8. Bandung

1.6K 156 6
                                    

Raya

Ojong sudah jadi supir pribadi ku sejak kami masih sama-sama pakai seragam putih abu-abu. Kemana pun pergi, kami pasti berdua. Tapi sejak dia diterima di akademi pelayaran, aku jadi terbiasa kemana-mana sendiri. Melihat dia hari ini berada di balik setir lagi membuat aku merasa seperti kembali ke masa SMA.

"Di depan, ada belokan di sebelah kiri, kita belok sana." ujarku dan Ojong pun menurut.

"Kok kita masuk ke kebun teh sih, Ray?" tanya Ojong setelah berbelok.

"Udaaaah... Jalan aja." jawabku.

"Iyaaa, Nyah," kata Ojong dengan malas.

Aku tersenyum geli mendengarnya.

Kami pun mengikuti jalan sampai akhirnya, sebuah pintu gerbang yang terbuat dari kayu dan besi setinggi dua meter itu menjulang untuk menutupi jalan kami.

Ojong hendak turun dari mobil untuk membuka gerbang, tapi segera kutahan.

"Nggak usah, gerbangnya otomatis." kataku, lalu ku tekan klakson berkali-kali hingga CCTV di pojok kanan gerbang pun mengarah pada kami.

"Raya, Pak!" kataku sambil menunjukkan muka ke kamera.

Tidak lama kemudian, terdengar suara "ceklek" dan pintu gerbang pun terbuka. Ojong langsung tancap gas dan membawa Rosalinda melewati gerbang. Kemudian setelah itu, pintu di belakang kami menutup kembali.

"Lo sering ke sini? Ini tempat apa sih?" tanya Ojong sambil menyetir Rosalinda, mengikuti jalanan yang terbuat dari bata blok itu.

"He'eh... Ini rumahnya William." jawabku.

"Cowok lo itu? Buset, tajir juga." tanggap Ojong langsung. Sementara, kedua matanya tak bisa berhenti memandangi indahnya hamparan rumput hijau, pepohonan dan tanaman warna-warni di sekeliling kami.

"Makanya gue deketin." jawabku.

Ojong langsung menatap aku dengan kaget. Saat dia sadar aku cuma bercanda, dia pun cengengesan.

"Bukhan maeen..." katanya kemudian.

Aku pun tersenyum geli.

Lima menit kemudian, kami tiba di sebuah area parkir beralaskan kerikil putih. Area parkir itu bisa menampung sepuluh mobil, tapi sekarang hanya ada dua mobil yang terparkir di sana. Sebuah sedan hitam yang biasa dipakai Opa atau Bu Lena dan Smart merah milik Ina.

Dari tempat itu pula terlihat rumah dua lantai yang terbuat dari kayu dengan jendela-jendela berukuran besar sebagai pemanis. Berbagai macam tanaman yang ditata dengan sedemikian rupa pun mengelilingi rumah itu dan membuatnya jadi terlihat begitu indah, asri, dan sejuk.

Aku turun dari Rosalinda dan menutup pintu.

"Bener, nggak mau masuk dulu?" tanyaku pada Ojong kemudian.

"Lu gila, apa? Kemaren aja laki lo udah kayak mau nelen gue, apalagi kalo dia liat gue lagi sekarang?" jawabnya dan aku cuma nyengir.

"Udah ah, gue balik." kata Ojong lagi.

Karena jalur keluar dan masuk sama, dia parkir sebentar untuk memutar arah Rosalinda. Setelah selesai, dia pamit dan langsung pergi. Aku pun melepas kepergian Ojong. Setelah itu, aku baru berbalik ke arah rumah.

Rumah kayu itu adalah rumah besar yang dikelilingi oleh kolam ikan koi dan terletak di dataran yang lebih tinggi dari area parkir. Jadi untuk sampai ke sana, aku harus menaiki tangga berdesain unik yang berfungsi sebagai jembatan juga itu.

Elmo & Prince CharmingtonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang