Part 44

9.4K 767 17
                                    

Kedua tanganku kulipat di depan dada saat sepasang mataku masih menikmati keindahan alam yang ada di hadapannya. Perkebunan jeruk dan perkebunan anggur menyatu dengan pabrik sekaligus peternakan kuda dan sapi milik Sean. Entah lah aku merasa senang mengethaui pekerjaan baru Sean yang terasa unik ini. Biasanya, seorang politikus lebih menyukai dunia bisnis saham atau resort dan semacamnya, tetapi Sean memilih membuka pabrik produksi keju, susu dan buah-buahan. Baguslah kalau dia memilih pekerjaan ini sebagia sumber penghasilannya.

"Sean," gumamku merasakan kedua tangan Sean yang memelukku dari belakang.

"Kau diam saja, beri aku komentarmu sayang," suaranya terdengar tepat di telingaku seperti suara bisikan.

Aku melepaskan tangan Sean yang melingkar di tubuhku. Memutar tubuhku dengan senyum yang masih terulas di wajahku. Ku arahkan kedua tanganku menangkup wajahnya yang tampan ketika Sean merangkul pinggangku dengan mesra. Dia tersenyum saat ibu jariku mengusap lembut pipinya. Terkadang, aku masih tak percaya dia adalah manusia, aku pikir dia seorang malaikat atau mungkin titisan dewa yunani. Sangat tampan dan berkharisma, siapapun akan terintimidasi jika melihat kedua mata milik Sean. Aku sendiri tidak pernah bosan dan tidak pernah menang jika sudah menatap kedua mata itu.

"Thanks for everything," ucapku lembut.

"Terimakasih atas segala hal yang kau berikan padaku. Kebahagiaan, tangisan, dan segalanya. Mungkin aku tak bisa memberikan barang-barang mahal atau apapun seperti yang kau berikan padaku. Tapi, yakinlah, aku mempunyai cinta yang besar untukmu. Aku hanya ingin kau tau, aku mencintaimu, aku ingin kau selalu ada di saat aku membutuhkan aku, di saat aku kehilangan arah dan rapuh. Dengar Sean, aku hanya milikmu, seberapapun kesal dan marahnya aku padamu, hatiku adalah milikmu."

Bibirku kembali terkatup setelah mengatakan isi hatiku. Rasanya sangat lega karena aku sudah memberitahu Sean tentang perasaanku. Aku tahu selama ini aku sudah bertindak egois karena mementingkan diriku sendiri, tapi percayalah, aku melakukan itu agar aku yakin rasa cintaku bukan hanya rasa yang semu. Aku tahu banyak orang yang mengatakan aku jual mahal atau yang lain karena sudah membiarkan Sean berjuang mendapatkan aku. Ketahuilah, cinta bukan hal yang main-main. Tidak lucu kan, dulu sewaktu aku baru mengenalnya beberapa hari langsung menerimanya? Oh ayolah, jaman sudah maju, jangan terus berpikiran kolot. Well, di jaman sekarang kebanyakan orang cenderung memutuskan sesuatu tanpa berpikir dahulu. Mereka hanya akan memikirkan hal yang mereka ketahui dan tidak memikirkan efek, resiko atau yang lainnya. Contohnya ketika mereka menilai seseorang dari penampilannya atau sifatnya. Belum tentu apa yang mereka pikirkan adalah sebuah kebenaran.

Sean menciumku. Melumat bibirku yang ku poles dengan lipbalm berperasa cherry. Ciuman manis yang ia berikan kali ini benar-benar membuatku melayang. Dia begitu lembut ketika bibirnya melumat bibirku, giginya bersentuhan dengan bibirku. Ketika dia menggigit bibir bawahku dengan gemas aku sedikit terjengit dan ia merasakannya. Lidahnya langsung membelai bekas gigitannya dan kembali menciumku dengan penuh perasaan.

"Ikut aku," ucapnya setelah ia melepaskan ciuman kami.

Dia menautkan jari-jariku dengan jari-jari besarnya. Langkah kaki besarnya membawaku pergi dari tempat itu.

"Kita kemana Sean?" tanyaku

Mataku menangkap seekor kuda yang sedang memakan rumput kering di kandangnya. Kuda putih yang bersih dan tampak besar membuatku terpesona.

"Berkuda?"

Sean menghentikan langkah besarnya ketika berada tepat di kandang kuda tersebut daan menjawab,"jangan takut, kau aman denganku."

Jane [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang