Raya
Lima tahun kemudian.
Tut tut tut tut tut tut... tut...
Suara lagu tema Mario Bross itu membangunkan aku dari tidurku. Tapi kedua mataku masih terlalu berat untuk dibuka. Dengan mata tertutup, aku mencari-cari ponsel di bawah bantal. Begitu ketemu, aku pun menekan tombol untuk menjawab panggilan.
"Halo?" ujarku sambil berusaha keras untuk tidak terdengar seperti orang ngantuk.
"Selamat pagi, Bu." suara Ririn terdengar di ujung telepon.
Aku memaksakan diri untuk duduk. Suara debur ombak pun langsung tertangkap telingaku.
Aku menoleh ke arah jendela. Gordyn masih menutupi kaca, tapi cahaya matahari yang datang dari luar sudah sangat terang. Padahal, jam di ponselku menunjukkan waktu masih pukul setengah enam. Aku pun kembali menghempaskan tubuh ke kasur.
Hhh... Ternyata aku masih butuh waktu untuk membiasakan diri dengan matahari Bali yang selalu terlalu terang ini. Ya, Bali. Sejak empat bulan yang lalu, aku tinggal di Bali.
Lima tahun lagi sudah berlalu dan begitu banyak hal yang telah terjadi.
Kepergian Bapak disertai hal-hal lain yang terjadi waktu itu membuat aku patah hati sekali. Aku bahkan perlu waktu satu minggu sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar. Selama ini aku selalu berpikir kalau semuanya akan lebih berat setelah kepergian Bapak. Tapi ternyata setelah aku belajar untuk menerima, semuanya jadi lebih mudah.
Lima tahun yang lalu, aku menjual rumahku. Hasil penjualannya ternyata lebih besar dari jumlah hutang yang aku punya. Sehingga aku bisa langsung membayar kembali uang Bu Lena yang terpakai untuk biaya kuliahku. Kemudian sisanya, aku investasikan ke pasar modal. Sekarang, penghasilan ku dari bermain saham saja sudah lebih dari cukup untuk membiayai sekolah Nataya sampai lulus S2.
Tidak hanya itu, karir ku di dunia perhotelan juga menanjak dengan pesat. Berawal dari coba-coba dan modal nekat, kukirim surat lamaran beserta surat keterangan mahasiswa aktif dari kampus ke sebuah perusahaan bernama The Blue Sapphire Group (TBS Group). Setelah melalui tiga tahap seleksi yang cukup ketat, aku diterima menjadi housekeeper supervisor. Kemudian setelah dua tahun menjadi supervisor, aku dipromosikan menjadi room manager. Tiga tahun setelahnya, aku dipromosikan lagi menjadi general manager di Ruby Resort, anak perusahaan TBS Group yang lokasinya ada di Bali.
"Bu?" tegur Ririn, menyadarkan aku.
"Ya ada apa, Rin?" kataku akhirnya.
"Ibu kan kemarin minta dibangunin jam lima pagi. Sekalian saya mau ngingetin kalo hari ini ada Best Brand Awards." jawabnya.
"Oohh... Iya!" Aku pun menghela nafas berat. Astaga, kenapa bisa sampai lupa!
"Oke, oke, makasih ya." kataku lagi, lalu memutus sambungan segera setelah Ririn membalas ucapanku.
Aku pun mengulet sebelum memaksakan diri untuk bangkit dari tempat tidur. Kemudian, aku pun melangkah ke arah jendela besar di salah satu sisi kamarku. Dengan satu gerakan cepat, kusibak gordyn tebal yang menutupinya.
Mataku langsung menutup karena silau. Butuh beberapa waktu hingga pandanganku kembali normal dan pemandangan pantai langsung memanjakan indera pengelihatanku.
Segaris senyum tergambar saat itu juga. Sulit untuk dipercaya, pemandangan inilah yang menyambutku setiap pagi. Rasanya aku tidak akan pernah bosan memandangi lukisan alam di belakang gedung yang kutinggali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elmo & Prince Charmington
RomanceWilliam Wijanarko. Laki-laki kaku berkarakter kuat dan dominan, serta tampan dan mapan. Terlahir sebagai pewaris utama dari kekayaan keluarga Wijanarko, keluarga konglomerat yang tidak pernah keluar dari urutan lima teratas keluarga terkaya di Indon...