5. Mother Knows Best

1.6K 190 3
                                    

William

Aku sedang mempelajari proposal di kantorku di lantai 29 saat seseorang mengetuk pintu.

"Masuk!"

"Assalamuallaikum," suara lembut itu pun membuat aku menegakkan kepala.

"Mama? Mama sama siapa ke sini?" ujarku sambil berdiri sementara Mama memasuki ruangan. Aku pun menghampirinya untuk cium tangan.

"Sendiri aja.... Sama Kirman sih." ujarnya sambil memberi gestur terimakasih kepada Donna, sekertarisku, yang menahankan pintu untuknya.

"Oooh... Duduk, Ma. Mama mau minum apa?"

"Apa aja." jawabnya sambil mendaratkan diri di sofa.

Aku memberi isyarat ke Dona. Dona pun mengangguk mengerti dan langsung meninggalkan ruangan.

"Ada apa Ma, tumben ke sini?" tanyaku kemudian.

"Ya mau liat kamu aja. Udah lama kan nggak ketemu. Lagi sibuk banget ya?" jawab Mama.

"Maaf ya, Ma."

Mama pun tersenyum. "Nggak pa-pa. Tapi, Will... Mama mau tanya, kamu jawab jujur ya."

"Apa?" tanyaku penasaran.

"Tadi Mama lihat Raya pakai seragam housekeeper."

Jegggeerrr!!! Kepalaku langsung kosong. Aduh, gimana nih!

Aku menunggu lanjutan kalimat Mama, tapi Mama juga kelihatan seperti menunggu reaksi ku. Akhirnya, aku pun menghela nafas panjang sebelum menjawab.

"Ceritanya panjang, Ma." kataku.

"Ya ceritain aja, Mama punya banyak waktu." jawab Mama.

Aku menatap Mama dengan ragu sementara ia menatap aku dengan serius.

Aku tahu kalau udah begini, aku tidak punya pilihan. Tapi aku juga tidak bisa menceritakan yang sebenarnya. Akhirnya aku diam saja.

"Raya... housekeeper kan?" ujar Mama lagi, masih menatap aku lurus-lurus.

"Mmm..."

"Apa sih yang kamu pikirin, Will?! Kenapa bisa perempuan macam itu yang kamu kenalkan ke keluarga?" omel Mama langsung.

"Maksud Mama apa?" tanyaku, tidak suka dengan pernyataan Mama.

"William, kamu itu harus sadar, hidup kita gimana dan dia gimana. Coba kamu pikir, apa yang bakal dibilang orang tentang kamu saat tahu Raya hanya seorang housekeeper dan apa yang akan orang pikir tentang Raya? Apa kamu nggak kasihan sama dia dan diri kamu sendiri? Belum lagi, kan kita nggak tahu apa yang ada di pikirian perempuan itu. Gimana kalo dia cuma mau..."

"Ma, Raya nggak kayak gitu." ujarku langsung.

"Belum kelihatan aja," balas Mama.

Aku pun menghena nafas panjang. "Oke, sekarang Abang yang tanya ke Mama... Kalo aja Mama nggak pernah lihat Raya pake seragam housekeeper, Mama setuju nggak kalo William sama Raya?" tanyaku kemudian.

Mama terdiam.

"See? You like her, Ma!"

"Oke, secara personality, she's fine! Tapi kan kita nggak tahu gimana latar belakang keluarga dan pendidikannya. Itu juga penting, Will, supaya dia bisa ngimbangin obrolan kamu, jadi temen kamu diskusi, juga ngendidik anak-anakmu. Kamu juga harus sadar, butuh kelihaian ekstra untuk ngadepin kamu yang terkadang suka nyelekit banget kalo ngomong. Hal-hal itu nggak bisa dilakukan sama perempuan sembarangan."

Elmo & Prince CharmingtonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang