4. Busted!

2K 200 1
                                    

Raya

Dok dok dok dok dok dok dok dok...

Aku mengetuk pintu dengan tidak sabar. Masa bodo William mau marah apa enggak, karena sekarang aku yang lagi marah sama dia. Gimana enggak, laki-laki itu sudah mengganggu tidurku dari jam empat pagi hanya untuk menyuruh aku datang ke griya tawang. Kan sarap.

Akhirnya pintu mahoni putih itu terbuka dan... Aku terlonjak begitu menemukan sesosok laki-laki yang lebih mirip zombie menyambut dari balik pintu.

"Kamu kenapa?" tanyaku langsung.

William tidak menjawab, dia malah langsung masuk lagi. Aku pun mengikutinya.

Saat melewati pintu, pandanganku jatuh ke gelas-gelas Starbucks di sebelah laptop di atas meja kopi. Hhh... Dia pasti bergadang lagi.

"Kamu ke mana dulu sih, kok lama?" tanya William, menyadarkan aku. Saat itu dia sudah duduk di sofa di depan TV.

"Ya kamu telfon saya jam berapa? Gila aja, masa pagi-pagi buta disuruh ke sini." jawabku.

William pun tersenyum geli.

"Kamu belom tidur ya?" tanyaku kemudian.

"Tidur kok."

"Bo'ong. Kalo iya, masa matanya gitu."

William tersenyum jahil. Ia pun melepas kacamata dan memainkan kedua matanya dengan genit. Aku terkekeh melihatnya dan laki-laki itu pun tertawa.

"Eh, saya punya sesuatu buat kamu... Nih," kataku sambil meraih sekotak susu cokelat di tas selempang ku dan memberikannya pada William.

"Apaan nih? Emang saya anak SD?" ujarnya, tapi diterima juga.

"Yeee... Sehat tauk! Tahu nggak, kebanyakan minum kopi kentel itu bikin jantungan. Apalagi kamu juga suka kurang tidur kan orangnya. Mau mati muda?" balasku.

"Ahh.. Saya nggak suka minum ini. Bikin ngantuk tau! Saya ada meeting pagi nanti." katanya sambil menyodorkan susu itu ke aku lagi.

"Iiih... bandel amat sih ini orang. Minum, nggak!" jawabku.

"Nggak!" tegasnya sambil meletakkan susu itu di atas meja kopi.

Aku menatap William dengan sebal. Kemudian, aku pun meraih susu itu dan mencobloskan sedotannya sebelum akhirnya mendaratkan diri di sebelah laki-laki itu.

"Minum, minum!" ujarku sambil memaksa memasukan sedotan ke mulut William.

William mengelak, tapi aku tidak menyerah. Aku terus mengejar kemana pun dia menghindar sampai akhirnya... Gotcha!

"Nah, pinteeeer!" ujarku lagi sementara laki-laki itu menyedot susu sambil menatap aku dengan sebal.

>>>

Angka dua diikuti tujuh buah nol tertera di kolom tagihan. Aku pun menghela nafas dengan lelah. Inilah yang kurasakan setiap kali kertas itu diberikan kepadaku. Seperti yang pernah kukatakan, tarif rumah sakit naik setiap kali tagihan turun. Kali ini tentu bukan pengecualian.

Ruang loker sepi karena anak-anak housekeeping yang lain sedang bertugas. Sementara aku malah diusir dari griya tawang setelah memaksa William minum susu.

Ngiiik...

Kepalaku pun menoleh ke arah suara itu. Lalu saat aku melihat orang yang muncul dari balik pintu, mataku melotot sejadi-jadinya.

"Kamu ngapain ke sini?" ujarku langsung.

William tidak menjawab. Dia malah langsung mendekati aku sambil merogoh kantong dalam jasnya dan memberikan sebuah kertas yang terlipat-lipat kepadaku.

Elmo & Prince CharmingtonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang