aku rasakan membuatku betah berjam-jam hanya dengan memeluknya. Katakan saja pelukan Sean sebagai candu bagiku, itu sepenuhnya benar.

"Wake up baby girl," bisik Sean tepat di telingaku di susul kecupan hangat di bibirku.

Aku tersenyum karena Sean pasti akan terus melakukan hal itu jika aku masih belum juga bangun dari tidurku. Perlahan, aku membuka kedua mataku dan mendapati wajah Sean yang terlihat segar sedang tersenyum padaku. Aroma maskulin yang menguar dari tubuh Sean begitu mencolok karena saat ini dia begitu dekat denganku. Sepertinya dia sudah mandi ketika aku masih terlelap tidur.

"Pagi," sapaku lembut ketika ia masih menyunggingkan senyum manisnya.

"Mandilah dan sarapan, aku harus turun dan menemui Haris, okay?" aku menganggukan kepalaku sebagai jawaban atas pertanyaan Sean.

Sean memberikan satu kecupan di keningku begitu dalam sebelum ia berjalan keluar dari rumah pohon dan meninggalkanku. Beberapa detik kemudian setelah Sean pergi, aku bergegas untuk bangun dan mandi. Kali ini ku pastikan akan menguci pintu kamar mandiku karena aku tidak ingin lagi pria memergoki aku sedang mandi dan menyanyi. Sudah cukup Jack dan Sean, mereka dua orang bodoh yang memergokiku di saat memalukan.

Jack.

Bagaimana kabar pria itu? Apakah dia baik-baik saja?

Jangan salah sangka, aku hanya mencemaskan dia karena mengingat begitu baiknya dia padaku selama aku berada di New York dan tentu saja sebelum kejadian itu. Jika saja Jack tidak bertindak bodoh dan mengerikan seperti saat itu, hubunganku dengannya pasti akan baik-baik saja sampai saat ini. Sean memang sempat menyita ponselku dan mengganti ponsel lamaku dengan ponsel baru, jadi hingga saat ini aku tak tahu kabar Jack karena aku tidak memiliki kontaknya sama sekali. Aku merindukannya ketika kami bertengkar dan menyanyi bersama di panti asuhan. Aku menyayanginya sama seperti aku menyayangi Stella, Daniel dan juga Ken.

Sepuluh menit kemudian, aku keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih mebalut tubuhku. Aku bergerak menuju lemari pakaian dan menemuka satu dress floral berwarna kuning. Ketika mataku menangkap dress itu, tanganku langsung saja meraihnya. Aku rasa, aku jatuh cinta pada dress ini. Tanpa perlu banyak berpikir lagi, aku membuka balutan handukku, memakai pakaian dalamku dan memakai drsss manis itu. Dress sepanjang lututku ternyata sangat pas di tubuhku, mungkin Sean sengaja membelikannya untukku. Mungkin saja.

Setelah memakai dress dan merapikan diri, aku menikmati sarapanku. Sean menyiapkan sepotong sandwich keju kesukaannya dan hot chocolate. Aku rasa dia memang hanya bisa membuat makanan ini. Tidak papa, karena nantinya aku yang akan menyiapkan makanan untuknya. Tak perlu waktu lama lagi, aku segera menyambar jaket jeans yang menggantung dan turun dari menemui Sean. Ketika baru saja aku menutup pintu rumah pohon kami dan membalikkan tubuhku, sosok Rachel membuatku terkejut.

"Shit!" umpatku karena Rachel tertawa puas melihatku terkejut karenanya.

"Berhentilah tertawa bodoh,"

Tunggu, bagaimana bisa dia di sini? Apa Sean yang melakukan hal ini lagi? Oh god, aku mencintaimu Sean!

"Bagaimana bisa kau di sini? Wait, ini pasti kerjaan pria tua itu," kataku dan dia melipatkan kedua tangannya depan dada dan kepala mengangguk.

"Sepertinya yang kau pikirkan. Kenapa kau begitu terkejut melihatku? Kau pikir aku ini apa? Dasar teman yang tak berguna," balas Rachel dengan bersungut-sungut.

Jane [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang