Raya
Warna hitam berubah jadi kemerahan dan aroma kayu manis pun tertangkap indra penciumanku. Mataku masih terlalu berat untuk dibuka, namun aku sudah cukup sadar untuk tahu kalau bantal yang aku tiduri ini rasanya keras sekali. Tapi bagaimanapun, sarung bantalnya terasa begitu nyaman, sejuk dan lembut. Membuat aku tak bisa menahan diri untuk tidak membenamkan wajah pada bantal yang ternyata gede banget itu.
Hhmm... Aku nggak mau bangun. Lantas aku peluk bantal itu erat-erat sampai terasa seperti bantal itu membalas pelukanku dengan sama eratnya. Aku pun makin membenamkan kepala pada bantal itu hingga salah satu bagiannya yang tajam dan menggelitik menyentuh puncak kepalaku dan menghembuskan udara panas. Lalu, mataku pun langsung terbuka.
Aku melotot sejadi-jadinya saat mengetahui, apa yang dari tadi aku anggap bantal adalah dada seorang laki-laki. Aku pun reflek untuk segera menjauhkan diri. Tapi dua tangan yang melingkari tubuhku itu menahan gerakanku. Astaga, apa yang terjadiii?!
Aku pun langsung melihat ke arah bawah dan betapa leganya aku saat menyadari pakaian kami sama-sama masih lengkap. Tapi... Kenapa aku bisa ada di sini?
Aku pun berusaha mengingat-ingat....
Malam itu pipi William merah seperti tomat dan kedua matanya sayu. Aku tertawa terbahak-bahak, tapi aku tidak ingat kenapa. Lalu...
"Bule mau nikah! Whaaat.. Hahahaha." ujarku, teler. "Ternyata.. selama ini dia pacaran sama dokternya Bapak... Dan lo tau apa? Nanti, abis mereka nikaaaahh... Heh... Bule dan suaminya itu pindah ke luar kota dan Nataya.... dibawa. Heh... DO YOU HEAR ME, WILL?! MEREKA PINDAH DAN ADEK GUE IKUT! Sementara, gue... Hahahahaha... Gue tetep di sini! Tetep jalanin kehidupan gue yang kayak tai ini! Karena kenapa??! Karena... Heh.. Gue harus jagain Bapak. YEAY!" lanjutku dengan sangat-sangat mabuk.
William tidak merespon. Dia hanya menatap aku lekat-lekat.
Aku pun tertawa lagi dan menegak beer di tanganku. Lalu aku menatap William. "You know what? He's quite handsome for a middle 40s. I could date him if he's not Bule's boyfriend. Or... Should I just do it?" kataku sambil menatap William dengan tatapan nakal.
"You know, people say... jadi selingkuhan itu lebih enak dari pada diselingkuhin. So... should i just start it now?" kataku lagi.
William pun tertawa, lalu diambilnya botol Heineken di tanganku.
"No, Honey. You drink too much." katanya kemudian.
William pun bangun dari kursinya dan menghampiri aku. Lalu dia meraih tanganku, hendak membantu aku bangun.
"Iiihh!! Apaan sih.... Gue nggak mabok!" kataku sambil mendorong tangan William.
Laki-laki itu pun menghela nafas dengan berat dan akhirnya dia berjongkok di depan aku.
"Kalo kamu sama dia, nanti saya gimana?" tanyanya kemudian, sambil menatap mataku.
Aku pun membalas tatapan mata William yang sayu. Untuk beberapa saat aku sempat terbawa suasana, tapi kemudian aku sadar. Aku pun langsung tertawa terpingkal-pingkal.
"Elo tuh mabok! I'm not your type, remembuh? Not even close!... Lo pernah bilang kan, Lo cuma mau pacaran sama cewek yang qualified jadi Miss Indonesia. Yang badannya kayak model Victoria Secret, yang cantik, anggun, tau fashion... Kayak mantan lo itu... Siapa namanya? Oh, iya! Artha... Cewek yang ninggalin lo pas dilamar." kataku kemudian.
"Kamu udah mabuk Ray. Ayo masuk," William meraih tanganku lagi, tapi aku menghindar.
"Hhhh... Kasihan banget sih, Will. Sekalinya ada yang mau diseriusin, dianya malah takut." kataku lagi dan aku langsung cengengesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elmo & Prince Charmington
Любовные романыWilliam Wijanarko. Laki-laki kaku berkarakter kuat dan dominan, serta tampan dan mapan. Terlahir sebagai pewaris utama dari kekayaan keluarga Wijanarko, keluarga konglomerat yang tidak pernah keluar dari urutan lima teratas keluarga terkaya di Indon...