Prolog

5.6K 285 6
                                    

Raya

Orang-orang berlalu-lalang. Sibuk. Semuanya repot.

"Itu taro di sini, Mas." ujarku pada seorang kuli angkut yang sedang memikul lemari.

Kuli itu pun meletakan lemari di tempat yang kutunjuk. Setelah itu, aku pun keluar dari rumah besar berbau cat itu dan mendekati seorang mandor yang sibuk memberi arahan pada para kuli angkut yang sedang menurunkan furnitur-furnitur buatan toko meubel kami dari mobil box.

"Pak Rus, nanti ini lemari dan tempat tidurnya langsung taro di kamar yang paling besar aja ya. Yang ada kamar mandinya. Kalo udah selesai, Bapak langsung balik aja ke toko." ujarku.

Pak Rus pun mengangguk mengerti.

"Saya balik duluan ya, Pak," kataku lagi.

Aku pun melangkah ke arah mobil pick up merah yang sudah terparkir dengan manisnya di depan teras.

Aku melongok ke dalam, ternyata Ojong sudah duduk di balik setir. Ojong adalah sahabatku, tapi saat ini dia merangkap sebagai partner kerjaku juga. Kami berdua bekerja di toko meubel milik keluargaku sambil menunggu pengumuman ujian penerimaan mahasiswa baru.

Aku pun membuka pintu Rosalinda yang luar biasa keras itu, masuk ke dalam mobil, dan membanting pintu lagi. Maklumlah, Rosalinda itu kan mobil tua, jadi kalau nggak dibanting, pintunya nggak akan tertutup rapat.

Aku pun membetulkan posisi duduk dan tahu-tahu Ojong menyodorkan sebotol air mineral.

"Tumben," ujarku sambil menatapnya dengan takjub.

"Yeee... Mau nggak?" tanggapnya sebal.

Aku pun menyambar botol air itu sambil tersenyum geli, lalu menegaknya banyak-banyak.

"Uduuu... Uduu... Anak Papi haus." goda Ojong, membuat aku langsung melemparkan tatapan sebal.

Saat air di botol habis, aku pun mengecap bibirku dengan puas. Ahh...

"Aduh, ini anak perawan nggak ada anggun-anggunnya ya. Kalo ketauan Bule, kelar lu." kata Ojong lagi.

"Ih.. Bawel deh, udah jalan aja kenapa!" kataku akhirnya.

"Iyaa... Iyaa.. Nyah," sahutnya sambil memainkan persneleng dan tancap gas.

Aku pun tersenyum geli melihat tingkah laki-laki ceking keturunan tionghoa tapi hitam itu.

Aku dan Ojong sudah berteman sejak kami dilahirkan. Ibu kami berteman dan mereka janjian untuk melahirkan di rumah sakit yang sama. Bahkan katanya, "Ojong" adalah kata pertamaku, sedangkan kata pertama yang bisa diucapkan Ojong adalah "makan". Sompret!

Hampir seluruh waktu di hidupku, kuhabiskan bersama sahabatku itu. Sejak kecil, kami selalu bersama. Main sama-sama, punya teman yang sama, sekolah sama, tinggal di RW yang sama, bahkan sama-sama kesiangan di hari tes masuk universitas yang membuat kami terpaksa menunggu satu tahun untuk ikut tes lagi.

Pokoknya, aku berbagi banyak hal dengan Ojong. Seperti saat Ibu meninggal, dia membagi Mami-nya, yang tentu saja aku terima dengan tangan terbuka, karena Mami baik dan pintar masak. Lalu saat Papi-nya Ojong meninggal, aku membagi Bapak, tapi dia nggak mau soalnya katanya Bapak galak.

Tidak hanya berbagi ibu-bapak, Ojong juga rela aku suruh ikut kesini-kesitu hanya supaya Bapak mengizinkan aku pergi. Dia bahkan mau aja saat aku paksa patungan beli Rosalinda cuma gara-gara Rosalinda mirip dengan mobilnya Bella Swan di film Twilight. What a bestie!

Ya walaupun saat dibeli, aksesoris-aksesoris macam radio atau AC itu hilang semua dari tempatnya, tapi lumayan lah ya. Setidaknya aku dan Ojong punya kendaraan sediri. Tapi jangan sedih, setelah menggabungkan tabungan aku dengan tabungan Ojong, ditambah sumbangan dari Bapak dan Mami, ditambah lagi upah bantu-bantu tetangga kanan-kiri, kami akhirnya mampu memasang Radio. Yeaayy!!!

Elmo & Prince CharmingtonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang